Gelar Tradisi dan Seni Budaya Pekan Budaya Indonesia Meriahkan Simpang Lima di Malam Minggu  09 Agustus 2015  ← Back

Semarang, Kemendikbud --- Kota Semarang, Jawa Tengah, menjadi tuan rumah penyelenggaraan Pekan Budaya Indonesia 2015, yang memang baru pertama kali diselenggarakan. Selama kurang lebih satu pekan, 11 titik di Kota Semarang menjadi lokasi berbagai kegiatan dalam rangkaian Pekan Budaya Indonesia. Puncaknya, pada Sabtu malam, (8/8/2015), digelar acara Gelar Tradisi dan Seni Budaya di Lapangan Simpang Lima, yang dihadiri ratusan orang.

Acara Gelar Tradisi dan Seni Budaya dimulai sejak sore hari, Sabtu (8/8/2015) dengan berbagai tarian daerah dan pertunjukan budaya. Acara kemudian dihentikan saat magrib menjelang, dan dimulai lagi pada pukul 19.00 s.d 22.00 WIB. Gelar Tradisi dan Seni Budaya di malam hari menghadirkan beragam upacara adat atau upacara tradisi yang ditampilkan berbagai komunitas adat.

Selain itu hadir juga pertunjukan wayang orang yang menceritakan kisah Arjuna Wiwaha. Komunitas adat yang turut menampilkan upacara adat antara lain Komunitas Pitu dari Yogyakarta, Komunitas Jalawastu dari Brebes, Komunitas Kotagede dari Yogyakarta, Komunitas Adipala dari Banyumas, dan Komunitas Pakualaman dari Yogyakarta.

Selain menampilkan upacara adat, para komunitas adat itu juga mempertunjukkan penampilan kesenian di panggung utama Gelar Tradisi dan Seni Budaya di Lapangan Simpang Lima. Jihan, seorang pelajar kelas IX mengatakan cukup tertarik terhadap acara kebudayaan seperti ini. Meski ia tidak mengerti pertunjukan budaya yang dihadirkan, baginya pertunjukan itu tetap menarik.

Hal senada juga diungkapkan temannya, Vio. Mereka datang berdua ke Lapangan Simpang Lima karena mengetahui ada acara kebudayaan. Mereka tampak asik mengambil gambar di Lapangan Simpang Lima yang saat itu sangat ramai dikunjungi warga.

Pemerhati kebudayaan dari Komunitas Pakualaman, Erwito mengatakan, acara seperti ini sangat bagus dan dibutuhkan untuk terus melestarikan budaya Indonesia dan membuat rakyat lebih mengenali budayanya. Ia menuturkan, setiap komunitas budaya atau komunitas adat memiliki upacara adat atau upacara tradisi yang berbeda-beda, tergantung daerahnya masing-masing. Karena itu diperlukan satu momen atau acara yang bisa menyatukan penyelenggaraan atau penampilan beberapa upacara adat dalam satu kesempatan agar dapat disaksikan warga dengan bersama-sama.

Erwito juga mengapresiasi dukungan pemerintah daerah dan pemerintah pusat dalam pengembangan kebudayaan, khususnya terhadap keberadaan komunitas adat. Kedatangannya ke Kota Semarang bersama para anggota Komunitas Adat Pakualaman, ujarnya, difasilitasi oleh Direktorat Pembinaan Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan Tradisi, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Ia berharap pemerintah terus memiliki perhatian terhadap pengembangan dan pelestarian kebudayaan Indonesia. Selain meriah dengan adanya Gelar Tradisi dan Seni Budaya, Lapangan Simpang Lima juga ramai oleh kehadiran gerai pameran dari komunitas adat dan para pedagang asongan. Beberapa pedagang makanan ringan seperti jagung rebus dan kacang rebus tampak laku dibeli pengunjung untuk dimakan sambil menikmati pertunjukan yang ditampilkan di atas panggung.

Kursi yang disediakan panitia Pekan Budaya Indonesia di Lapangan Simpang Lima pun tak cukup menampung antusiasme warga yang tinggi. Warga pun rela duduk di bawah beralaskan rumput lapangan. Sebagian besar yang datang membawa serta anggota keluarganya untuk menikmati malam Minggu di Simpang Lima. (Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 878 kali