Musik Indonesia Goyang Frankfurt di Museumsuferfest 2015 28 Agustus 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Dangdut, Jazz, Pop-Folk Song, hingga Hiphop dari Indonesia akan mengajak jutaan orang bergoyang di Museumuferfest 2015 di Frankfurt, Jerman. Festival yang dihadiri sekitar 2 juta orang setiap tahunnya ini berlangsung pada 28-30 Agustus 2015. Agustus adalah bulan bersejarah, karena bertepatan dengan momentum peringatan 70 tahun Indonesia merdeka. MuseumsUferfest juga merupakan langkah penting memperkenalkan Indonesia kepada publik Jerman dan Eropa, yang akan menjadi Guest of Honour atau Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair pada Oktober 2015 mendatang.
“Indonesia ditempatkan di panggung utama dan pada acara pembukaan, seluruh wartawan media cetak, radio, TV dan online dari segala penjuru dunia mengarahkan sorotan ke panggung kita. Kesempatan ini merupakan promosi besar untuk membuktikan bahwa Indonesia memiliki kualitas seni budaya yang tinggi,” ujar Slamet Rahardjo, Ketua Komite Pameran, Pertunjukan dan Seminar yang menangani langsung perencanaan dan persiapan pertunjukan tim Indonesia.
Indonesia mendapat lahan seluas 800 meter persegi, termasuk di dalamnya adalah panggung pertunjukan, gerai film dan animasi dan gerai buku-buku asal Indonesia sebagai upaya terus mempromosikan karya penulis Indonesia kepada publik internasional.
Untuk pertunjukan, selain kesenian tradisional, Indonesia juga akan menampilkan wajah musik kontemporer. Musisi yang terlibat menjadi penampil dalam acara ini antara lain Dwiki Darmawan, musisi jazz kenamaan Indonesia yang fasih mengolaborasikan musik Indonesia dengan musik dunia. Dwiki juga telah menggubah-ulang pelbagai folksong Indonesia dalam balutan Jazz seperti: Janger, Paris Barantai,Bengawan Solo, Tarik Pukat, Lir Ilir, dan lain-lain. Dwiki akan berkolaborasi dengan musisi-musisi dunia yang tergabung dalam World Peace Ensamble.
Selain itu ada juga Djaduk Ferianto dan Grup musik KuaEtnika, grup musik dengan sejumlah terobosan kreatif seperti memadukan musik etnik tradisional dengan warna musik barat, atau mengawinkan musik etnik dari berbagai suku Indonesia yaitu Jawa, Sunda dan Bali dan Minang. Pelbagai alat musik dimainkan di komposisi gubahan KuaEtnika seperti gitar, biola, keyboard, kendang, hingga alat-alat ciptaan baru yang tak terbayangkan.
Selain itu ada juga Dira Sugandi, penyanyi jazz kenamaan Indonesia yang memiliki karakter vokal yang kuat; Bonita & the Hus BAND, grup musik favorit kaum urban Indonesia yang menampilkan lagu-lagu pop-folk-soul dan ‘feel good’ music; JFlow : rapper kreatif yang gemar melakukan terobosan baru dalam bermusik dengan memadukan warna disko, reggae dan hip hop; dan Mian Tiara, penyanyi dan pencipta lagu di ranah jazz dengan vokalnya yang unik dan menentramkan hati.
Selain para musisi kontemporer Indonesia, akan tampil pula Pertunjukan tari tradisional Barong Osing. Barong adalah sosok binatang ajaib yang diwujudkan dengan topeng berwajah seram, namun dalam mitologi masyarakat lokal dipercaya sebagai lambang kebaikan dan mampu mengusir roh-roh jahat. Sedangkan Osing adalah suku asli dari Banyuwangi, Jawa Timur. Ada pula Gandrung Banyuwangi yaitu tari sosial atau “pergaulan”yang umum terdapat di Indonesia. Gandrung diiringi oleh seperangkat gamelan relatif kecil: kendang, kethuk, gong, kluncing,dan biola. Kluncing (triangle) dan biola (violin) merupakan alat musik gandrung yang khas, keduanya berasal dari tradisi alat musik Barat yang dalam waktu panjang telah diadopsi (dan diproduksi) sebagai alat tradisional yang khas Banyuwangi.
Pengunjung Museumsuferfest juga akan digoyang musik dangdut, jenis musik-pop paling populer di Indonesia. Melalui Museumsuferfest, Indonesia ingin memperkenalkan kekayaan khasanah kesenian, baik yang tradisi maupun kontemporer kepada publik Jerman dan Eropa pada umumnya, sebagai bagian dari rangkaian kegiatan Indonesia sebagai Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015. (Sumber: Siaran Pers Komite Nasional Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015)
Sumber :
Editor :
Dilihat 623 kali