Pengiriman Tenaga Pengajar Bahasa Indonesia Bentuk Diplomasi Lunak 03 Februari 2017 ← Back
Sentul, Kemendikbud --- Sebanyak 53 pengajar bahasa Indonesia mengikuti pembekalan Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) yang diselenggarakan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Mereka akan dikirim ke negara-negara di wilayah ASEAN, Amerika-Eropa, dan Aspasaf (Asia, Pasifik, dan Afrika). Pengiriman tenaga pengajar BIPA ke negara lain menjadi salah satu bentuk diplomasi lunak atau soft diplomacy yang dilakukan pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud.
"Ini bagian dari diplomasi budaya yang sedang kita kembangkan, dan bagian dari strategi pertahanan," ujar Mendikbud Muhadjir Effendy, di Kantor Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Sentul, Jawa Barat, (3/1/2017).
Mendikbud mengatakan, pada dasarnya hubungan antarnegara adalah diplomasi, baik diplomasi keras maupun diplomasi lunak. Diplomasi lunak dapat dijalankan dengan memperkenalkan budaya Indonesia kepada negara lain, salah satunya melalui bahasa Indonesia. Namun, ia berharap para pengajar BIPA tidak hanya bisa mengajarkan bahasa Indonesia di negara tujuan, melainkan juga menjadi pejuang diplomasi lunak dengan aktif memperkenalkan budaya dan nilai-nilai karakter Indonesia.
Saat ini, tutur Mendikbud, telah masuk berbagai nilai budaya negara lain ke Indonesia. Karena Indonesia juga harus memiliki pertahanan dalam strategi budaya dengan aktif mengenalkan budaya Indonesia ke negara lain.
"Kalaupun mereka tidak mengadopsi (budaya Indonesia), minimal mereka tahu nilai-nilai ke-Indonesia-an, misalnya Indonesia yang demokratis, atau yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta penuh toleransi," tutur Mendikbud.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dadang Sunendar mengatakan, pada tahun 2017, Kemendikbud berencana mengirimkan tenaga pengajar BIPA keluar negeri secara keseluruhan berjumlah 220 orang. Sebanyak 167 orang di antaranya sudah mendapat pembekalan dan menunggu giliran diberangkatkan ke negara tujuan.
Penutupan pembekalan tenaga pengajar BIPA kali ini merupakan angkatan yang kelima. Dari 53 orang angkatan kelima itu, sebanyak 28 orang akan dikirim ke enam negara ASEAN, yaitu Filipina, Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste.
"Pengiriman tenaga pengajar ke Thailand memperoleh porsi yang lebih banyak, yaitu 12 orang, karena negara tetangga itu pling gigih mendorong generasi mudanya untuk mempelajari bahasa Indonesia," tutur Dadang.
Selain ke kawasan ASEAN, tenaga pengajar BIPA juga dikirim ke wilayah Amerika-Eropa dan wilayah Aspasaf (Asia, Pasifik, dan Afrika). Dari 53 tenaga pengajar angkatan kelima itu, empat orang akan dikirim ke Italia, Jerman, Perancis, dan Rusia. Kemudian untuk wilayah Aspasaf akan dikirim 21 orang, dan enam orang di antaranya akan berangkat ke Mesir. Mereka semua akan bertugas untuk jangka waktu maksimal empat bulan, dan masa penugasan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan lembaga sasaran di negara tujuan. (Desliana Maulipaksi)
Sumber : BKLM
"Ini bagian dari diplomasi budaya yang sedang kita kembangkan, dan bagian dari strategi pertahanan," ujar Mendikbud Muhadjir Effendy, di Kantor Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan, Sentul, Jawa Barat, (3/1/2017).
Mendikbud mengatakan, pada dasarnya hubungan antarnegara adalah diplomasi, baik diplomasi keras maupun diplomasi lunak. Diplomasi lunak dapat dijalankan dengan memperkenalkan budaya Indonesia kepada negara lain, salah satunya melalui bahasa Indonesia. Namun, ia berharap para pengajar BIPA tidak hanya bisa mengajarkan bahasa Indonesia di negara tujuan, melainkan juga menjadi pejuang diplomasi lunak dengan aktif memperkenalkan budaya dan nilai-nilai karakter Indonesia.
Saat ini, tutur Mendikbud, telah masuk berbagai nilai budaya negara lain ke Indonesia. Karena Indonesia juga harus memiliki pertahanan dalam strategi budaya dengan aktif mengenalkan budaya Indonesia ke negara lain.
"Kalaupun mereka tidak mengadopsi (budaya Indonesia), minimal mereka tahu nilai-nilai ke-Indonesia-an, misalnya Indonesia yang demokratis, atau yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila serta penuh toleransi," tutur Mendikbud.
Ia juga meminta para pengajar BIPA untuk mengenalkan pariwisata Indonesia kepada dunia. Mereka harus bisa mempromosikan Indonesia sebagai destinasi yang sangat ideal untuk tujuan wisata, baik wisata alam maupun wisata budaya. "Saudara-saudara membawa misi strategis untuk konteks diplomasi," kata Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Dadang Sunendar mengatakan, pada tahun 2017, Kemendikbud berencana mengirimkan tenaga pengajar BIPA keluar negeri secara keseluruhan berjumlah 220 orang. Sebanyak 167 orang di antaranya sudah mendapat pembekalan dan menunggu giliran diberangkatkan ke negara tujuan.
Penutupan pembekalan tenaga pengajar BIPA kali ini merupakan angkatan yang kelima. Dari 53 orang angkatan kelima itu, sebanyak 28 orang akan dikirim ke enam negara ASEAN, yaitu Filipina, Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste.
"Pengiriman tenaga pengajar ke Thailand memperoleh porsi yang lebih banyak, yaitu 12 orang, karena negara tetangga itu pling gigih mendorong generasi mudanya untuk mempelajari bahasa Indonesia," tutur Dadang.
Selain ke kawasan ASEAN, tenaga pengajar BIPA juga dikirim ke wilayah Amerika-Eropa dan wilayah Aspasaf (Asia, Pasifik, dan Afrika). Dari 53 tenaga pengajar angkatan kelima itu, empat orang akan dikirim ke Italia, Jerman, Perancis, dan Rusia. Kemudian untuk wilayah Aspasaf akan dikirim 21 orang, dan enam orang di antaranya akan berangkat ke Mesir. Mereka semua akan bertugas untuk jangka waktu maksimal empat bulan, dan masa penugasan dapat diperpanjang sesuai dengan kesepakatan lembaga sasaran di negara tujuan. (Desliana Maulipaksi)
Sumber : BKLM
Penulis : Desliana Maulipaksi
Editor : Anandes Langguana
Dilihat 14592 kali
Editor : Anandes Langguana
Dilihat 14592 kali