Lasenas 2015: Ajak Siswa Melawat Tempat Bersejarah dengan Cara Menyenangkan 22 Mei 2015 ← Back
Jawa Barat, Kemendikbud --- Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menggelar kegiatan Lawatan Sejarah Nasional (Lasenas) 2015. Kali ini lokasi melawat kesejarahan akan berlangsung di Jawa Barat, tepatnya di empat lokasi berbeda, yaitu Bandung, Sumedang, Kuningan, dan Cirebon pada 24-28 Mei 2015.
Lawatan sejarah sendiri adalah suatu kegiatan perjalanan mengunjungi situs bersejarah yang merupakan bagian dari simpul-simpul perekat yang berorientasi pada nilai-nilai perjuangan dan persatuan untuk memperkokoh ke-Indonesia-an. Peserta Lasenas terdiri atas siswa dan siswa beserta guru di jenjang pendidikan menengah.
Direktur Sejarah dan Nilai Budaya, Endjat Djanuderadjat mengatakan, belajar sejarah dengan melawat langsung ke objeknya merupakan kegiatan belajar yang menyenangkan sekaligus mengesankan. Rasa senang dan penuh kesan dalam lawatan sejarah, selaras dengan suasana belajar yang digagas oleh Bapak Pendidikan, Ki Hajar Dewantara, “Sekolah sebagai Taman”. Di taman-taman sejarah inilah, peserta akan memperoleh kesadaran sejarah sebagi penguat karakter bangsa.
Rangkaian kegiatan Lasenas mengajak peserta melawat tempat-tempat yang bernilai sejarah. Kegiatan ini pada dasarnya merekatkan simpul-simpul ke-Indonesia-an, baik simpul sejarah maupun budaya. Lawatan dimulai dari Kota Bandung yang baru saja dipilih sebagai pusat peringatan Konferensi Asia Afrika, kota bersejarah bagi bangsa-bangsa di Asia dan Afika, selain juga tempat menyimpan sejarah pergerakan dan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Tempat-tempat yang memiliki nilai sejarah tinggi, antara lain adalah Rumah Tahanan Sukamiskin dan Rumah Tahanan Banceuy. Di dalam rumah tahanan Banceuy, Sukarno menulis pidato pembelaannya, berjudul “Indonesia Menggugat,” yang menguraikan penderitaan rakyat Indonesia karena kolonialisme Belanda. Tempat beliau membacakan “Indonesia Menggugat” adalah di Gedung Landraad, yang kini disebut sebagai Gedung Indonesia Menggugat. Sedangkan di Jln. Inggit Garnasih Nomor 8, pernah ditinggali oleh Ibu Inggit Garnasih, bersama Sukarno. Rumah ini menjadi tempat berkumpulnya pelopor kemerdekaan seperti Sukarno, Agus Salim, H.O.S Tjokroaminoto, KH Mas Mansyur, Hatta, M. Yamin dan lainnya, dalam bertukar pikiran mengenai gagasan kebangsaan dan kemerdekaan.
Kota Sumedang juga menyimpan cerita sejarah bangsa. Tokoh perjuangan dari Aceh, Cut Nyak Dien, diasingkan di kota ini. Karena persoalan prinsip, ia menolak tinggal di rumah yang disediakan oleh Belanda, dan lebih memilih tinggal di sebuah rumah pemberian Pangeran Soegih, tepatnya di belakang Masjid Raya Sumedang. Selama hampir dua tahun Cut Nyak Dien bermukim di Sumedang, hingga akhir hayatnya. Cut Nyak Dien dimakamkan di Makam Gunung Puyuh, Sumedang.
Sedangkan kota berikutnya, yakni Kuningan, merupakan kota tempat Raja Siau, Kepulauan Sangihe, Talaud, Jacob Pontow yang menghabiskan sisa hidupnya akibat membangkang kebijakan Belanda, dan diberhentikan dari jabatannya sebagai raja. Kuningan juga berperan penting dalam sejarah bangsa, yakni tempat diberlangsungkannya Perjanjian Linggarjati pada tahun 1946.
Sejak abad ke-14, Cirebon merupakan salah satu kota pelabuhan yang penting di nusantara. Keberadaan kota ini diperkuat oleh laporan sejarah yang ditulis oleh Tome Pires dalam kunjungannya ke Cirebon pada tahun 1513. Cirebon dalam episode sejarahnya menjadi tempat bersemainya dakwah Islam yang dibawa oleh Sunan Gunungjati, merupakan salah satu daerah di Indonesia yang lokasinya terletak di bibir pantai utara jawa bagian barat. Oleh karenanya, ia masuk dalam kawasan yang terislamisasi pada masa awal kedatangannya sekaligus menjadi jembatan bagi tersebarnya agama Islam ke wilayah pedalaman Jawa Barat. Di bawah kepemimpinan Syarif Hidayatullah, Cirebon menjadi sebuah negara yang merdeka dan berdaulat
Kini, peninggalan sejarah yang masih dirawat dengan baik, antara lain Kraton Kasepuhan, Kraton Kanoman, Kraton Kacirebonan, Kraton Keprabonan, Masjid Sang Cipta Rasa. Cirebon juga menyimpan simpul pengikat ke-Indonesia-an, yakni makam La Unru Sinrang, seorang keturunan Bugis yang menjadi raja di Taliwang, Pulau Sumbawa. Akibat melawan Kolonial Belanda, La Unru Sinrang diasingkan ke Cirebon. La Unru Sinrang hidup di pengasingan hingga akhir hayatnya.
Kegiatan Lasenas tahun ini mengambil tema “Membangun memori kolektif generasi muda untuk perekat persatuan bangsa.” Tema ini dipilih agar bangsa Indonesia dapat membangkitkan ingatan-ingatan akan perjuangan para pendahulu dalam merebut kemerdekaan, sehingga menumbuhkan kesadaran sejarah dan memperkokoh persatuan dan kesatuan bangsa. Lasenas juga diharapkan dapat memberikan bentuk baru yang menarik dalam mempelajari sejarah, dan juga tidak membosankan bagi siswa, serta dapat memberikan metode pembelajaran alternatif bagi para guru sejarah.
Melalui kegiatan Lasenas diharapkan para generasi muda dapat memahami nilai-nilai kepahlawanan dan arti dari perjuangan para tokoh sejarah di masa lampau sehingga dapat menumbuhkan idealisme dan jiwa patriotik. Selain itu juga diharapkan agar dapat merajut kesinambungan gagasan dan cita-cita perjuangan kemerdekaan bangsa dan mampu menemukan sikap arif untuk mengisi kemerdekaan, serta memperkenalkan objek-objek peninggalan bersejarah dan mengenal lebih dekat warisan budaya bangsa guna menumbuhkan sikap gemar melestarikan, melindungi, dan memelihara peninggalan sejarah dan tradisi. (*)
Sumber :
Penulis :
Editor :
Dilihat 1013 kali
Editor :
Dilihat 1013 kali