Sukseskan Gerakan Literasi Sekolah, Seminar Nasional Revitalisasi Tenaga Perpustakaan Digelar 23 Mei 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud—Tenaga perpustakaan sekolah merupakan poros terdepan dalam gerakan literasi sekolah. Hal ini karena pengelola perpustakaan sekolah kaya akan bahan bacaan yang bisa mendorong tumbuh membuangnya minat baca dikalangan siswa. Pernyataan tersebut mengemuka saat Pembukaan Seminar Nasional Revitalisasi Tenaga Perpustakaan Sekolah dalam Menyukseskan Gerakan Literasi Sekolah, di Perpustakaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Senayan, Jakarta, Selasa (23/5/2017).
Menurut Ketua Umum Asosiasi Tenaga Perpustakan Sekolah Indonesia (ATPUSI), Muhamad Ihsanudin, kondisi perpustakaan sekolah masih belum maksimal dikelola tenaga perpustakaan. Sebaliknya, pengelolaan perpustakaan dominan dikelola oleh guru.
“Disinilah, dibutuhkan revitalisasi tenaga perpustakaan. Perpustakaan perlu dikelola oleh tenaga yang berkompeten di bidang perpustakaan, minimal berlatarbelakang D2 Ilmu Perpustakaan,” jelasnya.
Apabila hendak dikelola guru, Ihsanudin melanjutkan, diklat perpustakaan perlu diberikan agar dapat meningkatkan kemampuan guru di bidang perpustakaan.
Deni Kurniadi, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI menjelaskan terdapat berperan penting perpustakaan bagi peserta didik dan guru.
"Perpustakaan sangat berperan penting bagi peserta didik dan guru, sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan perpustakaan dengan membaca, mengamati, mendengar dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan,” ujarnya.
Sehingga, kreativitas pustakawan untuk membuat perpustakaan menjadi lebih menarik untuk dikunjungi sangatlah diperlukan.
“Tantangan pustakawan sekolah saat ini adalah bagaimana membuat perpustakaan menjadi menarik untuk dikunjungi dengan koleksi dan fasilitas yang ada,” ujar Hurip Danu Ismadi, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Ketika minat untuk mengunjungi sudah terbentuk, maka sejalan, minat membaca pun akan bertumbuh. Dalam mendorong siswa untuk mengunjungi perpustakaan,pengelola dapat memberikan apresiasi kepada siswa yang sering datang,seperti memberikan hadiah bagi peminjam terbanyak. Pengelola perpustakaan sekolah juga bisa mengadakan pemilihan duta baca atau pustakawan cilik.
Danu menambahkan pengelola perpustakaan harus kreatif dalam menumbuhkan minat baca dan menulis siswa.
"Jadilah kreatif, hapuskan terlebih dahulu stigma masyarakat Indonesia tidak gemar membaca,” tegas Danu.
Dadang Sunendar, Kepaal Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, mengamini hal tersebut. Bahkan, menurutnya, meskipun data Program of Internasional Student Assesment (PISA) tingkat baca Indonesia rendah, berada di posisi 69 dari 76 negara, beberapa wilayah di Indonesia anak-anak sangat menunggu kedatangan penggiat literasi membawa buku.
Seminar dihadiri oleh 91 peserta yang berasal dari pengurus ATPUSI dan tenaga pengelola perpustakaan sekolah yang berasal dari Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Cilegon, dan Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pustawakan sekolah agar dapat menjadi instruktur maupun satuan tugas dalam menyukseskan gerakan literasi sekolah di sekolahnya.
Seminar diisi dengan empat narasumber yaitu Danang Sunendar selaku Kepala Badan Bahasa Kemdikbud, Deni Kurniadi selaku Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI, Hurip Danu Ismadi, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahas dan Muhamad Ihsanudin selaku Ketua ATPUSI. (*)
Jakarta, 23 Mei 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Menurut Ketua Umum Asosiasi Tenaga Perpustakan Sekolah Indonesia (ATPUSI), Muhamad Ihsanudin, kondisi perpustakaan sekolah masih belum maksimal dikelola tenaga perpustakaan. Sebaliknya, pengelolaan perpustakaan dominan dikelola oleh guru.
“Disinilah, dibutuhkan revitalisasi tenaga perpustakaan. Perpustakaan perlu dikelola oleh tenaga yang berkompeten di bidang perpustakaan, minimal berlatarbelakang D2 Ilmu Perpustakaan,” jelasnya.
Apabila hendak dikelola guru, Ihsanudin melanjutkan, diklat perpustakaan perlu diberikan agar dapat meningkatkan kemampuan guru di bidang perpustakaan.
Deni Kurniadi, Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI menjelaskan terdapat berperan penting perpustakaan bagi peserta didik dan guru.
"Perpustakaan sangat berperan penting bagi peserta didik dan guru, sebagai tempat kegiatan peserta didik dan guru memperoleh informasi dari berbagai jenis bahan perpustakaan dengan membaca, mengamati, mendengar dan sekaligus tempat petugas mengelola perpustakaan,” ujarnya.
Sehingga, kreativitas pustakawan untuk membuat perpustakaan menjadi lebih menarik untuk dikunjungi sangatlah diperlukan.
“Tantangan pustakawan sekolah saat ini adalah bagaimana membuat perpustakaan menjadi menarik untuk dikunjungi dengan koleksi dan fasilitas yang ada,” ujar Hurip Danu Ismadi, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
Ketika minat untuk mengunjungi sudah terbentuk, maka sejalan, minat membaca pun akan bertumbuh. Dalam mendorong siswa untuk mengunjungi perpustakaan,pengelola dapat memberikan apresiasi kepada siswa yang sering datang,seperti memberikan hadiah bagi peminjam terbanyak. Pengelola perpustakaan sekolah juga bisa mengadakan pemilihan duta baca atau pustakawan cilik.
Danu menambahkan pengelola perpustakaan harus kreatif dalam menumbuhkan minat baca dan menulis siswa.
"Jadilah kreatif, hapuskan terlebih dahulu stigma masyarakat Indonesia tidak gemar membaca,” tegas Danu.
Dadang Sunendar, Kepaal Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbud, mengamini hal tersebut. Bahkan, menurutnya, meskipun data Program of Internasional Student Assesment (PISA) tingkat baca Indonesia rendah, berada di posisi 69 dari 76 negara, beberapa wilayah di Indonesia anak-anak sangat menunggu kedatangan penggiat literasi membawa buku.
Seminar dihadiri oleh 91 peserta yang berasal dari pengurus ATPUSI dan tenaga pengelola perpustakaan sekolah yang berasal dari Jakarta, Bogor, Bandung, Sukabumi, Cilegon, dan Yogyakarta. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan wawasan bagi pustawakan sekolah agar dapat menjadi instruktur maupun satuan tugas dalam menyukseskan gerakan literasi sekolah di sekolahnya.
Seminar diisi dengan empat narasumber yaitu Danang Sunendar selaku Kepala Badan Bahasa Kemdikbud, Deni Kurniadi selaku Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan dan Pengkajian Minat Baca Perpustakaan Nasional RI, Hurip Danu Ismadi, Kepala Pusat Pengembangan dan Perlindungan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahas dan Muhamad Ihsanudin selaku Ketua ATPUSI. (*)
Jakarta, 23 Mei 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 9981 kali
Editor :
Dilihat 9981 kali