Mendikbud Harapkan Tenaga Pengajar BIPA Jadi Petempur Jalankan Misi Pertahanan Bangsa   03 Februari 2017  ← Back

Pengiriman Tenaga Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) 
 
Sentul, Kemendikbud—Pengiriman Tenaga Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) untuk luar negeri bukan sekedar sukses mengajar Bahasa Indonesia. Diharapkan, para tenaga pengajar yang dikirimkan dapat menjalankan misi khusus, diplomasi lunak melalui bahasa. Demikian hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy saat Penutupan Pembekalan Tenaga Pengajar BIPA untuk Luar Negeri Masa Tugas 2017, di Sentul, Bogor, Jumat (2.2.2017). 
 
“Saudara ini ibarat pasukan tempur bukan hanya mengajar Bahasa Indonesia saja. Ada membawa misi diplomasi budaya Indonesia, untuk pertahanan bangsa dari luar negeri, melalui diplomasi bahasa” jelasnya. 
 
Menurut Mendikbud, dalam teori perang, pertahanan terbaik adalah dengan menyerang. Demikian pula diplomasi. Jika mau memenangkan diplomasi maka harus melakukan penetrasi nilai-nilai ke negara lain. "Jadilah petempur dengan mengajarkan bahasa Indonesia dan nilai-nilai budaya yang kita miliki. Jangan sampai nilai-nilai budaya negara lain saja yang masuk ke negera kita," ungkapnya.
 
Sebanyak 53 tenaga pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA)  dikirimkan ke luar negeri, yaitu 28 orang ditempatkan di negara Filipina, Kamboja, Myanmar, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste. 
 
Khusus wilayah Thailand, Kepala Badan dan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Dadang Sunendar mengungkapkan mendapatkan porsi lebih banyak, yaitu sebanyak 12 orang. Bukan tanpa sebab, Kepala Badan Dadang menjelaskan adanya antusiasme dari Thailand untuk mendorong generasi muda disana mempelajari Bahasa Indonesia. 
 
“Kita kirimkan lebih banyak ke Thailand, ada 12 orang karena negara tetangga itu paling gigih mendorong generasi mudanya untuk belajar Bahasa Indonesia,” ujarnya saat Penutupan Pembekalan Tenaga Pengajar BIPA untuk Luar Negeri Masa Tugas 2017, di Sentul, Bogor, Jumat (3.2.2017). 
 
Kemudian, pengajar BIPA juga dikirimkan ke wilayah Amerika, Eropa, dan wilayah Aspasaf (Asia, Pasifik dan Afrika). Rinciannya, empat tenaga pengajar untuk  Italia, Jerman, Prancis, dan Rusia. Sejumlah enam pengajar untuk negara Mesir, dan 21 orang untuk wilayah Aspasaf. 
 
Menurut data Pusat Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, rencananya, pada tahun 2017, sejumlah 220 tenaga pengajar BIPA secara keseluruhan dikirimkan ke luar negeri. Adapun 167 orang telah memperoleh pembekalan sebelumnya. Nantinya, semua pengajar bertugas selama empat bulan, dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan lembaga sasaran. 
 
“Saya ucapkan selamat atas terpilihnya saudara jadi guru bahasa indonesia bagi penutur asing untuk luar negeri,”ujarnya. 
 
Ini bagian dari diplomasi budaya dan bagian dari strategi pertahanan yang kita lakukan dalam rangka menjaga integritas dalam kaitan dengan dunia luar, negara tetangga kita. 
 
Menurut Mendikbud, pada dasarnya, hubungan antar negara mencakup hubungan diplomasi perang dan lunak. Pada bentuk diplomasi lunak, budaya sebagai wujud diplomasi lunak.
 
Sekarang, lanjutnya, negara sedang menangkal budaya luar yang mengancam keberadaan budaya kita. Sehingga, diharapkan juga nanti dapat menawarkan nilai agung kita utk negara lain, jadi paling tidak bisa mengadopsi seperti nilai demokrasi, nilai-nilai Ke-Islaman yang toleran sebagai negara dengan pemeluk agama Islam yang dominan, memperkenalkan kelebihan negara yang penuh kekayaan eksotik. Bahkan, ke depan, menjadikan industri wisata jadi peringkat satu, naik dari ranking lima untuk penyumbang pendapatan negara Indonesia. 
 
Mendikbud mengakhiri kunjungan kerjanya dengan berkeliling di Pengembangan Strategi dan Diplomasi Kebahasaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud. Salah satunya, Menteri yang pernah mengemban pendidikan pertahanan negara di Washington DC ini mencoba intrepretasi pidato Presiden Joko Widodo di ruang Conference dan Interpretee System. Ada tiga pilihan bahasa yang disediakan yaitu Bahasa Inggria (pilihan pertama), Bahasa Sunda (pilihan kedua), dan Bahasa Batak (pilihan ketiga). 
 
Decakan kagum terucap dari mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang ini. 
 
“Jadi ini yang terjemahkan pidato presiden ke dalam  Bahasa Sunda, Bahasa Batak tadi? Bagus-bagus! Semoga ke depan bisa lebih banyak lagi bahasa kita yang diterjemahkan supaya dikenal,” ujarnya. 
*** 
Sentul, 3 Februari 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 8008 kali