UNBK Meningkatkan Integritas Pelaksanaan UN Jenjang SMP, Hasil UN Makin Handal 15 Juni 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud --- Hasil Ujian Nasional jenjang SMP/MTs/sederajat telah diumumkan di seluruh Indonesia pada tanggal 2 Juni 2017 yang lalu. Tak mau kalah dengan jenjang SMA dan SMK, sekolah-sekolah pada jenjang SMP juga banyak beralih ke ujian berbasis komputer atau UNBK. Jumlah satuan pendidikan yang mengikuti UNBK justru paling banyak dibanding SMA/MA maupun SMK, yakni sebanyak 8.879 SMP, 1.970 MTs, 198 SMP terbuka, serta 693 PKBM. UNBK diikuti oleh 1.349.744 siswa. Meskipun demikian, dari segi persentase sekolah dan siswa UNBK jenjang SMP masih lebih rendah dari jenjang di atasnya, yakni 32%, karena jumlah siswa SMP/MTs jauh lebih banyak. Peserta ujian nasional jenjang SMP yang dilayani dengan kertas dan pensil (UNKP) sebanyak 2.855.633 siswa.
Peningkatan jumlah peserta UNBK pada jenjang SMP dari tahun 2016 ke tahun 2017 sangat luar biasa, mencapai 860% (dari 156.320 menjadi 1.349.744 siswa), sementara lonjakan jumlah sekolah yang mengikuti UNBK mencapai 1.180%. Dua provinsi yakni DKI dan DIY 100% siswa SMP/MTs mengikuti UNBK. Dari segi sebaran sekolah UNBK, di ujung timur ada SMPN Urei Faisei, yang terletak di desa pedalaman yang masih tertinggal di Kabupaten Waropen, Papua; di ujung barat ada SMP N 1 Sabang, di Kota Sabang, NAD; di ujung utara ada SMP N 1 Bitung, Kota Bitung, Sulawesi Utara; sementara di ujung selatan ada SMPN 1 Lobalain di Pulau Rote. Hal ini membuktikan bahwa layanan UNBK telah menjangkau pelosok negeri.
UN jenjang SMP terselenggara dengan sangat lancar dan hampir tanpa kendala yang berarti. Gangguan teknis pelaksanaan UNBK jenjang SMP seperti pemadaman listrik, gangguan koneksi internet, kerusakan jaringan, kerusakan server/komputer di sekolah meskipun masih terjadi tetapi semua dapat diatasi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kerja sama dan dukungan yang kuat dari berbagai fihak seperti PLN, penyedia jaringan internet, kepala sekolah, guru, proktor, teknisi, pengawas, komunitas TIK, dan siswa dalam mensukseskan UN, khususnya UNBK. Kerjasama di dalam dan lintas kementerian juga sangat erat terjalin antara Kemdikbud, Kemenag, Kemdagri, Kemkominfo, Lemsaneg, Perguruan Tinggi, BPPT, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, Kanwil & Kantor Kemenag, LPMP, dan berbagai instansi di pusat maupun daerah.
Tahun ini relatif sepi dari issue tentang kebocoran dan kecurangan pelaksanaan UN. Sebagaimana yang terjadi pada jenjang SMA/MA/SMK, migrasi yang besar dari UNKP menjadi UNBK meningkatkan integritas pelaksanaan UN. Bahkan tahun ini peningkatan IIUN juga terjadi pada banyak SMP/MTs yang masih menggunakan UNKP. Secara nasional IIUN meningkat signifikan sebesar 8,31 poin. Akibatnya banyak capaian nilai yang terkoreksi sehingga rerata UN turun 4,36 poin. Namun demikian, sekolah-sekolah yang dulu telah mengikuti UNBK dan tahun ini tetap menggunakan UNBK tidak menunjukkan penurunan yang signifikan, justru reratanya pada mata pelajaran Matematika mengalami peningkatan. Demikian pula sekolah yang tahun lalu memiliki indeks integritas pelaksanaan UN (IIUN) tinggi dan tahun ini tetap tinggi indeksnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Sementara sekolah yang dulunya bermasalah, dengan IIUN rendah dan tahun ini beralih ke UNBK cenderung terkoreksi capaiannya secara signifikan. Demikian pula sekolah yang tahun lalu memiliki IIUN rendah tetapi tahun ini berhasil meningkatkan integritas ujiannya secara signifikan mengalami koreksi capaian nilai UN yang besar. Namun keberhasilan sekolah-sekolah tersebut meningkatkan integritas dalam ujian patut diapresiasi dan terus dipertahankan.
Hasil menggembirakan juga ditunjukkan oleh provinsi-provinsi yang konsisten memiliki IIUN tinggi mengalami peningkatan capaian, terutama pada mata pelajaran Matematika. Lima provinsi dengan IIUN tertinggi dan mengalami peningkatan capaian Matematika adalah: Bangka-Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Barat. Seperti halnya pada jenjang SMA, provinsi-provinsi yang di tahun 2016 rendah indeks integritas ujiannya, ketika beralih ke UNBK mengalami penurunan nilai. Hasil tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa UNBK merupakan moda pengadministrasian tes yang lebih menjamin integritas pelaksanaan dan memberi gambaran capaian yang lebih handal. Penurunan nilai mata pelajaran yang paling signifikan terlihat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penurunan tersebut antara lain dikarenakan soal-soal UN semakin diselaraskan dengan tuntutan kurikulum. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, salah satu tuntutan kurikulum adalah kemampuan bahasa fungsional dalam konteks sosial (literasi fungsional). Selain itu, baik kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013 menuntut capaian level kognitif yang komprehensif, mulai dari mengingat hingga mengevaluasi dan mencipta. Kisi-kisi UN sejak 2015 secara progresif diarahkan pada kesesuaian dengan tuntutan capaian kurikulum tersebut. Beberapa aspek kemampuan bahasa seperti: menyimpulkan bacaan, memahami makna tersirat, menginferensi, serta kemampuan berpikir orde tinggi secara perlahan diperkenalkan di dalam soal-soal UN. Pengenalan soal-soal berpikir orde tinggi ini selain sejalan dengan tuntutan kurikulum juga dimaksudkan untuk lebih meningkatkan literasi melalui pembelajaran bahasa di sekolah.
Di balik kabar baik tentang peningkatan integritas dan peningkatan nilai UN murni, yang paling penting dari hasil UN adalah tindak lanjutnya. Data dan peta capaian yang rinci dan handal telah diperoleh, baik dari hasil UNBK maupun UNKP yang meningkat IIUNnya. Sekolah yang secara konsisten memanfaatkan hasil UN murni untuk melakukan perbaikan menunjukkan peningkatan capaian yang terukur. Hendaknya hasil ujian nasional dapat dijadikan dasar perencanaan dan intervensi yang tepat untuk menata langkah perbaikan. Tindak lanjut harusnya dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, maupun guru. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan peningkatan kemampuan guru berdasar hasil-hasil ujian nasional maupun hasil-hasil ujian lainnya. Melalui pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan pembelajaran diharapkan peningkatan mutu secara berkelanjutan dapat dicapai.
Unduh materi konferensi pers UN SMP 2017
Jakarta, 15 Juni 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Peningkatan jumlah peserta UNBK pada jenjang SMP dari tahun 2016 ke tahun 2017 sangat luar biasa, mencapai 860% (dari 156.320 menjadi 1.349.744 siswa), sementara lonjakan jumlah sekolah yang mengikuti UNBK mencapai 1.180%. Dua provinsi yakni DKI dan DIY 100% siswa SMP/MTs mengikuti UNBK. Dari segi sebaran sekolah UNBK, di ujung timur ada SMPN Urei Faisei, yang terletak di desa pedalaman yang masih tertinggal di Kabupaten Waropen, Papua; di ujung barat ada SMP N 1 Sabang, di Kota Sabang, NAD; di ujung utara ada SMP N 1 Bitung, Kota Bitung, Sulawesi Utara; sementara di ujung selatan ada SMPN 1 Lobalain di Pulau Rote. Hal ini membuktikan bahwa layanan UNBK telah menjangkau pelosok negeri.
UN jenjang SMP terselenggara dengan sangat lancar dan hampir tanpa kendala yang berarti. Gangguan teknis pelaksanaan UNBK jenjang SMP seperti pemadaman listrik, gangguan koneksi internet, kerusakan jaringan, kerusakan server/komputer di sekolah meskipun masih terjadi tetapi semua dapat diatasi dengan baik. Hal tersebut dikarenakan kerja sama dan dukungan yang kuat dari berbagai fihak seperti PLN, penyedia jaringan internet, kepala sekolah, guru, proktor, teknisi, pengawas, komunitas TIK, dan siswa dalam mensukseskan UN, khususnya UNBK. Kerjasama di dalam dan lintas kementerian juga sangat erat terjalin antara Kemdikbud, Kemenag, Kemdagri, Kemkominfo, Lemsaneg, Perguruan Tinggi, BPPT, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Kabupaten/Kota, Kanwil & Kantor Kemenag, LPMP, dan berbagai instansi di pusat maupun daerah.
Tahun ini relatif sepi dari issue tentang kebocoran dan kecurangan pelaksanaan UN. Sebagaimana yang terjadi pada jenjang SMA/MA/SMK, migrasi yang besar dari UNKP menjadi UNBK meningkatkan integritas pelaksanaan UN. Bahkan tahun ini peningkatan IIUN juga terjadi pada banyak SMP/MTs yang masih menggunakan UNKP. Secara nasional IIUN meningkat signifikan sebesar 8,31 poin. Akibatnya banyak capaian nilai yang terkoreksi sehingga rerata UN turun 4,36 poin. Namun demikian, sekolah-sekolah yang dulu telah mengikuti UNBK dan tahun ini tetap menggunakan UNBK tidak menunjukkan penurunan yang signifikan, justru reratanya pada mata pelajaran Matematika mengalami peningkatan. Demikian pula sekolah yang tahun lalu memiliki indeks integritas pelaksanaan UN (IIUN) tinggi dan tahun ini tetap tinggi indeksnya tidak mengalami perubahan yang berarti. Sementara sekolah yang dulunya bermasalah, dengan IIUN rendah dan tahun ini beralih ke UNBK cenderung terkoreksi capaiannya secara signifikan. Demikian pula sekolah yang tahun lalu memiliki IIUN rendah tetapi tahun ini berhasil meningkatkan integritas ujiannya secara signifikan mengalami koreksi capaian nilai UN yang besar. Namun keberhasilan sekolah-sekolah tersebut meningkatkan integritas dalam ujian patut diapresiasi dan terus dipertahankan.
Hasil menggembirakan juga ditunjukkan oleh provinsi-provinsi yang konsisten memiliki IIUN tinggi mengalami peningkatan capaian, terutama pada mata pelajaran Matematika. Lima provinsi dengan IIUN tertinggi dan mengalami peningkatan capaian Matematika adalah: Bangka-Belitung, DI Yogyakarta, Jawa Tengah, DKI Jakarta, dan Sumatera Barat. Seperti halnya pada jenjang SMA, provinsi-provinsi yang di tahun 2016 rendah indeks integritas ujiannya, ketika beralih ke UNBK mengalami penurunan nilai. Hasil tersebut sekali lagi menunjukkan bahwa UNBK merupakan moda pengadministrasian tes yang lebih menjamin integritas pelaksanaan dan memberi gambaran capaian yang lebih handal. Penurunan nilai mata pelajaran yang paling signifikan terlihat pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. Penurunan tersebut antara lain dikarenakan soal-soal UN semakin diselaraskan dengan tuntutan kurikulum. Dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, salah satu tuntutan kurikulum adalah kemampuan bahasa fungsional dalam konteks sosial (literasi fungsional). Selain itu, baik kurikulum 2006 maupun kurikulum 2013 menuntut capaian level kognitif yang komprehensif, mulai dari mengingat hingga mengevaluasi dan mencipta. Kisi-kisi UN sejak 2015 secara progresif diarahkan pada kesesuaian dengan tuntutan capaian kurikulum tersebut. Beberapa aspek kemampuan bahasa seperti: menyimpulkan bacaan, memahami makna tersirat, menginferensi, serta kemampuan berpikir orde tinggi secara perlahan diperkenalkan di dalam soal-soal UN. Pengenalan soal-soal berpikir orde tinggi ini selain sejalan dengan tuntutan kurikulum juga dimaksudkan untuk lebih meningkatkan literasi melalui pembelajaran bahasa di sekolah.
Di balik kabar baik tentang peningkatan integritas dan peningkatan nilai UN murni, yang paling penting dari hasil UN adalah tindak lanjutnya. Data dan peta capaian yang rinci dan handal telah diperoleh, baik dari hasil UNBK maupun UNKP yang meningkat IIUNnya. Sekolah yang secara konsisten memanfaatkan hasil UN murni untuk melakukan perbaikan menunjukkan peningkatan capaian yang terukur. Hendaknya hasil ujian nasional dapat dijadikan dasar perencanaan dan intervensi yang tepat untuk menata langkah perbaikan. Tindak lanjut harusnya dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah, sekolah, maupun guru. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan telah merencanakan peningkatan kemampuan guru berdasar hasil-hasil ujian nasional maupun hasil-hasil ujian lainnya. Melalui pemanfaatan hasil penilaian untuk melakukan perbaikan pembelajaran diharapkan peningkatan mutu secara berkelanjutan dapat dicapai.
Unduh materi konferensi pers UN SMP 2017
Jakarta, 15 Juni 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 8399 kali
Editor :
Dilihat 8399 kali