Seniman Aceh Dapat Sambutan Hangat di Frankfurt Book Fair  18 Oktober 2015  ← Back

Frankfurt, Kemendikbud --- Nama Rafli Kande sudah tak asing lagi bagi masyarakat Aceh. Musik-musiknya kerap menghibur telinga masyarakat Aceh, panggung-panggung lokal, nasional, dan internasional sering dijalaninya. Penampilannya di Frankfurt Book Fair pun mendapat sambutan hangat dari para pengunjung.
 
Di ajang Frankfurt Book Fair, karakter Rafli begitu menonjol di mata para penonton karena pembawaannya yang atraktif, menyenangkan, menghibur, penuh spirit, humoris, dengan bahasa Inggris yang baik. Kita bisa dengar lirik-lirik yang ia nyanyikan dilakukan dengan kemampuan teknik vokal yang sangat tinggi. Mengingatkan kita pada kemampuan para rapper kritis Amerika Serikat. Setelah penampilan pertama Rafli Kande para acara pembukaan pavilion Indonesia,   berkali-kali ada saja publik Jerman menanyakan kapan dan dimana Rafli Kande dan timnya akan tampil kembali, juga ingin membeli CD albumnya.
 
Sempat berprofesi sebagai guru madrasah,  pria kelahiran 1 Agustus 1967 ini akhirnya memilih bidang kesenian untuk menyampaikan kegelisahannya akan hal-hal yang terjadi dalam masyarakat. Musik-musik yang diciptakan oleh Rafli berbahasa Aceh. Tak semua orang dapat memahami bahasa Aceh, namun kita dapat merasakan spirit yang ingin ia sampaikan. Kegelisahannya mengenai lingkungan alam yang semakin rusak, lagu-lagu yang mengapresiasi karakter masyarakat Aceh yang pekerja keras, kontemplasi diri, nada-nada yang mengagungkan nilai nilai Islam.
 
Kande dalam bahasa Aceh berarti “menerangi”. Grup musik yang didirikan oleh Rafli ini dimulai 18 tahun lalu, ketika anaknya masih berusia dua tahun. Anak Rafli sendiri saat ini terlibat sebagai bassis. Beranggotakan sembilan personil yang terdiri dari satu lead vocal, satu back vocal, dua pemain gitar akustik, dan empat pemain rapa’i. Rapa’I adalah alat musik perkusi serupa rebana, tetapi dengan ukuran diameter yang lebih besar. Biasa digunakan pula oleh penari-penari Aceh saat menarikan Saman atau pun Seudati.
 
Selain Rafli Kande, ratusan musisi dan penari asal Indonesia telah memukau publik Jerman. Musik dan tari kreasi tradisional Indonesia berhasil menghangatkan Open Stage Agora di tengah cuaca Frankfurt siang hari bersuhu 5 derajat celcius.  Tampil menari di tempat terbuka, para penari mesti menahan dingin karena harus menari tanpa alas kaki.
 
Namun antusiasme penonton menyaksikan penampilan para penari dan musik-musik yang rancak juga ikut menyemangati para penampil. Tampak para penonton ikut bergoyang, berdecak kagum, dan bertepuk tangan bergembira. Tampil dalam kesempatan ini adalah Pagelu, tari persembahan selamat datang dari Sulawesi oleh grup tari Wiwiek Sipala. Lalu tampil pula medley tari-tarian Betawi, Sunda, Batak, dan ditutup dengan penampilan tari Topeng Losari. (Desliana Maulipaksi/Sumber: Komite Nasional Indonesia untuk Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015)

Sumber :

 


Penulis :
Editor :
Dilihat 1107 kali