Latih Kemampuan Membaca Sejak Dini 26 Maret 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Kemampuan membaca dan matematika siswa di Indonesia masih rendah. Hal itu diungkapkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan The Program for International Student Assessment (PISA), terhadap kemampuan membaca, dan matematika siswa. Untuk meningkatkan minat dan kemampuan membaca, ada beberapa hal yang bisa dilakukan para orang tua sejak anak masih berusia dini.
Menanggapi hasil evaluasi PISA tersebut, Plt. Dirjen PAUDNI Kemendikbud, Taufik Hanafi mengatakan minat dan keterampilan membaca bisa dilatih sejak anak masih berusia dini. “Tapi jangan diterjemahkan bahwa anak sejak dini wajib bisa calistung, atau membaca, menulis dan berhitung,” tegasnya usai peluncuran buku “Education in Indonesia: Rising to The Challenge di Jakarta, Rabu (25/03/2015).
Perkembangan otak anak paling pesat, tutur Taufik, terjadi saat anak berusia 0-6 tahun, yaitu sebesar 50 persen. Sedangkan saat anak berusia delapan tahun perkembangan otaknya sebesar 80 persen. Ia mengatakan, untuk meningkatkan keterampilan membaca anak, dapat menggunakan tiga instrumen pembelajaran yang sesuai bagi anak usia dini.
Pertama, melalui instrumen permainan. “Kita harus menstimulasi perkembangan termasuk dengan minat baca, dan untuk anak itu dilakukan dengan proses bermain. Misalnya dengan mengenalkan huruf sambil bermain,” katanya.
Kedua, melalui nyanyian. Taufik mengungkapkan minat membaca pada anak bisa dilakukan dengan bernyanyi, sehingga guru PAUD yang mengajar juga harus bisa bernyanyi, begitu juga dengan orang tua di rumah. Ketiga, dengan mendongeng. “Mendongeng itu sangat menstimulasi anak untuk ingin membaca karena dengan membaca dia bisa mendongeng untuk orang lain,” ujarnya.
PISA merupakan evaluasi tingkat internasional yang dilakukan oleh Organisation for Economic Cooperation and Develpoment (OECD). Setiap tiga tahun OECD melakukan evaluasi terhadap siswa berusia 15 tahun untuk kemampuan membaca serta mata pelajaran matematika dan IPA di negara-negara anggota OECD. Sebanyak lebih dari 50 persen anak Indonesia berusia di atas 15 tahun tidak menguasai keterampilan membaca dan matematika dasar.
“Sejauh ini kita masih melihat isu pendidikan yang menarik adalah seputar ujian nasional dan kurikulum, padahal ada hal lain lebih penting seperti kemampuan membaca dan menulis,” ujar Mendikbud di kesempatan yang sama. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Editor :
Dilihat 1189 kali