Jalin Komunikasi Antar Bangsa Melalui Konferensi Pendidikan AntarBudaya 2015 16 April 2015 ← Back
Bali, Kemendikbud --- Konferensi Pendidikan Antar Budaya dilaksanakan hari ini di Bali. Konferensi ini diikuti oleh 16 perwakilan negara di dunia seperti Singapura, Malaysia, Jepang, Cina, Australia, New Zeland, Amerika, Inggris, dan sebagainya.
Konferensi Pendidikan AntarBudaya adalah salah satu program komunikasi budaya antar negara. Demikian disampaikan Kepala Dinas Budaya Provinsi Bali, Dewa Putu Beratha, pada saat memberikan keterangan pers pada acara Konferensi Pendidikan AntarBudaya 2015 di Bali, Kamis (16/4/2015).
Pada kesempatan yang sama, Ketua Penyelenggara Konferensi Pendidikan Antar Budaya 2015 sekaligus Ketua Pengawas Yayasan Bina AntarBudaya, Asmir Agus mengatakan, tujuan dari konferensi ini adalah untuk mempelajari kebenaran dari kenyataan melalui pemikiran-pemikiran antar budaya sehingga dapat memiliki sikap dalam kehidupan sehari-hari. "Pengertian antar budaya itu harus kita bawakan dalam keseharian," katanya
Asmir mengimbau, agar seluruh kalangan baik orang tua maupun pemuda untuk memiliki pengetahuan antar budaya. Perilaku budaya di Indonesia, kata dia, belum tentu benar jika diterapkan di negara lain tetapi hal tersebut tidak berarti salah. Jika membungkuk ketika bertemu orang lain di Indonesia, dia mengambil contoh, itu adalah salah satu bentuk hormat tetapi di negara lain dianggap sedang sakit pinggang.
Asmir mengungkapkan, konferensi dengan tema Learning to Live Together - Intercultural Education: From Ideas to Action ini mempunyai program pertukaran pelajar internasional bagi para pelajar Indonesia dan negara lainnya untuk meningkatkan komunikasi antar budayanya. Disamping itu, kata dia, program ini mampu mendidik pemimpin masa depan Indonesia. Dia mengatakan, pemimpin itu harus dibina sejak usia muda karena belum memiliki kepentingan pribadi yang besar. "Harapan kami ini akan terus berkembang secara sistematis," ujarnya.
Salah satu sastrawan Indonesia, Taufik Ismail berpendapat, program pertukaran pelajar tersebut mampu meningkatkan pengertian dan pemahaman budaya antar bangsa. "Tujuannya supaya terjadi saling memahami masalah-masalah antar bangsa di dalam umur yang sangat muda," ucap penulis puisi Malu (Aku) Jadi Orang Indonesia itu. (Agi Bahari)
Sumber :
Editor :
Dilihat 1294 kali