Ujian Nasional Menjadi Timbangan Kemampuan Siswa 12 Mei 2016 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Ujian Nasionak (UN) 2016 tidak hanya menjadi penilaian angka semata tapi merupakan timbangan pendidikan yang bisa mengukur pemahaman dan kebutuhan siswa terhadap mata pelajaran tertentu sebagai peta pencapaian kompetensi lulusan untuk meningkatkan mutu dan pembinaan. Perbedaan dalam UN 2016 terlihat dari kisi-kisi yang diberikan kepada siswa.
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan UN 2016 dirancang bukan untuk mendorong siswa menghafal soal tetapi melatih kemampuan kognitif. “Jadi jangan membuat siswa hanya belajar dari contoh soal atau belajar hanya untuk UN,” kata Mendikbud di Jakarta, Rabu (11/5).
Kisi-kisi yang diberikan melatih kemampuan kognitif siswa untuk mengetahui suatu informasi, aplikasi dan menalar. Berbeda dengan kisi-kisi UN 2015, tidak ada indikator soal yang spesifik. Hal ini akan mendorong siswa ke level menguasai materi bukan hanya hafalan, dan membuat UN bisa menjadi timbangan pendidikan siswa karena menunjukkan penguasaan dan pemahaman kemudian memprosesnya menjadi sebuah informasi baru. Soal UN tidak lagi bersifat pertanyaan hafalan tetapi juga penerapan dan penalaran.
Mendikbud menghimbau kepada para siswa untuk tidak lagi berlatih menjawab soal tetapi berlajar untuk memahami. Materi juga berasal dari irisan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. “Secara cakupan materi sebenarnya lebih sedikit karena merupakan irisan keduanya,” jelas Mendikbud.
“Pembuat soal adalah para guru dan kami memastikan soal yang keluar adalah yang diajarkan oleh guru di sekolah,” tambahnya.
Soal tersebut kemudian divalidasi oleh tim guru, dosen dan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud. Dengan pola seperti itu, diharapkan siswa tidak hanya bisa menjawab soal tetapi juga bisa mengolah informasi yang dipelajari menjadi pengetahuan yang baru.
Sumber :
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan menyatakan UN 2016 dirancang bukan untuk mendorong siswa menghafal soal tetapi melatih kemampuan kognitif. “Jadi jangan membuat siswa hanya belajar dari contoh soal atau belajar hanya untuk UN,” kata Mendikbud di Jakarta, Rabu (11/5).
Kisi-kisi yang diberikan melatih kemampuan kognitif siswa untuk mengetahui suatu informasi, aplikasi dan menalar. Berbeda dengan kisi-kisi UN 2015, tidak ada indikator soal yang spesifik. Hal ini akan mendorong siswa ke level menguasai materi bukan hanya hafalan, dan membuat UN bisa menjadi timbangan pendidikan siswa karena menunjukkan penguasaan dan pemahaman kemudian memprosesnya menjadi sebuah informasi baru. Soal UN tidak lagi bersifat pertanyaan hafalan tetapi juga penerapan dan penalaran.
Mendikbud menghimbau kepada para siswa untuk tidak lagi berlatih menjawab soal tetapi berlajar untuk memahami. Materi juga berasal dari irisan kurikulum 2006 dan kurikulum 2013. “Secara cakupan materi sebenarnya lebih sedikit karena merupakan irisan keduanya,” jelas Mendikbud.
“Pembuat soal adalah para guru dan kami memastikan soal yang keluar adalah yang diajarkan oleh guru di sekolah,” tambahnya.
Soal tersebut kemudian divalidasi oleh tim guru, dosen dan Pusat Penilaian Pendidikan (Puspendik) Kemendikbud. Dengan pola seperti itu, diharapkan siswa tidak hanya bisa menjawab soal tetapi juga bisa mengolah informasi yang dipelajari menjadi pengetahuan yang baru.
Sumber :
Penulis : dian srinursih
Editor :
Dilihat 1743 kali
Editor :
Dilihat 1743 kali