200 Buku Sudah Masuki Proses Penerjemahan untuk Frankfurt Book Fair 2015 30 April 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Sebanyak 200 buku dan karya sastra Indonesia diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa Jerman dalam program penerjemahan Frankfurt Book Fair. Sebagai Tamu Kehormatan atau Guest of Honour pada Frankfurt Book Fair 2015, Indonesia wajib memiliki program penerjemahan dalam ajang pameran buku terbesar di dunia itu.
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah menyeleksi 2.997 buku yang diajukan pada tahun 2014 untuk diterjemahkan dalam program penerjemahan Frankfurt Book Fair. Sebanyak 300 buku mendapatkan rekomendasi untuk disubsidi penerjemahannya. Namun akhirnya, Kemendikbud memutuskan ada 200 buku yang akan diterjemahkan dan diikutsertakan dalam Frankfurt Book Fair 2015.
Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Muhajir mengatakan pada tahun 2014 ada 143 buku yang sudah masuk proses penerjemahan. Kemudian pada 2015 menyusul 57 buku yang akan diterjemahkan. Ditargetkan pada Juli 2015 semua buku dan karya sastra yang lolos seleksi sudah selesai diterjemahkan.
Sementara anggota Komite Penerjemahan Indonesia untuk Frankfurt Book Fair 2015, John McGlynn, mengatakan, program penerjemahan karya sastra sangat membutuhkan dukungan dan subsidi dana dari pemerintah. Pria yang juga penerjemah dan salah satu pendiri Yayasan Lontar itu menuturkan, selama 28 tahun ia menjadi penerjemah karya sastra Indonesia, hanya ada 200 karya sastra yang berhasil diterjemahkan tanpa ada bantuan dana dari pemerintah.
“Sedangkan hanya dalam dua tahun ini, (sebagai tamu kehormatan Frankfurt Book Fair 2015), langsung 200 buku Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan bahasa asing lain,” ujar John saat jumpa pers mengenai persiapan Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015, di Gedung Galeri Nasional, Jakarta, Kamis (30/04/2015).
John pun mengimbau pemerintah Indonesia untuk melanjutkan program penerjemahan karya sastra meski Frankfurt Book Fair 2015 telah usai nanti. “Frankfurt Book Fair bukan akhir dari sebuah proyek, tapi awal sebuah proyek untuk mengenalkan Indonesia ke dunia melalui karya sastra,” katanya.
Senada dengan John, penulis Ayu Utami yang hadir dalam jumpa pers juga mengungkapkan hal yang sama. Ia mengatakan, Indonesia harus dikenal sebagai sebuah bangsa yang memiliki pemikiran, dan salah satunya adalah melalui karya sastra. “Frankfurt Book Fair adalah sebuah pintu menuju itu,” tuturnya.
Sebagai penulis yang sering diundang dalam berbagai acara literatur internasional, Ayu menilai Indonesia memiliki potensi yang besar di dunia. Ia menganjurkan para penulis Indonesia untuk menyiapkan diri dan berjuang menerjemahkan karyanya dengan dana sendiri, seperti yang pernah dilakukannya.
“Kita harus menyiapkan lapisan kedua setelah Frankfurt Book Fair selesai,” ujar penulis novel Saman yang sudah diterjemahkan penerbit Jerman pada tahun 2007 itu. Ayu berharap Indonesia bisa mengoptimalkan potensinya dalam dunia literatur dan karya sastra sehingga bisa lebih dikenal di dunia. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Editor :
Dilihat 1188 kali