Media Massa Punya Ruang Partisipasi dalam Pendidikan Indonesia 27 Agustus 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan, menerima kunjungan beberapa redaktur majalah Kompas Gramedia Group di kantor Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kemarin sore. Audiensi yang dihadiri oleh redaktur majalah Hai, Intisari, Angkasa, dan National Geographic ini membahas tentang peran media massa khususnya majalah dalam membantu strategi pemerintah di bidang pendidikan jenjang SMA/Sederajat.
Mendikbud menyampaikan, media massa khususnya majalah dapat membantu pemerintah di bidang pendidikan dalam hal transformasi materi pendidikan bagi siswa dari yang semula hanya dengan formula membaca, menulis, dan menghitung kemudian bertambah dengan formula berpikir rasional, kreatif, dan berkolaborasi serta mempunyai keahlian berkomunikasi. “Ini 21th Century Skill (keahlian di abad ke-21,-) yang harus ditumbuhkan pada siswa,” katanya saat menerima kunjungan redaktur majalah Kompas Gramedia Group di kantor Kemendikbud, Jakarta, Rabu, (26/8/2015).
Mendikbud mengungkapkan, saat ini jalur pendidikan bagi siswa di sekolah sebagian besar hanya melalui jalur kurikulum saja. Jalur pendidikan bagi siswa, kata dia, sebenarnya tidak hanya kurikulum saja tetapi masih ada jalur pendidikan melalui ekstra kurikulum dan non kurikulum. “Teman-teman media punya ruang lebih besar untuk berpartisipasi kalau ada yang non kurikuler dan ekstra kurikuler. Itulah ruang yang lebih besar dan terbuka,” ujarnya.
Mendikbud menjelaskan, saat ini materi pendidikan masuk dalam kurikulum termasuk pembentukan karakter siswa. Hal ini, kata dia, membuat sebagian besar guru kesulitan untuk menilai karakter siswa dalam sebuah mata pelajaran karena penilaian pemahaman dan perilaku siswa terhadap sebuah mata pelajaran digabung menjadi satu. “Sekolah kita ini mengalami penyempitan selama beberapa dekade ini karena semuanya dimasukan dalam kurikulum,” tuturnya.
Mendikbud mengimbau, media massa khususnya majalah diharapkan dapat memiliki kegiatan non kurikuler sebagai stimulus pembentukan karakter bagi siswa. Dia mencontohkan, kegiatan pertukaran pelajar yang termasuk dalam pendidikan non kurikulum. “Banyak negara yang menerapkan siswanya untuk belajar di negara lain dalam satu semester,” ucapnya.
Mendikbud mengatakan, Pusat Kurikulum Kemendikbud saat ini sedang mendesain kurikulum bagi siswa yang merangsang tiga aktivitas pendidikan diantaranya kurikuler, ekstra kurikuler, dan non kurikuler. Media, kata dia, dapat berinteraksi dengan siswa melalui ide-ide atau gagasan-gagasan baru yang dapat menjadi stimulus untuk memunculkan inisiatif-inisiatif pada siswa. “Media sebagai salah satu cara untuk merangsang itu,” katanya. (Agi Bahari)
Sumber :
Editor :
Dilihat 788 kali