Tindak Lanjut e-Sabak: Percontohan Pertama Akan Dimulai di daerah 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal)  22 Januari 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) terus memantapkan langkah dalam penyediaan program sabak elektronik atau e-sabak, sarana pembelajaran interaktif bagi siswa dan guru dengan media tablet. Program ini akan dimulai di daerah 3T (terdepan, terluar, dan tertinggal) yang ada di beberapa wilayah Indonesia.

Demikian disampaikan Plt. Kepala Pusat Informasi dan Humas (PIH) Kemendikbud, Ari Santoso, pada rapat koordinasi dengan Telkom Indonesia di kantor Kemendikbud, Jakarta, Selasa (20/1/2015). Menurut Ari, langkah pertama implementasi program e-sabak ini sebaiknya sebagian besar dilaksanakan di daerah 3T tapi untuk sekolah-sekolah yang memiliki jaringan internet dan teraliri listrik, kemudian di sekolah-sekolah yang memiliki aliran listrik tetapi tidak ada jaringan internet serta sebagian kecil di sekolah-sekolah yang tidak memiliki aliran listrik dan koneksi internet. “Khusus untuk daerah yang belum memiliki aliran listrik, rencananya akan dibantu dengan menggunakan solar cell atau teknologi energi listrik lainnya yang sesuai dengan karakteristik daerah tersebut,” katanya.  

Ari yang juga Kepala Pusat Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Pustekkom) mengharapkan, dengan e-sabak, siswa dan guru dapat lebih aktif memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran dan bukan saja sebagai konsumen konten digital tapi bisa menjadi produsen konten. “Mereka harus lebih aktif dalam menggunakan e-sabak di kelas dan bisa menjadi lebih kreatif serta menjadi produsen konten yang sesuai dengan daerahnya masing-masing,” ujar Ari.

Pada kesempatan yang sama, General Manger Segment Education Management Service Telkom Indonesia, Saleh Abdurahman, mengatakan e-sabak merupakan jawaban terhadap perkembangan teknologi yang semakin canggih untuk dunia pendidikan. Program ini, kata dia, bertujuan untuk meningkatkan layanan pendidikan, meningkatkan kompetensi guru, serta merangsang minat baca dan menjadikan guru dan siswa lebih kreatif. “Selain itu, e-sabak juga memiliki nilai efisiensi,” katanya.

Saleh menjelaskan, mahalnya biaya mencetak dan distribusi buku pelajaran adalah salah satu alasan mengapa e-sabak menjadi lebih efisien . Belum lagi, kata dia, adanya risiko keterlambatan buku sampai ke sekolah sehingga menghambat proses belajar mengajar. “E-sabak juga menjadi semacam akselerasi bagi daerah yang memiliki kesenjangan akses informasi,” tuturnya. (Ratih Anbarini/Agi Bahari)


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1286 kali