UN Tak Lagi Jadi Penentu Kelulusan Siswa Tetap Semangat Belajar  18 Februari 2015  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Keputusan pemerintah untuk tidak lagi menjadikan ujian nasional (UN) sebagai penentu kelulusan menjadi angin segar di kalangan siswa. Bagi mereka, kelulusan dari sebuah proses pembelajaran selama tiga tahun sepatutnya tidak ditentukan dalam waktu empat hari.

Pendapat tersebut dikemukakan Fajria Aprilia, siswi kelas XII SMKN 48 Jakarta yang dalam dua bulan ke depan akan mengikuti UN. Ia mengatakan, akan jadi lebih bermakna jika UN dijadikan syarat masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dengan demikian, siswa memiliki target tertentu dalam melaksanakan ujiannya. Karena usai melaksanakan UN, setiap siswa akan menerima surat keterangan hasil ujian nasional (SKHUN) yang berisi data kompetensi di setiap bidang pelajaran.

“Jadi kami tidak akan kendur semangat belajarnya, walaupun kelulusan tidak lagi ditentukan lewat UN,” kata Fajria saat ditemui pada forum diskusi terarah di Kantor Kemendikbud, minggu lalu.

Dengan adanya SKHUN yang berisi data lengkap tentang kompetensi siswa, Fajria menyebut SKHUN sebagai “kartu sakti”. SKHUN ini bisa dijadikan pertimbangan oleh perguruan tinggi ataupun perusahaan, terutama bagi siswa SMK, apabila sedang merekrut pegawai baru.  Itu sebabnya, UN tidak bisa dianggap sekadar permainan. Setiap detil pelaksanaannya harus dilakukan semaksimal mungkin.

Menghadapi UN yang sudah tidak lama lagi, Fajria memiliki cara khusus. Siswi yang pernah meraih juara dua lomba Bahasa Indonesia tingkat nasional ini tidak akan menghabiskan waktunya ketika berada di rumah dengan belajar. Menurutnya, di rumah adalah waktu untuk istirahat dan keluarga. Namun demikian, ia tidak akan menyiakan waktunya selama di sekolah untuk menimba ilmu. “Kalau saya belajar di sekolah cukup dari pukul 6.30 sampai pukul 4 sore. Walaupun tidak ada guru saya tetap belajar,” katanya.

Siswi yang berencana melanjutkan pendidikan tingginya ke Universitas Brawijaya Malang ini memiliki target agar hasil UN lebih tinggi daripada hasil UN SMPnya. Saat di SMP, nilai UN Fajria adalah 35,85. Karena jumlah mata pelajaran di UN SMP sama dengan UN SMK yang akan dijalaninya, maka ia menargetkan dirinya untuk memperoleh nilai di atas 37. Selain belajar di sekolah, ia juga mengikuti bimbingan belajar setalah jam sekolah selesai.

Selain belajar, penggemar angka dan hitungan ini juga melakukan doa bersama dengan teman-teman di sekolahnya. Menurutnya, doa ini penting sebagai penyeimbang usaha yang telah dilakukannya. “Menurut saya (berdoa) penting, karena ketika kita mau menggapai suatu hal kita tidak cuma berusaha tapi juga harus berdoa minta kepada yang punya semua,” katanya. Selamat menempuh ujian, Fajria. Semoga berhasil! (Aline Rogeleonick)


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1008 kali