Pembinaan Tim Olimpiade Indonesia Tetap Perhatikan Hak Sekolah Siswa 22 Juli 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Setiap tahun Tim Olimpiade Indonesia dari berbagai bidang selalu berhasil meraih prestasi. Bidang-bidang tersebut antara lain Biologi, Matematika, Fisika, Kimia dan Komputer. Keberhasilan ini tidak lepas dari pembinaan yang dilakukan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk para siswa yang terpilih sebagai anggota Tim Olimpiade Indonesia.
Pembinaan terhadap Tim Olimpiade Indonesia untuk berbagai bidang dilakukan dengan tetap memerhatikan hak siswa dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Meski mereka mengikuti pembinaan olimpiade di luar sekolah, para siswa dikondisikan agar tidak ketinggalan dalam mengikuti mata pelajaran lain di sekolahnya.
“Dulu pembinaan, khususnya (olimpiade) fisika, langsung 9 bulan atau langsung satu tahun. Kita evaluasi berdasarkan masukan-masukan dari kepala sekolah dan guru pembina yang ada di sekolah agar pembinaan tidak lama. Ahkirnya kita buat sistem baru di pembinaan,” ujar Kepala Subdirektorat Kelembagaan dan Peserta Didik Ditjen Dikdasmen Kemendikbud, Suharlan, di Banten, (20/07/2015), saat menjemput kedatangan Tim Olimpiade Biologi Indonesia dari Denmark di Bandara Soekarno-Hatta.
Pria yang akrab disapa Harlan itu mengatakan, pembinaan Tim Olimpiade Indonesia dilakukan dalam tiga tahap. Masing-masing tahap berlangsung selama satu bulan. Tiga tahap pembinaan itu sekaligus merupakan tahap seleksi dari mereka yang lolos seleksi nasional, untuk melanjutkan ke olimpiade internasional.
Tahap pertama diikuti 30 siswa, hingga akhirnya tersisa 8-10 orang di tahap 3 untuk dikirim ke olimpiade internasional. Setiap selesai pembinaan dalam tiap tahap, para siswa dikembalikan ke sekolah untuk tetap mengikuti kegiatan belajar mengajar.
“Setelah pembinaan, mereka pulang. Jadi mereka tetap belajar ilmu lain. Tidak hanya bidang olimpiadenya. Juga tidak mengganggu proses belajar mengajar. Jadi hak anak tidak tercerabut. Jadi sesuai dengan UU Sistem Pendidikan Nasional,” tutur Harlan.
Selain itu, selama mengikuti pembinaan, para siswa tetap dapat mengakses informasi melalui teman dan gurunya di sekolah mengenai perkembangan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Mereka juga kadang membawa buku pelajaran lain dan tugas dari sekolah di tempat pembinaan.
Selama pembinaan, kata Harlan, mereka didampingi tim psikologi. Para siswa juga mengikuti kegiatan olahraga, serta mendapatkan pendidikan karakter dan diberikan kegiatan refreshing setiap minggu berupa tur. Lokasi pembinaan setiap tahap pun berubah-ubah supaya siswa tidak merasa jenuh dan bosan. Dengan adanya tim psikologi, pendidikan karakter, serta keseimbangan antara persiapan olimpiade dengan kegiatan refreshing, suasana persaingan yang timbul di antara peserta olimpiade pun menjadi positif. Mereka sadar, tidak lagi membawa nama sekolah, kabupaten, kota, atau provinsi, melainkan membawa nama bangsa, Indonesia. (Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Editor :
Dilihat 733 kali