Semarang, Kemendikbud --- Indonesia yang memiliki letak geografis sangat luas dan terdiri dari berbagai macam suku bangsa, berkembang pula berbagai macam permainan tradisional. Permainan tradisional ada yang bersifat kompetisi, ada pula yang sekedar rekreasi. Namun di balik itu, tersimpan juga nilai-nilai positif yang terkandung dalam setiap permainan, khususnya nilai-nilai pendidikan karakter. Karena itulah permainan tradisional juga cocok diterapkan para guru di sekolah dalam kegiatan belajar mengajar.
Hal tersebut mengemuka dalam Workshop Permainan Tradisional untuk Guru dan Orang Tua Siswa di Lawang Sewu, Semarang, Jawa Tengah, pada Sabtu pagi, (8/8/2015). Workshop ini digelar bersamaan dengan Pameran Permainan Tradisional di salah satu gedung di Lawang Sewu sebegai rangkaian penyelenggaraan Pekan Budaya Indonesia 2015.
Peneliti permainan tradisional dari Komunitas Hong, Zaini Ali mengatakan aplikasi permainan tradisional di sekolah tidak memerlukan waktu atau mata pelajaran khusus. Yang paling penting adalah bagaimana guru-guru bisa diajak berkreasi dan menggunakan permainan tradisional sebagai media penyampai suatu mata pelajaran.
"Misalnya pelajaran olahraga. Mengapa harus selalu bermain bola? Mengapa (bentuknya) harus olahraga? Mengapa anak-anak tidak diajak main dulu permainan tradisional atau olahraga tradisional supaya mengenal. Jadi mainan dijadikan sebagai alat, sebagai media, bukan masuk sebagai materi. Anak-anak diajak bermain. Misalnya matematik diselingi permainan berhitung dulu. Pelajaran agama misalnya, bagaimana mengajarkan nilai-nilai agama dalam permainan tradisional. Mengajarkan konsep taat, di mana permainan tradisional juga ada aturannya," urai Zaini usai menjadi narasumber dalam workshop.
Salah satu peserta workshop, guru dari SD Telogosari Kulon 4 Kota Semarang, Muhdor, mengakui permainan tradisional sangat bagus diterapkan di sekolah karena ada pembentukan karakter. Namun aplikasi permainan tradisional dalam kegiatan belajar mengajar harus dilakukan secara konsisten.
"Permainan tradisional itu sangat tergantung pada gurunya. Kalau dimasukkan ke dalam pembelajaran untuk jadi semacam pemanasan bisa saja untuk membangkitkan pembelajaran inti nanti. Kalau dititipkan pada guru olahraga juga sangat bagus sekali," katanya.
Komunitas Hong sebagai salah satu komunitas permainan tradisional aktif bermitra dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam menyosialisasikan permainan tradisional di berbagai kesempatan. Zaini mengatakan, sosialisasi permainan tradisional ke masyarakat harus melibatkan banyak pihak. Ia mengakui, selama ini Kemendikbud sangat terbuka dalam membantu penyebarluasan informasi dan sosialisasi permainan tradisional di berbagai daerah melalui pameran, workshop dan seminar.
"Harapan saya nanti Kemendikbud bisa bikin program lain yang aplikatif. Artinya mereka (anak-anak) sudah dikenalkan (permainan tradisional), sudah tertarik, kemudian bagaimana aplikasinya di kelas. Misalnya agar mereka diajak bermain sebelum pelajaran dimulai, diajarkan ke alam, atau berhitung melalui permainan. Karena dunia anak-anak adalah dunia bermain. Tidak lepas dari itu," tuturnya.
(Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Penulis :
Editor :
Dilihat 1599 kali