6.000 Mantan Warga Belajar Bacakan Deklarasi Indonesia Membaca  24 Oktober 2015  ← Back

Jakarta, 24 Oktober 2015 --- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menunjuk Kabupaten Karawang, Jawa Barat, sebagai tuan rumah tingkat nasional penyelenggaraan peringatan Hari Aksara Internasional (HAI ke-50) tahun 2015. Pada puncak peringatan HAI, yang berlangsung tanggal 24 Oktober 2015, sebanyak 6.000 mantan warga belajar membacakan Deklarasi Indonesia Membaca. Sedangkan dua mantan warga belajar terpilih membacakan suratnya untuk Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan.

Mereka adalah perwakilan dari 50.000 orang mantan warga Belajar Pendidikan Keaksaraan di Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Harapannya, momen Deklarasi Indonesia Membaca ini akan memperoleh rekor Museum Rekor Indonesia sebagai pembaca terbanyak mantan warga belajar pendidikan keaksaraan (pemberantasan buta huruf). Tidak hanya itu, dalam acara puncak peringatan HAI 2015 juga dilakukan peluncuram Data Pokok Pendidikan-Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (Dapodik-PAUD dan Dikmas).

Tema yang diangkat Indonesia dalam HAI 2015 adalah Aksara untuk Menumbuhkan Budi Pekerti, dengan sub tema "Melalui Peringatan HAI, Kita Tingkatkan Kualitas Pendidikan Keaksaraan untuk Memberdayakan Masyarakat dan Menumbuhkembangkan Budi Pekerti". Tujuan dari tema adalah untuk mengingatkan kembali dan memperkuat komitmen para pemangku kepentingan di dalam upaya percepatan penuntasan aksara di Indonesia, dan memberi inspirasi kepada kita untuk meningkatkan kualitas penyelenggaraan program pendidikan keaksaraan sebagai pondasi gerakan pemberdayaan. Pemilihan tema ini sejalan dengan tema global HAI, yang diangkat oleh United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) tahun ini, yaitu Literacy and Sustainable Societies, atau Keaksaraan untuk Masyarakat Berkelanjutan.

Rangkaian kegiatan dalam perayaan HAI 2015 berlangsung selama tiga hari, yaitu dari 22 s.d. 24 Oktober 2015. Kegiatan yang diselenggarakan antara lain Lomba Keberaksaraan Peserta Didik Pendidikan Keaksaraan, Lomba Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Lomba Taman Bacaan Masyarakat (TBM) Kreatif, Lomba Sanggar Kegiatan Belajar (SKB) Berprestasi, dan Lomba Rumah Pintar (Rumpin) Berprestasi.

Perayaan HAI tingkat nasional secara bergiliran dilaksanakan di tiap provinsi, dan perayaan yang sama juga dilaksanakan di setiap provinsi untuk tingkat provinsi. Penyelenggaraan ini sebagai bukti komitmen berkesinambungan terhadap kemajuan pencapaian keaksaraan setiap individu sebagai kunci pembangunan sosial ekonomi di dalam budaya damai, dan berkarakter.

Pengentasan tuna aksara di Indonesia

Keaksaraan atau literasi dimaknai sebagai penguasaan kemampuan membaca dan menulis bahan cetak disertai dengan kemampuan berkomunikasi di dalam teks lisan dan tulisan. Perkembangannya, keaksaraan bermakna sebagai penguasaaan menggunakan berbagai bentuk semiotik di dalam berbagai mode visual, aural, dan digital yang sudah menjadi keharusan di dalam pendidikan keaksaraan saat ini. Keberadaan keaksaraan adalah sebagai kesempatan kedua bagi mereka yang pada usia wajib belajar belum memperoleh kemampuan beraksara yang cakap. Sehingga, keaksaraan dianggap sebagai cara efektif untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat dan merangkul masyarakat di dalam menghadapi tantangan hidup yang kompleks, meningkatkan kualitas kehidupan dan membantu mewujudkan kesejahteraan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia mencatatkan Indonesia telah berhasil meningkatkan keaksaraan masyarakat secara signifikan, bahkan melebihi target Pendidikan Untuk Semua Dakar yaitu dengan mengurangi penduduk tuna aksara dari 15,4 juta orang (10,20 persen) di tahun 2014, menjadi sebanyak 7,54 juta orang (5,02 persen) di tahun 2010. Bahkan, sebanyak 96,30 persen orang telah dibebaskan dari tuna aksara di tahun 2014. Sehingga, sebanyak 5,9 juta orang (3,7 persen) yang masih tuna aksara. Keberhasilan peningkatan keaksaraan dengan adanya keterlibatan organisasi perempuan di dalam meningkatkan keaksaraan perempuan, kepemimpinan kepada daerah di dalam mempercepat pengentasan tuna aksara, penggunaan Bahasa ibu di dalam proses pembelajaran keaksaraan, pengintegrasian kewirausahaan pada program pendidikan keaksaraan dan penyediaan lingkungan beraksara melalui TBM sebagai layanan pasca keaksaraan.

Bahkan, Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat Kemendikbud meraih prestasi di bidang penuntasan aksara, yaitu mendapatkan anugerah King Sejong Literacy Price 2012 dari UNESCO atas komitmen dan keberhasilan Indonesia di dalam meningkatkan keaksaraan dengan program Meningkatkan Kualitas Keaksaraan melalui Aksara Kewirausahaan, Budaya Baca, dan Pelatihan Tutor. Penghargaan ini diberikan karena jangkauan yang luas meningkatkan kualitas keaksaraan yaitu mendekati tiga juta orang dan penggunaan pendekataan pendidikan keaksaraan yang diintegrasikan dengan pengenalan kewirausahaan dan pembinaan taman bacaan masyarakat.

Tantangan di dalam pengentasan dan penuntasan tuna aksara di antaranya karakteristik penduduk tunaaksara yang tersisa sekitar 3,7 persen adalah mereka yang berada di kelompok paling  miskin, terpencil dan terpencar dan sebagian dari mereka berada pada komunitas dengan budaya tertentu. Kedua, masih besarnya jumlah aksarawan baru yang mengalami relapsing atau tuna aksara kembali karena kurangnya motivasi untuk memelihara melek aksara yang diperoleh. Ketiga, masih besarnya potensi bertambahnya penduduk tuna aksara yakni dari jumlah siswa Sekolah Dasar kelas awal (1 s.d. 3) yang drop out, yang berpotensi menjadi tuna aksara. ***


Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 808 kali