Kampung Matematika Menjadi Contoh Pendidikan sebagai Sebuah Gerakan 12 April 2015 ← Back
Bogor, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, meresmikan Kampung Matematika, di Desa Laladon, Kabupaten Bogor, Sabtu (11/4/2015). Mendikbud memberikan penghargaan kepada pendiri Klinik Pendidikan MIPA (KPM), Ridwan Hasan Saputra, dan relawan-relawan KPM serta masyarakat yang telah bergotong royong untuk mendirikan Kampung Matematika tersebut.
Mendikbud menyampaikan, pendidikan sebagai sebuah gerakan bukanlah sesuatu yang tidak mungkin. Di Kampung Matematika ini, kata dia, terbukti secara otentik bahwa pendidikan itu dikerjakan sebagai sebuah gerakan. Dia mencontohkan, proses belajar matematika dilakukan di teras-teras atau ruang-ruang rumah warga kampung tersebut, meskipun fasilitasnya tidak dibuat khusus untuk sarana dan prasarana pendidikan. “Ini adalah contoh gerakan,” tuturnya.
Mendikbud mengungkapkan, Kampung Matematika ini mampu membuat pelajaran matematika menjadi sesuatu yang menyenangkan bagi anak-anak. Seringkali matematika dan sains, kata dia, diajarkan dengan cara yang tidak menyenangkan sehingga anak-anak tidak menyukai matematika dan sains. “Di tempat ini pelajarannya menyenangkan, lingkungannya menyenangkan, jadi mereka menjadi anak-anak yang suka pada matematika,” ujarnya.
Mendikbud menekankan, untuk dapat menghasilkan pendidikan yang berkualitas tinggi tidak harus berbiaya tinggi. Sekitar 1.000 anak dari Kampung Matematika telah mengikuti pelbagai lomba matematika di tingkat internasional. Kampung Matematika ini, kata dia, konsentrasinya tidak kepada sarana dan prasarana pendidikan melainkan konsentrasinya kepada kualitas guru, semangat anak-anak, semangat orang tua, dan semangat masyarakat sekitarnya. “Ini adalah contoh pendidikan yang sebenarnya,” ucapnya.
Mendikbud mengatakan, para warga sekitar Kampung Matematika menyadari bahwa proses pendidikan adalah proses yang harus dikerjakan secara terus menerus. Seseorang mahir di bidang matematika atau pelajaran lainnya itu, kata dia, tidak bisa hanya dengan belajar sebentar saja tetapi butuh waktu bertahun-tahun.
Begitu juga dengan pendirian Kampung Matematika ini yang membutuhkan waktu bertahun-tahun dikarenakan mengalami pelbagai hambatan. Salah satunya adalah ketika awal pendirian Kampung Matematika, dimana warga sekitar menganggap para pendirinya sebagai penyebar aliran sesat karena menerapkan Sistem Metode Seikhlasnya (SMS). SMS maksudnya adalah para siswa dibebaskan untuk membayar semampunya agar dapat mengikuti proses belajar di Kampung Matematika. Namun seiring berjalannya waktu, metode SMS ini mampu memperbaiki akhlak siswa yang sejalan dengan penerapan pendidikan karakter di sekolah. (Agi Bahari)
Sumber :
Editor :
Dilihat 967 kali