Empat Fokus Revitalisasi SMK  15 Mei 2017  ← Back



Surakarta, Kemendikbud
– Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dirjen Dikdasmen) Hamid Muhammad menyebutkan empat poin yang menjadi fokus revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang diamanatkan dalam Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2016. Keempat poin tersebut melingkupi revitalisasi kurikulum, pendidik & tenaga kependidikan, kerja sama, dan lulusan.

Hamid mengatakan, kurikulum untuk jenjang SMK sering dianggap kaku oleh berbagai kalangan. Akibatnya, sulit untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang siap dipakai oleh dunia usaha dan industri. Dengan revitalisasi ini, dari tiga kurikulum di SMK ada satu kurikulum yang dirancang lebih fleksibel. Artinya, kurikulum ini menyesuaikan dengan kebutuhan industri.

“(Kurikulum) ini yang akan menyebabkan konsep link and match yang dulu diluncurkan Pak Wardiman akan membumi di industri kita,” kata Hamid saat menyampaikan sambutan pada pembukaan Lomba Kompetensi Siswa (LKS) ke-25 di Surakarta, Senin (15/05).

Setelah kurikulum, revitalisasi juga dilakukan dari sisi pendidik dan tenaga kependidikan, terutama guru. Selain ketersediaan, revitalisasi juga menyasar pada perbaikan kompetensi guru. Sebagai solusi jangka pendek, pemenuhan kebutuhan guru produktif dilakukan melalui program keahlian ganda. Untuk jangka panjang masih menunggu dicabutnya moratorium PNS yang dijadwalkan berakhir 2019 mendatang.

Revitalisasi yang juga tidak kalah penting adalah berkaitan dengan kerja sama antara SMK dan dunia usaha dunia industri (DUDI). Hamid menuturkan,  bidang kejuruan merupakan bidang lintas sektor. Untuk itu juga perlu perbaikan kerja sama dengan perguruan tinggi maupun antar-kementerian.

Dan yang terakhir adalah revitalisasi kualitas lulusan. Setiap lulusan dari SMK harus melalui uji kompetensi dan sertifikasi yang diakui DUDI. Karena kualitas lulusan SMK akan menentukan apakah SMK bisa merespons kebutuhan DUDI atau tidak.

Hamid menambahkan, salah satu tolok ukur yang dapat digunakan untuk merespons masalah kualitas lulusan SMK adalah melalui LKS. Hal tersebut terlihat lewat fakta bahwa sekolah yang berhasil mengirimkan peserta didiknya ke ajang ini merupakan SMK terbaik di daerahnya. “Oleh karena itu, dengan LKS ini diharapkan semakin banyak SMK yang terpacu untuk berkompetisi dan menghasilkan lulusan-lulusan terbaik pula”, katanya. (Aline Rogeleonick)

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10514 kali