Tradisi Menulis Indonesia Dimulai Sejak Ratusan Tahun Lalu 16 Oktober 2015 ← Back
Frankfurt, Kemendikbud --- Serangkaian diskusi dan kegiatan yang digelar Indonesia sebagai Tamu Kehormatan di Frankfurt Book Fair (FBF) 2015 mengeksplorasi kekayaan wajah Indonesia. Beragam tema dari sejarah, budaya populer, hingga permasalahan terkini yang dihadapi masyarakat Indonesia. Salah satu yang menarik adalah tentang tradisi menulis di Indonesia yang sudah dimulai sejak ratusan tahun lalu.
Di hari pertama Frankfurt Book Fair kemarin (14/10/2015), Indonesianis dari Universitas Hamburg, Jan van der Putten memaparkan tentang tradisi menulis. Dia mengatakan, Indonesia memiliki tradisi lisan yang kaya, namun tradisi menulis juga sudah muncul sejak berabad-abad silam.
"Karena sudah memiliki kekayaan tradisi lisan, tradisi menulis dipelihara dan digunakan oleh kalangan tertentu atau untuk tujuan khusus. Penulisan untuk penyebaran agama merupakan salah satunya," ujar van der Putten di Island of Illumination, Paviliun Indonesia.
Putten menjelaskan kekhasan tradisi menulis yang berbeda-beda antara tempat satu dengan tempat yang lain di Indonesia. Manuskrip kuno di Jawa, misalnya, merupakan perpaduan tulisan dan gambar di daun lontar dan daun palem, yang terbatas dilakukan oleh anggota kerajaan di Jawa. Berbeda dengan tradisi menulis di Sumatera Selatan yang banyak berupa puisi dan surat cinta.
"Sebab hubungan pria dan wanita di sana dahulu sangat diatur ketat," ujar Putten.
Sedang naskah kuno di Sulawesi Selatan seperti I La Galigo mengisahkan epos penciptaan yang menjadi kepercayaan masyarakat Bugis kuno. I La Galigo akan dibahas secara khusus dalam salah satu sesi acara diskusi di Paviliun Indonesia.
Ragam bentuk aksara kuno Nusantara juga dipengaruhi berbagai faktor. Aksara Bugis, misalnya, lebih sederhana tanpa banyak lekuk daripada aksara Jawa sebab media penulisannya berupa bambu yang keras. Tradisi menulis nusantara itu dapat ditelusuri melalui naskah dan manuskrip kuno yang tersebar tak hanya di Indonesia, tapi juga Eropa. Leiden, Berlin, dan London merupakan tiga tempat di mana koleksi naskah kuno kita tersimpan. (Desliana Maulipaksi/Sumber: Komite Nasional Indonesia untuk Tamu Kehormatan Frankfurt Book Fair 2015)
Sumber :
Penulis :
Editor :
Dilihat 4387 kali
Editor :
Dilihat 4387 kali