Hilmar Farid Ingin Wujudkan Kebudayaan yang Inklusif dan Pusaka Indonesia  01 Januari 2016  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbud sekarang telah memiliki pimpinan baru. Hilmar Farid, seorang sejarawan, aktivis dan pengajar, dilantik menjadi Direktur Jenderal (Dirjen) Kebudayaan Kemendikbud, pada Kamis (31/12/2015). Hilmar mengatakan, salah satu visinya adalah ingin mewujudkan kebudayaan yang inklusif dan membuat buku kebudayaan Pusaka Indonesia.

"Kebudayaan yang inklusif itu tujuan kita bersama. Saya ingin membangun kebudayaan yang inklusif, yang melibatkan semua pihak. Sesuai dengan garis yang sudah disampaikan Presiden Jokowi, fokusnya adalah membangun Indonesia dari pinggiran," ujarnya usai acara pelantikan di Graha Utama Kemendikbud, Jakarta, (31/12/2015). Ia mengatakan, selama ini kegiatan kebudayaan lebih banyak berlangsung di pusat atau di daerah perkotaan. Karena itu ia menginginkan agar kegiatan kebudayaan juga bisa dilakukan di desa-desa di berbagai wilayah tanah air.

Selain itu ia juga memiliki agenda untuk membuat seperangkat bacaan bagi anak Indonesia yang disebut Pusaka Indonesia. Ia melihat saat ini pelajaran sastra sudah kurang diminati anak-anak di sekolah. Untuk pembuatan Pusaka Indonesia ini, ia berencana akan bekerja sama dengan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud.

"(Pusaka Indonesia) nanti merupakan hasil telaah terhadap perjalanan sastra Indonesia dan karya-karya yang penting yang mewarnai kehidupan bangsa ini. Kita ingin sediakan itu dalam satu set," katanya.

Sebagai satu-satunya dirjen yang berstatus nonPNS, tidak heran jika ada yang mempertanyakan motivasi Hilmar bergabung dalam sistem birokrasi dengan mengikuti seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi (JPT) Kemendikbud. Hilmar pun cukup optimis dengan pengalamannya selama 25 tahun di bidang kebudayaan, serta pengalaman mengajar dan berkeliling ke berbagai daerah di Indonesia.

"Saat ini bagi saya adalah saat yang paling tepat untuk ikut bergabung di pemerintahan untuk membangun kebudayaan. Khususnya pada pemerintahan Presiden Jokowi yang prinsip-prinsipnya sangat saya setujui dan ikut terlibat dalam prosesnya sejak awal," tutur pria yang lahir di Bonn, Jerman, 47 tahun silam itu. Ia pun sadar, banyak yang harus dipelajarinya untuk bekerja dalam sistem birokrasi atau pemerintahan. Selamat bertugas! (Desliana Maulipaksi)

Sumber :

 


Penulis : Desliana Maulipaksi
Editor :
Dilihat 1303 kali