Mengintip UKK Membuat Roti ala Siswa SMK N 1 Cibadak: Adonan Awal Menentukan Hasil Akhir  05 Maret 2017  ← Back



Sukabumi, Kemendikbud -
-- Membuat hidangan untuk disantap biasanya dilakukan oleh para wanita. Tapi jangan remehkan kemampuan pria, loh! Para siswa di SMK Negeri 1 Cibadak ini membuktikan, bahwa tak hanya wanita yang bisa membuat olahan makanan. Pria juga jago!
 
SMKN 1 Cibadak merupakan sekolah yang memiliki fasilitas pengolahan hasil pertanian mirip dengan perusahaan besar. Setiap alat yang digunakan baik ukuran maupun jenisnya sudah disesuaikan dengan kondisi di dunia kerja. Mulai dari alat pencampuran (mixer), fermentasi, hingga alat pemanggang (oven).
 
Hasilnya, para peserta didik di sini sudah tidak bingung lagi saat mereka terjun ke lapangan baik saat praktik kerja lapangan (PKL) maupun bekerja setelah lulus sekolah. Terutama bagi siswa pria, mengoperasikan alat yang ukurannya besar dan tinggi, adalah kelebihan mereka. Selain karena siswa pria biasanya memiliki tinggi badan yang lebih dari siswa wanita, tenaganyapun lebih besar.

Diakui Sumarni, asesor mitra SMKN 1 Cibadak yang merupakan perwakilan dari Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI) Carrefour Transmart, lulusan dari SMKN 1 Cibadak sudah memiliki keunggulan. Mulai dari pemahaman tentang alat, etika bekerja, hingga kebersihan, sekolah ini sudah memenuhi kriteria pegawai untuk Carrefour. "Kalau yang melamar itu dari SMKN 1 Cibadak, sudah hampir pasti kita terima, karena kita tahu kualitasnya seperti apa," kata Sumarni.
 
Dan di Sabtu (4/3/2017) pagi, siswa siswi SMKN 1 Cibadak jurusan teknologi pengolahan hasil pertanian dan perikanan sudah bersiap-siap untuk mengikuti uji kompetensi keahlian (UKK). Sumarni dan asesor dari SMKN 1 Cibadak lainnya juga bersiap untuk mengikuti proses unjuk kompetensi para siswa dalam membuat roti manis. Dimulai dari ujian teori selama 15 menit, baru setelah itu proses membuat roti dikerjakan, diawali dengan membuat adonan hingga pengemasan.
 
Selama proses membuat roti, para penilai sudah mengetahui roti siapa yang terbaik. Karena menurut mereka, bagaimana cara peserta membuat adonan akan menentukan kualitas rotinya, mulai dari tekstur, rasa, hingga penampilannya. "Adonan awal pasti menentukan hasil akhirnya," kata Sumarni.

Dalam UKK ini, peserta dibagi dalam tim, setiap tim berjumlah lima sampai enam orang yang terdiri atas perempuan dan laki-laki. Untuk membuat adonan dan persiapan lainnya, penilaian dilakukan dalam tim. Mereka bekerja sama menentukan komposisi, proses pencampuran, hingga adonan tersebut jadi dan siap dibagi untuk setiap anggota tim.
 
Setelah setiap anggota mendapat bagian adonan, barulah mereka berkreasi, membuat empat jenis roti manis dengan bermacam topping. Dari proses awal hingga pengemasan setiap anggota membutuhkan waktu tiga sampai empat jam. Dan untuk setiap peserta ini harus membuat tiga potong roti untuk setiap variannya.
 
Iphanudin, salah satu peserta pria yang ikut dalam UKK ini mengerjakan setiap proses dengan tekun. Ia tidak akan terganggu dengan sekelilingnya selama tangannya masih mengerjakan proses pembuatan roti. Saat di tahap pengemasan, ia dan temannya dengan hati-hati memasukkan roti yang sudah selesai dipanggang dan didinginkan, ke dalam plastik. Tiga roti miliknya yang sudah dimasukkan ke dalam plastik tersusun rapi di atas loyang, dan siap untuk diberi ornamen penghias penampilan.
 
"Setelah masuk dalam plastik, baru akan dibentuk kemasannya," ujarnya.

Tak hanya Iphanudin, seluruh peserta UKK berusaha membuat roti manisnya dengan baik. Saat waktu pembuatan berakhir, tim penilai memeriksa setiap karya yang dihasilkan. Dan menurut mereka, peserta telah melakukan yang terbaik. (Aline Rogeleonick)
 

Sumber : BKLM

 


Penulis : Aline Rogeleonick
Editor : Anandes Langguana
Dilihat 7826 kali