Pameran Arsitektur FBF 2015 Bertema Meninjau Ulang Arsitektur Tropis 28 Agustus 2015 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Dalam rangkaian kegiatan Indonesia sebagai tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair 2015, Komite Nasional bekerja sama dengan Deutsches Architekturmuseum (DAM) Frankfurt menyelenggarakan pameran arsitektur bertajuk Tropicality : Revisited. Pameran ini menampilkan 12 desain arsitektur kontemporer Indonesia dalam menanggapi tropikalitas.
Tropikalitas sebetulnya telah menjadi wacana penting dalam arsitektur global sejak awal abad ke-20, terutama di daerah-daerah kolonial yang bertumbuh pesat. Meluasnya ilmu pengetahuan hingga ke wilayah jajahan di abad ke-19, menjadi pendorong bagi pemerintah kolonial untuk mulai mengembangkan infrastruktur besar-besaran di area tropis ini. Sebagian di antaranya merupakan pemenuhan kewajiban “etis” untuk memberikan mata pencaharian dan lingkungan hidup yang lebih baik bagi masyarakat kolonial.
Arsitek bersama dengan para insinyur yang kebanyakan dari wilayah Eropa ini kemudian berbondong-bondong datang ke daerah koloni untuk bereksperimen dengan bahan-bahan dan teknik-teknik membangun baru, di bawah matahari tropis yang keras, udara lembab, hujan yang deras, dan berbagai ancaman penyakit yang kerap menjadi tantangan di daerah tropis.
Tema tropikalitas, bagi para arsitek Indonesia dari berbagai generasi, selalu menjadi tantangan karena berbagai faktor. Dua faktor utama adalah faktor teknis dalam menghadapi iklim seperti hujan deras, panas dan kelembapan yang tinggi, serta faktor tren arsitektur global yang cenderung mengarah pada tema modernitas seperti penggunaan material baja atau kecenderungan desain gedung tinggi berpendingin ruangan atau desain resort tropis klasik yang modern. Meski demikian, arsitektur tropis terus hidup dan berkembang sejalan dengan berbagai kritik terhadap arsitektur modern yang kurang sesuai dengan iklim dan lingkungan.
“Tropakalitas menjadi semakin relevan terutama bila dikaitkan dengan situasi saat ini, di mana kita sama-sama menghadapi ancaman krisis energi dan pemanasan global, “ ujar Avianti Armand, arsitek Indonesia yang menjadi salah satu kurator pameran ini.
Salah satu rancangan arsitektur yang dipamerkan adalah sebuah inisiatif yang digagas Kineforum untuk menghadirkan bioskop di ruang terbuka atau biasa disebut Misbar (Gerimis Bubar) di Monas pada 2013. Tujuannya untuk membawa kembali budaya layar tancap dimana orang bisa berkumpul dan berinteraksi di ruang terbuka, yang sudah lama tersisih oleh bioskop modern di ruang tertutup.
Adapula rumah dua lantai di atas tanah seluas 200 meter persegi milik keluarga sederhana di area Cileduk Tangerang. Rumah ini dibangun dengan anggaran sangat terbatas namun berhasil menciptakan bangunan dengan dua ruang keluarga beratap pendopo, empat kamar tidur dan tiga kamar mandi. Menariknya, bangunan ini juga memiliki ventilasi udara yang baik dan akses langsung terhadap cahaya sehingga tidak memerlukan banyak penggunaan energi untuk pendingin ruangan dan lampu.
Contoh menarik lainnya datang dari Masjid Baiturahman di Kopeng Yogyakarta, salah satu desa yang rusak karena letusan Merapi pada 2010. Masjid ini dibangun dengan tampilan modern, menggunakan batu bata setempat yang terbuat dari sisa lahar Merapi. Masjid ini tak hanya digunakan beribadah ritual tapi juga menjadi pusat kegiatan komunitas.
Berikut adalah rancangan para arsitek Indonesia yang dipamerkan :
Rumah Baca – Achmad Tardiyana
Studi-O Cahaya – Mamostudio
Wisnu House-djuhara+djuhara
Andra Matin House – andramatin
Kineforum Misbar-Csutoras & Liando
Tamarind House – d-associates
Almarik Restaurant-EFF Studio
Eko Prawoto House-Eko Prawoto Architecture Workshop
Timber House-Studio Akanoma
House #1 at LABO, the mori
Ize-Studi Ton Ton
Mesjid Baiturrahman –Urbane Indonesia
(Penjelasan lengkap mengenai masing-masing karya terlampir)
Pameran dibuka resmi pada 28 Agustus oleh Duta Besar Indonesia di Jerman, Fauzi Bowo. Tropicality : Revisited akan berlangsung hingga 17 Januari 2016. Diharapkan pameran ini dapat menjadi kontribusi Indonesia bagi perkembangan arsitektur tropis dunia. (Alien Rogeleonick/Sumber: Siaran Pers Komite Nasional Indonesia sebagai Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015)
Sumber :
Editor :
Dilihat 696 kali