Mendikbud Dorong Sekolah Beri Ruang Tumbuhnya Kreativitas Siswa 02 Maret 2016 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mendorong sekolah-sekolah memberi ruang bagi tumbuhnya kreativitas siswa. Kreativitas, menurut Anies, merupakan sesuatu hal yang ditumbuhkan dan bukan dibentuk oleh pemerintah ataupun sekolah. "Karena itu yang dibutuhkan adalah tempat berekspresi yang cukup untuk tumbuh mulai dari rumah dan sekolah," ujar Mendikbud dalam konferensi pers "Lokakarya Nasional tentang Pelaporan Periodik Konvensi UNESCO 2005" di Hotel Grand Kemang Jakarta Selatan, Selasa (1/3/2016).
Ruang berekspresi yang cukup dan didukung bimbingan guru dan orang tua akan membuat tumbuhnya kebiasaan kreatif. Oleh karena itu, lanjut Mendikbud, baik guru maupun orang tua mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kreativitas anak.
Mendikbud mencontohkan Swedia yang tahun 1767 sudah menyediakan ruang kebebasan berekspresi dalam bentuk undang-undang kebebasan berekspresi, mampu menumbuhkan budaya kreatif warga negaranya. "Di Swedia tahun 1767 diberikan ruang kebebasan berekspresi, 200 tahun kemudian kretivitas itu muncul," kata Anies. Tidak mengherankan kalau saat ini, industri kreatif di negara tersebut sangat maju.
Kemendikbud, menurut Anies, telah mencoba membuka ruang berekspresi di sekolah. "Ujian Nasional (UN) tidak lagi menentukan kelulusan siswa, jadi ini membuka ruang untuk sekolah berekspresi," tambahnya. Selain itu kurikulum yang digunakan tidak hanya mengatur tentang aktivitas intrakurikuler, namun juga ekstrakurikuler dan nonkurikuler.
Cara menilai siswa juga harus berubah, karena cara menilai tersebut mendorong terjadi perubahan perilaku. "Kalau pelajaran menggambar menjadi penentu kelulusan maka akan muncul bimbingan belajar menggambar. Jadi cara kita menilai mendorong perubahan," tambah mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Anies mengakui bahwa selama ini pendidikan lebih menekankan pada produktivitas dan bukan kreativitas. "Padahal, produktivitas ada batasnya, kalau kita dorong kreativitas, maka tak terbatas," kata Mendikbud.
Sumber :
Ruang berekspresi yang cukup dan didukung bimbingan guru dan orang tua akan membuat tumbuhnya kebiasaan kreatif. Oleh karena itu, lanjut Mendikbud, baik guru maupun orang tua mempunyai peran penting dalam menumbuhkan kreativitas anak.
Mendikbud mencontohkan Swedia yang tahun 1767 sudah menyediakan ruang kebebasan berekspresi dalam bentuk undang-undang kebebasan berekspresi, mampu menumbuhkan budaya kreatif warga negaranya. "Di Swedia tahun 1767 diberikan ruang kebebasan berekspresi, 200 tahun kemudian kretivitas itu muncul," kata Anies. Tidak mengherankan kalau saat ini, industri kreatif di negara tersebut sangat maju.
Kemendikbud, menurut Anies, telah mencoba membuka ruang berekspresi di sekolah. "Ujian Nasional (UN) tidak lagi menentukan kelulusan siswa, jadi ini membuka ruang untuk sekolah berekspresi," tambahnya. Selain itu kurikulum yang digunakan tidak hanya mengatur tentang aktivitas intrakurikuler, namun juga ekstrakurikuler dan nonkurikuler.
Cara menilai siswa juga harus berubah, karena cara menilai tersebut mendorong terjadi perubahan perilaku. "Kalau pelajaran menggambar menjadi penentu kelulusan maka akan muncul bimbingan belajar menggambar. Jadi cara kita menilai mendorong perubahan," tambah mantan Rektor Universitas Paramadina tersebut.
Anies mengakui bahwa selama ini pendidikan lebih menekankan pada produktivitas dan bukan kreativitas. "Padahal, produktivitas ada batasnya, kalau kita dorong kreativitas, maka tak terbatas," kata Mendikbud.
Sumber :
Penulis : Nur Widiyanto
Editor :
Dilihat 2336 kali
Editor :
Dilihat 2336 kali