Pendidikan Karakter di SMK Menciptakan Lulusan yang Siap Terjun ke Dunia Kerja 17 Mei 2017 ← Back
Surakarta, Kemendikbud --- Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dirancang untuk mencetak lulusan yang siap terjun ke dunia kerja. Dengan demikian, pendidikan karakter yang dilakukan pada jenjang ini fokus pada penyiapan lulusan untuk masuk ke level tersebut.
“Pendidikan karakter itu dimulai dari jenjang SD dan SMP. Kalau di SMK, karakternya untuk siap bekerja. Kalau mental anaknya tangguh, soal keterampilan akan keluar dengan sendirinya,” kata Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, saat membuka Seminar Nasional Revitalisasi SMK, di Surakarta, Selasa (16/05).
Mendikbud mengatakan, karakter yang penting untuk masuk di dunia kerja adalah pribadi yang tahan banting. Untuk mendapatkan mental seperti itu, siswa dididik agar memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, juga tidak mudah menyerah atau putus asa. Kemauan untuk mencoba hal-hal baru harus ditumbuhkan, agar siswa dapat menjawab setiap tantangan.
Pentingnya membentuk karakter tahan banting, kata Mendikbud, guna menyiapkan tenaga kerja yang kompeten, produktif, dan kompetitif, menyongsong pasar bebas ASEAN. Indonesia dengan 250 juta penduduk merupakan target pasar yang potensial. Jika tidak siap, maka tenaga kerja Indonesia tidak dapat bersaing dalam pasar tersebut.
“Kalau industri bangun perusahaannya di negara tetangga, trus produknya dijual di sini, ini harus diwaspadai. Kita harus bisa bersaing,” katanya.
Guna mendukung agar pendidikan karakter di jenjang SMK merata hingga seluruh tanah air, Mendikbud mengatakan perlu varian kebijakan. Karena setiap kebijakan yang dikeluarkan seharusnya bisa mengakomodasi kebutuhan di setiap wilayah. “Akan dipikirkan (kebijakan) untuk jangka panjang,” ucapnya.
Mendikbud mencontohkan, Solo merupakan kota yang generatif. Artinya, Solo mampu membuat daerah-daerah di sekitarnya terus tumbuh. Dia mengatakan, perlu lebih banyak daerah seperti kota Solo bagi perkembangan vokasi di Indonesia. “Jangan sampai daerah-daerah kita bersifat parasitis, berkembang dengan menghabisi daerah-daerah sekitarnya,” katanya. (Aline Rogeleonick)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10730 kali
Editor :
Dilihat 10730 kali