Ragil Fachrul Annas, Pemenang Olimpiade Bahasa Jerman yang Gemar Teknologi 01 Februari 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud--Sekilas, tidak ada yang berbeda dari seorang Ragil Fachrul Annas Muttaqin (16). Bertubuh semampai, dia nampak seperti siswa Sekolah Menengah Atas pada umumnya. Decakan kagum mengalir ketika Ragil memperkenalkan diri.
“Vorstellen, mein Name Ragil Fachrul Annas Muttaqin, Klasse 11 bei SMA Negeri 1 Kepanjen,” ujarnya dalam Bahasa Jerman.
Ragil merupakan salah satu pemenang dari Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional kerja sama Goethe Institute Indonesie, di Jakarta, Rabu (1.2.2017).
Perkenalan siswa kelas XI ini dengan bahasa Jerman berawal dari kekagumannya terhadap perkembangan teknologi di negara federasi ini.
“Dari awal kelas 10, yaitu mulai November 2015. Saya melihat Jerman itu negara teknologi jadi saya tertarik dengan teknologi,” ujarnya.
Kemudian, dia mengakui untuk dapat mendalami teknologi, lebih dahulu harus mempelajari bahasa Jerman.
“Jadi, dengan bahasa, saya bisa belajar banyak lagi. Untuk itu, saya pelajari bahasa Jerman dahulu. Nantinya, kepingin kuliah teknologi di sana,” jelasnya penuh semangat.
Selama mengikuti olimpiade, dari 31 Januari 2017 s.d. 1 Februari 2017, siswa dengan peminatan Sastra ini pun ditemani dengan seorang guru pendamping, yaitu Asriatull Fajriah, guru Bahasa Jerman di SMAN 1 Kepanjen.
Sebagai guru, Asriatull mengakui memiliki kemampuan bahasa asing di kalangan siswa sebagai penerus bangsa sangat penting yaitu sebagai jembatan untuk memahami ilmu yang lain.
“Pelajari bahasa asing dan salah satunya Bahasa Jerman, karena (dengan kemampuan bahasa) bisa menguasai ilmu apapun. Awalnya ya harus menguasai bahasa,” ujarnya.
Saat memberikan piagam penghargaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pun berpesan agar para siswa memiliki penguasaan bahasa asing.
“Para siswa, khususnya generasi muda perlu menguasai bahasa asing, ada tiga alasan penting untuk itu,” ujar Menteri Muhadjir.
Menurutnya, alasan pertama yaitu bahasa asing adalah elemen dasar berkomunikasi untuk menguasai abad 21. Kedua, para siswa dapat lebih mengenal dan menghargai budaya dari negara lain.
“Pencapaian bahasa asing bukan sekedar mengubah pencapaian bahasa ibu ke bahasa asing tapi yang terpenting menghargai budaya yang lengkap adanya,” tegasnya.
Ketiga, terdapat berbagai studi yang menunjukkan siswa yang memiliki ketrampilan bahasa asing lebih aktif, kreatif, dan luwes dari siswa yang hanya memiliki ketrampilan satu bahasa.
Di akhir perjumpaan, Ragil berpesan kepada anak-anak Indonesia yang sedang dan akan belajar bahasa Jerman, sebagai salah satu minat bahasa asing yang akan dipelajari.
“Belajar bahasa Jerman itu kuncinya jangan menyerah, ga boleh gampang menyerah. Kalau sudah menyerah di awal ya tidak bisa karena memang bahasa Jerman itu sulit. Harus pantang menyerah,” jelasnya.
Sebaliknya, guru Asriatull justru berpesan agar guru, sebagai pendidik tetap kreatif memancing minat siswa dalam mempelajari bahasa asing.
“Kalau mengajari anak-anak, itu awalnya mereka tidak tertarik tapi harus guru yang memancing, seperti saya dengan memperkenalkan kosa kata Bahasa Jerman yang agak-agak mirip dengan kosa kata Bahasa Jawa,” jelasnya.
Selain itu, dia pun menempuh dengan menceritakan karakteristik negara Jerman yang disukai siswa, dan membagikan pengalaman menarik seputar negara Jerman.
“Karena siswa saya kebanyakan suka bola dan mereka tau Jerman juara Piala Dunia ya saya bahas mengenai itu, pokoknya untuk buat mereka tertarik,” ujarnya.
“Saya apresiasi Goethe Institute Indonesien, dengan Ikatan Guru Bahasa Jerman yang telah menyelenggarakan Olimpiade Bahasa Jerman ini dari tahun 2008. Ini adalah contoh kemitraan Indonesia-Jerman yang sangat baik di bidang pendidikan,” tutupnya.
Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional merupakan salah satu bentuk kerja sama pendidikan antara Pemerintah Indonesia melalui dinas pendidikan dari tingkat pusat maupun daerah, dan ikatan-ikatan guru bahasa Jerman di Indonesia, dengan Pemerintah Jerman melalui Goethe Institute Indonesien. *
Jakarta, 1 Februari 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
“Vorstellen, mein Name Ragil Fachrul Annas Muttaqin, Klasse 11 bei SMA Negeri 1 Kepanjen,” ujarnya dalam Bahasa Jerman.
Ragil merupakan salah satu pemenang dari Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional kerja sama Goethe Institute Indonesie, di Jakarta, Rabu (1.2.2017).
Perkenalan siswa kelas XI ini dengan bahasa Jerman berawal dari kekagumannya terhadap perkembangan teknologi di negara federasi ini.
“Dari awal kelas 10, yaitu mulai November 2015. Saya melihat Jerman itu negara teknologi jadi saya tertarik dengan teknologi,” ujarnya.
Kemudian, dia mengakui untuk dapat mendalami teknologi, lebih dahulu harus mempelajari bahasa Jerman.
“Jadi, dengan bahasa, saya bisa belajar banyak lagi. Untuk itu, saya pelajari bahasa Jerman dahulu. Nantinya, kepingin kuliah teknologi di sana,” jelasnya penuh semangat.
Selama mengikuti olimpiade, dari 31 Januari 2017 s.d. 1 Februari 2017, siswa dengan peminatan Sastra ini pun ditemani dengan seorang guru pendamping, yaitu Asriatull Fajriah, guru Bahasa Jerman di SMAN 1 Kepanjen.
Sebagai guru, Asriatull mengakui memiliki kemampuan bahasa asing di kalangan siswa sebagai penerus bangsa sangat penting yaitu sebagai jembatan untuk memahami ilmu yang lain.
“Pelajari bahasa asing dan salah satunya Bahasa Jerman, karena (dengan kemampuan bahasa) bisa menguasai ilmu apapun. Awalnya ya harus menguasai bahasa,” ujarnya.
Saat memberikan piagam penghargaan, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy pun berpesan agar para siswa memiliki penguasaan bahasa asing.
“Para siswa, khususnya generasi muda perlu menguasai bahasa asing, ada tiga alasan penting untuk itu,” ujar Menteri Muhadjir.
Menurutnya, alasan pertama yaitu bahasa asing adalah elemen dasar berkomunikasi untuk menguasai abad 21. Kedua, para siswa dapat lebih mengenal dan menghargai budaya dari negara lain.
“Pencapaian bahasa asing bukan sekedar mengubah pencapaian bahasa ibu ke bahasa asing tapi yang terpenting menghargai budaya yang lengkap adanya,” tegasnya.
Ketiga, terdapat berbagai studi yang menunjukkan siswa yang memiliki ketrampilan bahasa asing lebih aktif, kreatif, dan luwes dari siswa yang hanya memiliki ketrampilan satu bahasa.
Di akhir perjumpaan, Ragil berpesan kepada anak-anak Indonesia yang sedang dan akan belajar bahasa Jerman, sebagai salah satu minat bahasa asing yang akan dipelajari.
“Belajar bahasa Jerman itu kuncinya jangan menyerah, ga boleh gampang menyerah. Kalau sudah menyerah di awal ya tidak bisa karena memang bahasa Jerman itu sulit. Harus pantang menyerah,” jelasnya.
Sebaliknya, guru Asriatull justru berpesan agar guru, sebagai pendidik tetap kreatif memancing minat siswa dalam mempelajari bahasa asing.
“Kalau mengajari anak-anak, itu awalnya mereka tidak tertarik tapi harus guru yang memancing, seperti saya dengan memperkenalkan kosa kata Bahasa Jerman yang agak-agak mirip dengan kosa kata Bahasa Jawa,” jelasnya.
Selain itu, dia pun menempuh dengan menceritakan karakteristik negara Jerman yang disukai siswa, dan membagikan pengalaman menarik seputar negara Jerman.
“Karena siswa saya kebanyakan suka bola dan mereka tau Jerman juara Piala Dunia ya saya bahas mengenai itu, pokoknya untuk buat mereka tertarik,” ujarnya.
“Saya apresiasi Goethe Institute Indonesien, dengan Ikatan Guru Bahasa Jerman yang telah menyelenggarakan Olimpiade Bahasa Jerman ini dari tahun 2008. Ini adalah contoh kemitraan Indonesia-Jerman yang sangat baik di bidang pendidikan,” tutupnya.
Olimpiade Bahasa Jerman Tingkat Nasional merupakan salah satu bentuk kerja sama pendidikan antara Pemerintah Indonesia melalui dinas pendidikan dari tingkat pusat maupun daerah, dan ikatan-ikatan guru bahasa Jerman di Indonesia, dengan Pemerintah Jerman melalui Goethe Institute Indonesien. *
Jakarta, 1 Februari 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 20952 kali
Editor :
Dilihat 20952 kali