Kesadaran Sanitasi Sekolah dan Manajemen Kebersihan Menstruasi Jadi Upaya untuk Tingkatkan APK 13 April 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dengan dukungan United Nations Children's Fund (UNICEF) menyelenggarakan Lokakarya Pengembangan Strategi Komunikasi Manajemen Kebersihan Menstruasi (MKM) di Hotel Atlet Century Park, Senayan, Jakarta, Kamis (13-4-2017). Kegiatan lokakarya tersebut merupakan salah satu rangkaian dari kampanye peringatan Hari MKM Sedunia. Untuk pertama kalinya, pada tanggal 28 Mei 2017 mendatang, hari MKM Sedunia akan diperingati di Indonesia.
"Inovasi program sanitasi sekolah dimulai dari penempatan lokasi toilet yang biasanya berada di belakang kelas (yang gelap, kotor dan seram), sekarang menjadi di depan," diungkapkan Wowon Wirdayat, Direktur Pembinaan SD saat memberikan sambutannya.
Selain desain interior dan eksterior toilet yang dibuat menarik, inovasi sanitasi sekolah disesuaikan dengan standar terkait pengelolaan limbah. Ditambahkannya, inovasi terkait sarana prasarana tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat anak untuk bersekolah.
"Kita ingin anak-anak sehat, nyaman dan senang berada di sekolah," ujar Wowon.
Sanitasi sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kesehatan dan kenyamanan siswa di sekolah diyakini secara tidak langsung dapat berkontribusi pada peningkatan angka partisipasi sekolah. Penelitian yang dilakukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2010 menyimpulkan bahwa satu dari lima anak Sekolah Dasar (SD) tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya akses pada sarana air dan sanitasi di sekolah. Sementara itu, hasil analisis Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tahun 2016 menyebutkan hanya 65 persen SD di Indonesia yang memiliki jamban yang terpisah. Adapun rata-rata rasio nasional adalah 1 jamban per 90 siswa/i.
Salah satu komponen terpenting dari sanitasi sekolah adalah isu MKM. Namun, hal tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan, pun dianggap sebagai hal yang tidak penting. UNICEF menemukan fakta bahwa satu dari enam anak perempuan tidak masuk sekolah pada saat mereka sedang menstruasi. Tiga penyebab utamanya adalah rendahnya sarana sanitasi yang layak di sekolah, minimnya akses informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi secara baik dan benar, dan terbatasnya pengetahuan guru tentang MKM. Fakta penting lain terkait MKN adalah siswa laki-laki cenderung melakukan perundungan (bullying) kepada siswa perempuan yang sedang menstruasi. Karenanya, sasaran MKM tak hanya pada siswa perempuan, namun juga siswa laki-laki.
Sanitasi Sekolah dan MKM di Indonesia merupakan bagian dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dikelola bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Agama (Kemenag). Program ini berpotensi menjangkau lebih dari 26 juta siswa di lebih dari 250.000 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia.
Integrasi isu sanitasi sekolah dan MKM pada program UKS ke dalam materi pembelajaran di sekolah terus dilakukan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Kemendikbud dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes selaku Tim Pembina UKS Pusat, dengan dukungan UNICEF yang bekerjasama dengan PLAN Indonesia, Jejaring AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dan SPEAK Indonesia terus mendorong pengarusutamaan MKM sebagai salah satu isu penting dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan AMPL.
"Pembudayaan hidup bersih di sekolah merupakan pembudayaan nilai-nilai budi pekerti luhur. Dampaknya luar biasa, karena dibawa sampai dewasa, mereka akan menjaga kebersihan lingkungannya," tutur Wowon.
Perwakilan dari direktorat teknis di bawah Ditjen Dikdasmen, Kemenkes, Kemenag, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, turut serta di dalam lokakarya hari ini. Hadir juga perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan jender. Sebelumnya, pada tanggal 11 April 2017 telah diadakan kegiatan pertukaran Pembelajaran MKM.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada MKM, karena isu ini sangat terkait erat dengan pencapaian beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain kehidupan sehat dan sejahtera; pendidikan berkualitas, kesetaraan jender; serta ketersediaan air bersih dan sanitasi layak. Peningkatan kualitas sanitasi sekolah dan kesadaran terhadap isu MKM merupakan upaya bersama pemerintah dan masyarakat sipil dalam meningkatkan APK dan tentunya pencapaian target SDGs. (*)
Jakarta, 13 April 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber :
"Inovasi program sanitasi sekolah dimulai dari penempatan lokasi toilet yang biasanya berada di belakang kelas (yang gelap, kotor dan seram), sekarang menjadi di depan," diungkapkan Wowon Wirdayat, Direktur Pembinaan SD saat memberikan sambutannya.
Selain desain interior dan eksterior toilet yang dibuat menarik, inovasi sanitasi sekolah disesuaikan dengan standar terkait pengelolaan limbah. Ditambahkannya, inovasi terkait sarana prasarana tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat anak untuk bersekolah.
"Kita ingin anak-anak sehat, nyaman dan senang berada di sekolah," ujar Wowon.
Sanitasi sekolah merupakan salah satu elemen penting dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Peningkatan kesehatan dan kenyamanan siswa di sekolah diyakini secara tidak langsung dapat berkontribusi pada peningkatan angka partisipasi sekolah. Penelitian yang dilakukan United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) di tahun 2010 menyimpulkan bahwa satu dari lima anak Sekolah Dasar (SD) tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP), salah satu penyebabnya adalah karena tidak adanya akses pada sarana air dan sanitasi di sekolah. Sementara itu, hasil analisis Data Pokok Pendidikan (Dapodik) tahun 2016 menyebutkan hanya 65 persen SD di Indonesia yang memiliki jamban yang terpisah. Adapun rata-rata rasio nasional adalah 1 jamban per 90 siswa/i.
Salah satu komponen terpenting dari sanitasi sekolah adalah isu MKM. Namun, hal tersebut masih dianggap tabu untuk dibicarakan, pun dianggap sebagai hal yang tidak penting. UNICEF menemukan fakta bahwa satu dari enam anak perempuan tidak masuk sekolah pada saat mereka sedang menstruasi. Tiga penyebab utamanya adalah rendahnya sarana sanitasi yang layak di sekolah, minimnya akses informasi mengenai cara mengelola kebersihan menstruasi secara baik dan benar, dan terbatasnya pengetahuan guru tentang MKM. Fakta penting lain terkait MKN adalah siswa laki-laki cenderung melakukan perundungan (bullying) kepada siswa perempuan yang sedang menstruasi. Karenanya, sasaran MKM tak hanya pada siswa perempuan, namun juga siswa laki-laki.
Sanitasi Sekolah dan MKM di Indonesia merupakan bagian dari program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang dikelola bersama oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dan Kementerian Agama (Kemenag). Program ini berpotensi menjangkau lebih dari 26 juta siswa di lebih dari 250.000 sekolah dan madrasah di seluruh Indonesia.
Integrasi isu sanitasi sekolah dan MKM pada program UKS ke dalam materi pembelajaran di sekolah terus dilakukan. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Kemendikbud dan Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes selaku Tim Pembina UKS Pusat, dengan dukungan UNICEF yang bekerjasama dengan PLAN Indonesia, Jejaring AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan) dan SPEAK Indonesia terus mendorong pengarusutamaan MKM sebagai salah satu isu penting dalam sektor pendidikan, kesehatan, dan AMPL.
"Pembudayaan hidup bersih di sekolah merupakan pembudayaan nilai-nilai budi pekerti luhur. Dampaknya luar biasa, karena dibawa sampai dewasa, mereka akan menjaga kebersihan lingkungannya," tutur Wowon.
Perwakilan dari direktorat teknis di bawah Ditjen Dikdasmen, Kemenkes, Kemenag, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PUPR), dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas, turut serta di dalam lokakarya hari ini. Hadir juga perwakilan dari berbagai organisasi masyarakat yang bergerak di bidang pendidikan, kesehatan, dan kesetaraan jender. Sebelumnya, pada tanggal 11 April 2017 telah diadakan kegiatan pertukaran Pembelajaran MKM.
Perhatian khusus perlu diberikan kepada MKM, karena isu ini sangat terkait erat dengan pencapaian beberapa target Sustainable Development Goals (SDGs), antara lain kehidupan sehat dan sejahtera; pendidikan berkualitas, kesetaraan jender; serta ketersediaan air bersih dan sanitasi layak. Peningkatan kualitas sanitasi sekolah dan kesadaran terhadap isu MKM merupakan upaya bersama pemerintah dan masyarakat sipil dalam meningkatkan APK dan tentunya pencapaian target SDGs. (*)
Jakarta, 13 April 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Laman: www.kemdikbud.go.id
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10130 kali
Editor :
Dilihat 10130 kali