Terima Laporan Listrik Padam, Mendikbud Tidak Khawatir 13 April 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengatakan, pihaknya menerima laporan dari Kota Jayapura, Papua bahwa sempat terjadi pemadaman listrik saat ujian nasional berbasis komputer berlangsung di SMK Negeri 2 Jayapura. Meski demikian, Mendikbud mengaku tidak khawatir karena data jawaban siswa tetap tersimpan dengan baik dalam sistem.
Laporan tersebut diterimanya saat tengah melakukan inspeksi mendadak pelaksanaan persiapan UN hari pertama, Senin (13/4/2015) di sejumlah sekolah di kawasan DKI Jakarta. Mendikbud menyebut, peristiwa itu memberikan bukti bahwa perangkat lunak yang diinstal ke komputer sekolah berfungsi dengan baik. “Justru ini menjadi bukti bahwa software berjalan baik. Ada interupsi listrik, kemudian nyala, dan bisa berfungsi lagi, tanpa kehilangan data jawaban siswa. Tidak ada masalah,” tutur Mendikbud.
Kepala Pusat Penilaian Pendidikan, Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Nizam menyampaikan, saat pemadaman listrik mendadak itu terjadi, Wakil Wali Kota Jayapura tengah mengunjungi sekolah tersebut menjelang pelaksanaan UN sesi pertama berakhir. “Ada beberapa siswa yang belum selesai mengerjakan UN, kemudian listrik mati selama 10-20 menit. Tapi kemudian langsung ditelepon PLN-nya, dan akhirnya nyala. Siswa bisa kembali mengerjakan soal yang belum terisi di sisa waktu yang terhitung dalam sistem,” ungkap Nizam.
Ia menambahkan, peristiwa ini tidak berpengaruh pada pelaksanaan sesi berikutnya, karena waktu jeda antara sesi satu dengan sesi berikutnya berlangsung selama satu jam. “Karena kejadiannya hanya 10-20 menit, jadi tidak mengganggu sesi kedua,” katanya.
Nizam mengakui, meski pelaksanaan UN berbasis komputer dapat berjalan dengan lancar, namun pihaknya tetap akan melakukan evaluasi. Jika terdapat kekurangan, maka itu perlu disempurnakan. Pihaknya juga akan memperkuat sosialisasi ke sekolah-sekolah. “Kita akan evaluasi bagaimana agar CBT berlangsung optimal,” tambahnya.
Ia menegaskan kembali bahwa CBT bukan proyek pengadaan komputer. Sekolah tidak boleh belanja komputer hanya untuk bisa mengikuti CBT. Sebaliknya, jika komputer dibeli untuk pembelajaran, maka hal tersebut sangat baik karena anak-anak memang harus difasilitasi alat agar bisa memanfaatkan teknologi informasi komunikasi (TIK). (Ratih Anbarini)
Sumber :
Editor :
Dilihat 710 kali