Keluarga Melek Literasi Tumbuhkan Pola Berpikir Kritis dan Ilmiah 28 Februari 2016 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Penguasaan akan informasi dan ilmu pengetahuan menjadi suatu keharusan di era globalisasi sekarang ini. Strategi penguasaan informasi dan ilmu pengetahuan melalui literasi pun harus lebih dari sekedar mencapai tujuan menguasai informasi, melainkan harus dapat meletakkan dasar-dasar pola berpikir ilmiah dan kritis. Hal itu dapat dimulai di rumah, yaitu di lingkungan keluarga, lalu dilanjutkan di sekolah dan lingkungan. Demikian diungkapkan Mendikbud Anies Baswedan saat membuka Islamic Book Fair 2016 di Istora Senayan, Jakarta, (27/2/2016).
"Keluarga melek literasi bukan semata-mata untuk memperluas pengetahuan, tetapi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah sehingga dapat mengantarkan keluarga kita menumbuhkan generasi baru Islam yang akan mewarnai kemanusiaan," ujar Mendikbud.
Ia mengatakan, generasi emas sejarah umat Islam yang pernah membawa kejayaan bukan pada penguasaan informasi semata, melainkan meletakkan dasar-dasar pola berpikir ilmiah dan berpikir kritis. Pemikiran yang ilmiah dan kritis itulah yang mendorong perubahan pesat pada perjalanan umat manusia di dunia dan mengubah jalannya sejarah.
Mendikbud juga menuturkan, untuk menciptakan keluarga yang melek literasi, budaya literasi atau menumbuhkan budaya membaca harus dimulai dari keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat namun memiliki peran yang sangat besar dalam menumbuhkan karakter positif bagi generasi bangsa. Hal itu pula yang menjadi salah satu dasar pembentukan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Mengapa direktorat ini penting?
Karena selama ini keluarga dan orang tua adalah pendidik yang terpenting, tapi mereka pendidik yang paling tidak tersiapkan. Yang kita butuhkan adalah pendidik yang terpenting dan tersiapkan," tutur Mendikbud.
Karena itu ia berharap tiap keluarga di Indonesia dapat menumbuhkan budaya membaca. Tahapan dalam menumbuhkan budaya membaca itu dimulai dari diajarkan, lalu dibiasakan hingga menjadi kebiasaan, kemudian muncul karakter, hingga akhirnya menjadi budaya. "Budaya itu akarnya kebiasaan. Di rumah harus bisa menumbuhkan budaya literasi," tegas Mendikbud.
"Keluarga melek literasi bukan semata-mata untuk memperluas pengetahuan, tetapi untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis dan berpikir ilmiah sehingga dapat mengantarkan keluarga kita menumbuhkan generasi baru Islam yang akan mewarnai kemanusiaan," ujar Mendikbud.
Ia mengatakan, generasi emas sejarah umat Islam yang pernah membawa kejayaan bukan pada penguasaan informasi semata, melainkan meletakkan dasar-dasar pola berpikir ilmiah dan berpikir kritis. Pemikiran yang ilmiah dan kritis itulah yang mendorong perubahan pesat pada perjalanan umat manusia di dunia dan mengubah jalannya sejarah.
Mendikbud juga menuturkan, untuk menciptakan keluarga yang melek literasi, budaya literasi atau menumbuhkan budaya membaca harus dimulai dari keluarga. Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat namun memiliki peran yang sangat besar dalam menumbuhkan karakter positif bagi generasi bangsa. Hal itu pula yang menjadi salah satu dasar pembentukan Direktorat Pembinaan Pendidikan Keluarga di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).
"Mengapa direktorat ini penting?
Karena selama ini keluarga dan orang tua adalah pendidik yang terpenting, tapi mereka pendidik yang paling tidak tersiapkan. Yang kita butuhkan adalah pendidik yang terpenting dan tersiapkan," tutur Mendikbud.
Karena itu ia berharap tiap keluarga di Indonesia dapat menumbuhkan budaya membaca. Tahapan dalam menumbuhkan budaya membaca itu dimulai dari diajarkan, lalu dibiasakan hingga menjadi kebiasaan, kemudian muncul karakter, hingga akhirnya menjadi budaya. "Budaya itu akarnya kebiasaan. Di rumah harus bisa menumbuhkan budaya literasi," tegas Mendikbud.
Sumber :
Penulis : Desliana Maulipaksi
Editor :
Dilihat 1548 kali
Editor :
Dilihat 1548 kali