Mendikbud: Para Pemimpin Indonesia pada Awal Kemerdekaan Mampu Memesona Dunia 19 April 2015 ← Back
Bandung, Kemendikbud --- Indonesia di masa awal kemerdekaannya adalah sebuah negeri yang memesona di seluruh bentangan dunia, terlebih lagi di Asia dan Afrika. Para pemimpin Indonesia pada masa itu mampu memesona dunia karena mereka telah melewati perjalanan hidup sebagai pejuang yang tercerdaskan dan tercerahkan serta mampu menggerakkan seluruh bangsa dalam sebuah semangat untuk menggulung kolonialisme dan menggelar kesejahteraan secara masif. Hal inilah yang menyebabkan para kepala negara di Asia dan Afrika berkeinginan untuk datang ke Indonesia menggelar Konferensi Asia Afrika (KAA) pada 18-24 April 1955 di Bandung, Jawa Barat.
Demikian disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, saat menyampaikan orasi budaya dalam acara Pendukungan Kegiatan Konferensi Asia Afrika Ke-60 Menuju World Culture Forum (WCF) II Tahun 2016, di Gedung Indonesia Menggugat, Bandung, Sabtu (18/4/2015).
Mendikbud mengungkapkan, para pemimpin pada masa awal kemerdekaan Indonesia memiliki pemikiran-pemikiran yang luar biasa. Mereka, kata dia, mengerti akar budaya Indonesia tetapi mereka juga orang-orang yang sangat global. Dia mengambil contoh, Soekarno menguasai lima bahasa, Muhammad Hatta menguasai empat bahasa, Sutan Syahrir menguasai lima bahasa, Agus Salim menguasai delapan bahasa, dan Muhammad Natsir menguasai tujuh bahasa. "Mereka orang-orang yang memahami dunia, melihat pandangan ke depan, lalu melihat potret bangsa ini, lalu membuat konstruksi sebuah negeri namanya Republik Indonesia," ujarnya.
Mendikbud menjelaskan, Republik Indonesia ini dibuat oleh para pemimpin pada masa awal kemerdekaan melalui imajinasi dan keberanian yang luar biasa. Dikatakan imajinasi, kata dia, karena mereka mempunyai imajinasi sebuah negeri yang memiliki keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. "Ini imajinasinya, di saat kita semua berbicara tentang kedamaian, mereka sudah bicara kedamaian lebih awal," tuturnya.
Mendikbud mengatakan, Indonesia memiliki lebih dari 800 bahasa daerah tetapi seluruh masyarakat Indonesia berhasil menyepakati bahasa bersama sebelum ada negara. Mereka yang bersepakat, kata dia, adalah para pendiri negeri ini yang berasal dari seluruh kelompok dan menariknya bahasa yang dipakai berasal dari kelompok kecil pada masa itu. "Dunia melihat Indonesia lebih dari sekadar negeri ini bisa merdeka, dunia melihat Indonesia ini sebuah negeri yang dibangun dengan fondasi visi kebudayaan yang luar biasa," katanya.
Mendikbud berpendapat, para peserta KAA pada tahun 1955 itu datang ke Indonesia bagaikan saat ini kita datang ke negara-negara maju seperti Jepang, Singapura, dan sebagainya kemudian menceritakan kehebatan negara tersebut kepada banyak orang di negerinya sendiri. Ratusan orang yang datang ke Bandung pada masa itu, kata dia, bukan hanya sekadar mengikuti konferensi saja tetapi mereka melihat sebuah peradaban Indonesia yang memesona melalui gagasan negeri yang dibangun dengan landasan tradisi dan konsep negara modern. "Itu terobosan yang luar biasa, jadi mereka pulang menjadikan Bandung inspirasi, bukan sekadar teksnya tetapi pengalaman spiritual berada di sini, karena itu memesona dan ini menjadi cerita yang luar biasa," ucap mantan rektor Paramadina itu. (Agi Bahari)
Sumber :
Penulis :
Editor :
Dilihat 1473 kali
Editor :
Dilihat 1473 kali