Lomba Debat Bahasa Latih Siswa Berpikir Kritis dan Bersikap Sportif 20 Mei 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --Sorak-sorai siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) ramai terdengar. Sesekali, mereka bertepuk-tangan, serukan jargon-jargon penyemangat bagi tim perwakilan yang maju ke depan podium. Malam itu, Jumat (19/5/2017) Penutupan Lomba Debat Bahasa Jenjang SMA seluruh Indonesia berlangsung, di Slipi, Jakarta Barat. Sebanyak dua jenis lomba yang diselenggarakan, yaitu Lomba Debat Bahasa Indonesia (LDBI), dan National School Debating Championship (NSDC).
Purwadi, Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dit. Pembinaan SMA Ditjen Dikdasmen Kemendikbud), mengungkapkan kedua kompetisi ini sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter bagi para siswa SMA.
“Disini ditunjukkan, prestasi diraih dengan latihan-latihan, ada semangat yang terlihat dan tidak boleh padam,” ujar Direktur Purwadi, saat penutupan lomba di Jakarta, Jumat malam (19-5-2017).
Semangat itu, lanjut Direktur Purwadi, harus berfungsi sebagai pemicu untuk berprestasi di kompetisi yang lain.
“Jangan sampai padam saat ini, dan tinggikan cita-cita, sekarang sudah meraih prestasi tingkat nasional, siapkan diri untuk ikuti kompetisi selanjutnya di tingkat internasional,” jelasnya.
Selain itu, para peserta diberikan pembekalan pendidikan karakter melalui seminar Pencegahan dan Penanggulan Bahaya Narkotika, dan Pencegahan Tindak Korupsi.
Lomba terselenggara selama tujuh hari, dari tanggal 14 s.d. 20 Mei 2017. Sebanyak 34 tim perwakilan dari 34 provinsi untuk masing-masing lomba bersaing dalam turnamen tahunan ini. Setiap tim terdiri dari tiga orang siswa yang terpilih dari seleksi individual di tingkat provinsi. Total peserta tahun ini meliputi 102 siswa SMA mengikuti NSDC dan 102 siswa unjuk gigi di ajang LDBI.
Nantinya, selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa SMA, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong siswa agar terbiasa menyampaikan pendapat dengan baik, berpikir kritis, kreatif, analitis, konstruktif, serta mampu bersikap sportif.
Anggardha Anindito, 16, peraih juara 1st Best Speaker untuk National Schools Debating Championship 2017, mengakui kompetisi debat sangat berguna bagi para pelajar untuk memahami kondisi sekitar.
“Ada sekitar sembilan topik mulai dari babak penyisihan hingga final dan topik itu seputar politik, ekonomi, hukum dan kebijakan internasional,” jelas Anindito usai penyerahan piagam penghargaan.
Dengan memahami isu-isu tersebut, Anindito berpendapat, dapat lebih memahami, dan bersikap terhadap persoalan-persoalan yang ada di sekitar.
Dia mencontohkan ketika mendapatkan pilihan topik berupa Feminisme dapat menghancurkan sistem kapitalisme. Ketika mendapatkan pilihan topik tersebut, dia mengakui mendapatkan tantangan bagaimana bersikap terhadap posisi perempuan di sektor-sektor ekonomi.
“Saya berada di posisi pro dan harus berikan pendapat mengenai bagaimana Feminisme dapat menghancurkan sistem kapitalisme,” jelasnya.
Menurutnya, keberadaan sistem kapitalis tidak memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk menempati sektor perekonomian karena sistem ini mengacu pada perolehan profit.
“Sistem kapitalisme itu sebabkan perempuan itu tidak memperbolehkan perempuan berada di atas, karena mereka mengejar profit sehingga hasilkan permasalahan sosial seperti adanya patriarki yang kuat,” ujarnya.
Pilihan-pilihan argumen, menurutnya, buktikan bagaimana peduli terhadap permasalahan sekitar.
“Pelajar itu harus peduli (kepada semua isu) karena itu berefek ke kalian sebagai generasi penerus, dan harus utarakan yang ada di pikiran kalian mengenai masalah-masalah tersebut,” tegasnya.
Tim asal Jawa Tengah menjuarai Lomba Debat Bahasa Indonesia, yaitu Azzahra Jelita Kusuma Pamilih, 16, siswi SMA Taruna Nusantara Magelang; Dania Emeralda Firdausy, 16, siswi SMA Negeri 3 Semarang; Belly Ali Rakhmadhansyah, 16, siswa SMA Taruna Nusantara.
(*)
Jakarta, 19 Mei 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Purwadi, Direktur Pembinaan SMA Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Dit. Pembinaan SMA Ditjen Dikdasmen Kemendikbud), mengungkapkan kedua kompetisi ini sebagai bagian dari penguatan pendidikan karakter bagi para siswa SMA.
“Disini ditunjukkan, prestasi diraih dengan latihan-latihan, ada semangat yang terlihat dan tidak boleh padam,” ujar Direktur Purwadi, saat penutupan lomba di Jakarta, Jumat malam (19-5-2017).
Semangat itu, lanjut Direktur Purwadi, harus berfungsi sebagai pemicu untuk berprestasi di kompetisi yang lain.
“Jangan sampai padam saat ini, dan tinggikan cita-cita, sekarang sudah meraih prestasi tingkat nasional, siapkan diri untuk ikuti kompetisi selanjutnya di tingkat internasional,” jelasnya.
Selain itu, para peserta diberikan pembekalan pendidikan karakter melalui seminar Pencegahan dan Penanggulan Bahaya Narkotika, dan Pencegahan Tindak Korupsi.
Lomba terselenggara selama tujuh hari, dari tanggal 14 s.d. 20 Mei 2017. Sebanyak 34 tim perwakilan dari 34 provinsi untuk masing-masing lomba bersaing dalam turnamen tahunan ini. Setiap tim terdiri dari tiga orang siswa yang terpilih dari seleksi individual di tingkat provinsi. Total peserta tahun ini meliputi 102 siswa SMA mengikuti NSDC dan 102 siswa unjuk gigi di ajang LDBI.
Nantinya, selain bertujuan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi siswa SMA, kegiatan ini diharapkan dapat mendorong siswa agar terbiasa menyampaikan pendapat dengan baik, berpikir kritis, kreatif, analitis, konstruktif, serta mampu bersikap sportif.
Anggardha Anindito, 16, peraih juara 1st Best Speaker untuk National Schools Debating Championship 2017, mengakui kompetisi debat sangat berguna bagi para pelajar untuk memahami kondisi sekitar.
“Ada sekitar sembilan topik mulai dari babak penyisihan hingga final dan topik itu seputar politik, ekonomi, hukum dan kebijakan internasional,” jelas Anindito usai penyerahan piagam penghargaan.
Dengan memahami isu-isu tersebut, Anindito berpendapat, dapat lebih memahami, dan bersikap terhadap persoalan-persoalan yang ada di sekitar.
Dia mencontohkan ketika mendapatkan pilihan topik berupa Feminisme dapat menghancurkan sistem kapitalisme. Ketika mendapatkan pilihan topik tersebut, dia mengakui mendapatkan tantangan bagaimana bersikap terhadap posisi perempuan di sektor-sektor ekonomi.
“Saya berada di posisi pro dan harus berikan pendapat mengenai bagaimana Feminisme dapat menghancurkan sistem kapitalisme,” jelasnya.
Menurutnya, keberadaan sistem kapitalis tidak memberikan kesempatan bagi kaum perempuan untuk menempati sektor perekonomian karena sistem ini mengacu pada perolehan profit.
“Sistem kapitalisme itu sebabkan perempuan itu tidak memperbolehkan perempuan berada di atas, karena mereka mengejar profit sehingga hasilkan permasalahan sosial seperti adanya patriarki yang kuat,” ujarnya.
Pilihan-pilihan argumen, menurutnya, buktikan bagaimana peduli terhadap permasalahan sekitar.
“Pelajar itu harus peduli (kepada semua isu) karena itu berefek ke kalian sebagai generasi penerus, dan harus utarakan yang ada di pikiran kalian mengenai masalah-masalah tersebut,” tegasnya.
Tim asal Jawa Tengah menjuarai Lomba Debat Bahasa Indonesia, yaitu Azzahra Jelita Kusuma Pamilih, 16, siswi SMA Taruna Nusantara Magelang; Dania Emeralda Firdausy, 16, siswi SMA Negeri 3 Semarang; Belly Ali Rakhmadhansyah, 16, siswa SMA Taruna Nusantara.
(*)
Jakarta, 19 Mei 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 12557 kali
Editor :
Dilihat 12557 kali