Peran Film sebagai Kolektor Memori Pembentuk Imajinasi  11 Februari 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Visualisasi sejarah yang disajikan dalam bentuk film akan memberi ingatan yang lebih lama kepada penontonnya. Sejarah bangsa Indonesia yang sangat kaya apabila dijadikan sebuah narasi dan difilmkan akan mengkonstruksikan memori kreatif atas sebuah imajinasi.
 
Menteri Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mencontohkan, salah satu film sejarah yang masih lekat dalam ingatannya adalah film "November 28" yang pernah ditontonnya saat berada di bangku kelas 3 SD. “Film itu karya Teguh Karya. Pemainnya waktu itu Pak Slamet Raharjo. Film itu menempel sekali sampai sekarang,” kata  Menteri Anies saat membuka seminar sehari “Bedah Sejarah VOC 1602 di Batavia” di Kantor Kemendikbud, Rabu (11/02/2015).
 
Mendikbud menyampaikan, setiap orang memiliki pengalaman bervariasi tentang pengetahuan sejarah. Pengalaman tentang Cut Nyak Dien, G30 S PKI, kata dia, memperlihatkan bagaimana setiap mengapresiasi dan menilai perjuangan bangsa Indonesia.
 
Mendikbud mengemukakan, Indonesia adalah negara yang dibentuk atas dasar imajinasi, bukan garis darah. Artinya, bukan karena suku tertentu yang membentuk Indonesia, namun justru suku-suku yang banyak itulah yang memiliki imajinasi yang sama tentang keberadaan Indonesia. “Bukan karena saya Sunda saya jadi Indonesia, atau karena saya Jawa saya jadi Indonesia. Tapi karena ada imajinasi bersama bernama Indonesia,” jelasnya.
 
Oleh karena sangat penting memvisualisasikan sejarah dalam film, maka Mendikbud mendukung Purwaka Film untuk membuat film yang berjudul Batavia 1629. Film ini bercerita tentang pengalaman seorang wanita yang berdarah campuran Belanda dan Jepang, Sarah Specks, atas diskriminasi dan rasisme yang terjadi pada dirinya juga masyarakat pribumi terjadi di tahun 1629, yaitu saat VOC sedang menguasai Batavia.
 
“Sangat menyenangkan ketika mendengar bahwa peristiwa yang terjadi di bangsa ini menjadi inspirasi pembuatan naskah dan film. Mudah-mudahan bisa menjadi bagian dari pembentuk imajinasi kolektif,” katanya. (Aline Rogeleonick)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 857 kali