Mendikbud Pastikan Kesiapan Pelaksanaan UN di SMK Negeri 28 dan SMA Bhakti Idhata 13 April 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Setelah melihat langsung persiapan pelaksanaan ujian nasional (UN) di sekolah rayon SMK Negeri 20 Jakarta, Senin (13/4/2015), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan melanjutkan inspeksi mendadak (sidak) ke dua sekolah yang berdekatan dengan SMA Negeri 20 di kawasan Cilandak, Jakarta Selatan. Dua sekolah yang dimaksud adalah SMK Negeri 28 yang melaksanakan ujian berbasis komputer atau computer based test (CBT) dan SMA Bhakti Idhata.
Di SMK Negeri 28, Mendikbud langsung bergerak ke ruang kelas di lantai 3 tempat pelaksanaan ujian berbasis komputer digelar. Sekolah ini menerapkan tiga sesi pelaksanaan UN untuk 225 siswa yang terbagi pada beberapa ruangan. "Dalam satu ruangan, ada yang berjumlah 20 dan 15 komputer," kata Kepala SMK Negeri 28 Jakarta, Nanik Radmiasih kepada Mendikbud.
Mendikbud mengatakan, mayoritas sekolah pelaksana UN berbasis komputer adalah SMK. Itu karena di SMK, pihak sekolah telah menyiapkan sarana dan prasarana komputer untuk kegiatan pembelajaran sejak lama dan disesuaikan dengan jumlah siswa yang ada. "Ini berbeda dengan SMA. Komputer ada, tetapi jumlahnya tidak cukup," kata Mendikbud.
Terkait pelaksanaan CBT di daerah lain, Mendikbud menuturkan, pihaknya mendapat informasi bahwa pelaksanaan UN berbasis komputer yang berlangsung di Jayapura, Papua dapat dimulai dengan lancar. "Di sana yang waktunya dua jam lebih cepat, sudah mulai lebih dulu, dan seluruhnya sudah bisa login. Jadi tidak ada masalah," ungkap Mendikbud.
Sementara itu, di SMA Bhakti Idhata, Mendikbud sempat melihat ruang panitia dan memastikan bahwa naskah UN masih tersegel dengan baik. Mendikbud juga berkeliling di ruang kelas tempat pelaksanaan UN digelar.
Secara umum, Mendikbud melihat persiapan UN yang cukup baik. Ia tidak melihat adanya 'temuan' selama proses persiapan ini. "Yang saya lihat hanya kerapian, seperti yang dapat dilihat. Para panitia sekolah sudah sangat terlatih untuk menyiapkan operasi yang masif ini, sehingga bisa berjalan dengan baik," katanya.
Mendikbud juga menambahkan, UN adalah peristiwa masif yang melibatkan sekitar 69.000 sekolah, lebih dari 700 ribu pengawas, dan sekitar 2,8 juta siswa. Ia menegaskan, UN wajib diikuti oleh siswa tingkat akhir pada jenjang SMP/sederajat dan SMA/sederajat. "Jika ada yang berhalangan, sehingga tidak dapat mengikuti UN utama, maka mereka dapat mengambil UN susulan. Kami memastikan setiap anak bisa mengikuti UN," tutur Mendikbud. (Ratih Anbarini)
Sumber :
Editor :
Dilihat 669 kali