Pentingnya Program Penerjemahan Karya Sastra Suatu Negara 23 Maret 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Semakin banyak penulis Indonesia yang ingin menerjemahkan karyanya ke dalam bahasa asing dan menjalin kerja sama internasional dengan penerbit negara lain. Pemerintah pun dituntut untuk mendukung program penerjemahan karya sastra, dengan tujuan mengenalkan dan menyebarluaskan kebudayaan Indonesia ke seluruh dunia melalui karya sastra. Hal tersebut terungkap dalam sebuah diskusi di acara ASEAN Literary Festival 2015.
Diskusi bertajuk “The Role of Literary Translation” atau “Peran Penerjemahan Karya Sastra” itu dihadiri tiga pembicara, yaitu Vice President Frankfurt Book Fair dari Jerman, Claudia Kaiser; penerjemah dan editor dari Yayasan Lontar, John Mcglynn; dan pembicara dari Vietnam, Tran Quang Quy. ASEAN Literary Festival 2015 berlangsung pada 15-22 Maret 2015 di Taman Ismail Marzuki (TIM), Jakarta.
Dalam diskusi tersebut, Claudia mengatakan, sebagai Guest of Honour atau Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia memiliki program wajib berupa program penerjemahan. “Inti dari Frankfurt Book Fair adalah penerjemahan karya sastra. Tapi bukan hanya itu, pengenalan budaya dari tamu kehormatan juga termasuk,” ujarnya saat diskusi di Teater Mini TIM, Minggu, (22/03/2015).
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen menargetkan sekitar 200 buku Indonesia untuk diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman dan bahasa Inggris dalam program penerjemahan Frankfurt Book Fair. Namun Claudia mengakui, tantangannya adalah jumlah penerjemah bahasa Indonesia ke bahasa Jerman tidak banyak, hanya sekitar 10 orang.
Sementara John mengatakan, penerjemahan suatu karya sastra merupakan hal yang sangat penting dalam mengenalkan budaya suatu bangsa. “Karya sastra bisa menjadi alat untuk membuat orang lain memahami budaya negara asal karya sastra tersebut, terutama budaya yang tidak ditemui di negara yang menjadi target penerjemahan,” katanya.
John juga mengapresiasi langkah Pemerintah Indonesia yang mendukung program penerjemahan di Frankfurt Book Fair. Ia berharap pemerintah bisa terus memberikan dukungan, baik berupa dana maupun komitmen.
Hal itu juga menjadi harapan Sandya, Dosen Sastra Inggris di Universitas Padjadjaran, yang menjadi peserta diskusi. Ia berharap pemerintah Indonesia, terutama melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa dan Pusat Perbukuan Balitbang Kemendikbud, bisa aktif dalam kegiatan penerjemahan karya sastra Indonesia.
“Saat ini yang bisa kita lakukan adalah bekerja sama dengan penerjemah atau penerbit yang sudah berpengalaman. Menjalin kemitraan supaya karya sastra Indonesia bisa dipromosikan dalam bahasa asing. Ini penting, karena sastra Indonesia itu besar banget,” ujarnya usai diskusi. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Penulis :
Editor :
Dilihat 1732 kali
Editor :
Dilihat 1732 kali