e-Sabak Akan Dimulai di Daerah 3T 08 Januari 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menuturkan, pihaknya akan memprioritaskan program e-sabak di daerah terluar, terdepan, dan tertinggal (3T) terlebih dahulu. Ini sesuai dengan arahan Presiden RI yang disampaikan dalam rapat kabinet yang digelar di Jakarta, Rabu (7/1/2015).
Khusus untuk program ini, prioritas pertama adalah wilayah perbatasan dan daerah dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih rendah. Mendikbud mengatakan, prioritas tersebut diberikan kepada beberapa wilayah di Kalimantan, Papua, dan Nusa Tenggara. “Namun, prioritas utama adalah di daerah perbatasan. Kalau di Nusa Tenggara Timur dan Papua, kecenderungannya kita lebih dominan daripada tetangga kita, tetapi kalau di Kalimantan kita harus dorong supaya kita tidak inferior di wilayah sendiri,” ungkapnya.
Alasan lain memprioritaskan daerah 3T adalah karena wilayah tersebut selama ini sulit terjangkau oleh pengiriman logistik buku-buku pelajaran.
Sebelum memulai pembelajaran melalui e-sabak, pengguna juga akan diberikan pelatihan. Namun, Mendikbud mengingatkan agar tidak meremehkan kemampuan anak-anak di wilayah tersebut. “Kalau teman-teman pernah lihat rekamannya, ada sebuah perkampungan yang tidak pernah melihat tablet sama sekali, kemudian diberikan tablet dan dalam waktu beberapa hari, anak-anak itu sudah canggih sekali mengoperasikan alat tersebut. Bahkan dikunci pun mereka sudah tahu bagaimana membuka kuncinya. Jadi, menurut saya, jangan under estimate kemampuan anak-anak kita,” katanya.
Mendikbud menjelaskan, pihaknya telah menganggarkan program ini dan akan dimulai sesegera mungkin. Namun, arahan Presiden yang meminta memprioritaskan daerah 3T terlebih dahulu, Mendikbud mengaku harus menyesuaikan anggaran tersebut dengan kebutuhan, sehingga belum dapat menyebut angkanya. “Dalam minggu-minggu ke depan, kita harapkan sudah ada outline proses implementasinya seperti apa. Yang pasti orientasinya bukan daerah perkotaan dulu, tetapi wilayah 3T,” lanjutnya.
Menjawab pertanyaan wartawan, Mendikbud menuturkan, nantinya program ini akan dilayani secara “manage service”. Artinya, penerima tablet juga mendapat layanan jaringan berupa akses internet dan aplikasi berupa buku elektronik. Dan jika terjadi masalah, maka bukan sekolah yang memperbaiki, tetapi penyedia layanan yang harus memastikan pengguna mendapatkan layanan sebaik mungkin. “Layaknya mesin foto kopi yang disewa kantor, jika terjadi masalah, maka bukan kantor yang memperbaiki, tetapi penyedia jasa foto kopi itu,” contoh Mendikbud.
Mendikbud berharap, melalui e-sabak ini ketimpangan akses pendidikan berkualitas dapat dikurangi. Itu karena mereka yang berada di daerah 3T bisa mendapat kualitas pengetahuan dan informasi yang sama dengan siswa yang berada di kota-kota besar.
Penggunaan tablet untuk pembelajaran ini juga sudah dilakukan oleh sekitar 1.200 siswa SMA Terbuka yang dimulai tahun lalu. Mendikbud mengatakan, ini menjadi salah satu bahan yang dapat digunakan untuk melihat bagaimana implementasi penggunaan tablet dalam pembelajaran di lapangan. (Ratih Anbarini)
Sumber :
Editor :
Dilihat 1439 kali