Bertemu KWI, Mendikbud Bahas Sinergi Penguatan Pendidikan Karakter 25 Agustus 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud -- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy bersilaturahmi ke kantor Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) di Jakarta. Bersama 10 orang perwakilan keuskupan yang hadir dan pengurus KWI, Mendikbud membahas sinergi dalam gerakan penguatan pendidikan karakter (PPK).
"Kami datang berkunjung ke KWI untuk membicarakan masalah penguatan pendidikan karakter," kata Mendikbud Muhadjir Effendy usai pertemuan dengan Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo di Jakarta, Jumat (25/8).
Menurut Muhadjir, KWI mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Umat Katolik telah memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan nasional melalui berbagai lembaga pendidikan yang berpengalaman dan memiliki reputasi baik dalam bidang pendidikan karakter.
"Selama satu tahun saya menjabat sebagai Mendikbud, sudah banyak mitra kami dari sekolah katolik yang memberikan sumbangan besar, baik dari level konsep dan penyelenggaraan sekolah. Kita butuh bantuan dalam pendidikan karakter yang kuat dan kami ingin memanfaatkan semaksimal mungkin potensi umat katolik," ujarnya.
Menurut Mendikbud, sesuai dengan kebijakan Presiden, yang menjadi program prioritas adalah pemerataan keterjangkauan akses pelayanan pendidikan yang setara salah satunya dengan dikeluarkannya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Yang kedua, pendidikan karakter, terutama pada peserta didik di level pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Menurut Mendikbud, para pengasuh atau Romo di asrama tak hanya menurunkan nilai keagamaan saja, namun juga memberikan keteladanan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter dan budi pekerti kepada siswa. Lanjutnya, pendidikan yang diselenggarakan umat Katolik bisa menjadi contoh bagi penguatan pendidikan karakter di Indonesia.
"Mereka mempunyai tradisi dan pengalaman mengadakan pendidikan seperti misalnya boarding school atau sekolah berasrama dan sebagai sekolah berbasis nilai/ karakter," kata Muhadjir.
Keteladanan Praktik Integritas
Dalam diskusi bersama perwakilan KWI Muhadjir menyampaikan pentingnya menjaga integritas di sektor pendidikan. Disampaikannya, semua pihal yang berada di sektor pendidikan harus memberi keteladanan dalam praktik kejujuran dan integritas.
"Kalau sekolah bersih, nantinya karakter masyarakat juga akan menjadi bersih, karena pendidikan karakter yang bersih itu mengalir ke masyarakat," tutur guru besar Universitas Negeri Malang itu.
Diakuinya masih banyak praktik-praktik kecurangan, ketidakjujuran dan penyimpangan di sekolah. Namun, bertahap dilakukan pembenahan untuk mengubah budaya di sekolah agar lebih bersih dan baik. Dicontohkannya dalam kebijakan ujian nasional yang semakin menunjukkan tren integritas dalam penyelenggaraan, dan upaya mengikis praktik jual beli kursi dalam penerimaan peserta didik baru. (*)
Jakarta, 25 Agustus 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
"Kami datang berkunjung ke KWI untuk membicarakan masalah penguatan pendidikan karakter," kata Mendikbud Muhadjir Effendy usai pertemuan dengan Ketua KWI Mgr. Ignatius Suharyo di Jakarta, Jumat (25/8).
Menurut Muhadjir, KWI mempunyai peranan yang sangat besar dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia. Umat Katolik telah memberikan kontribusi nyata dalam pendidikan nasional melalui berbagai lembaga pendidikan yang berpengalaman dan memiliki reputasi baik dalam bidang pendidikan karakter.
"Selama satu tahun saya menjabat sebagai Mendikbud, sudah banyak mitra kami dari sekolah katolik yang memberikan sumbangan besar, baik dari level konsep dan penyelenggaraan sekolah. Kita butuh bantuan dalam pendidikan karakter yang kuat dan kami ingin memanfaatkan semaksimal mungkin potensi umat katolik," ujarnya.
Menurut Mendikbud, sesuai dengan kebijakan Presiden, yang menjadi program prioritas adalah pemerataan keterjangkauan akses pelayanan pendidikan yang setara salah satunya dengan dikeluarkannya Kartu Indonesia Pintar (KIP). Yang kedua, pendidikan karakter, terutama pada peserta didik di level pendidikan dasar yaitu Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Menurut Mendikbud, para pengasuh atau Romo di asrama tak hanya menurunkan nilai keagamaan saja, namun juga memberikan keteladanan dan menumbuhkan nilai-nilai karakter dan budi pekerti kepada siswa. Lanjutnya, pendidikan yang diselenggarakan umat Katolik bisa menjadi contoh bagi penguatan pendidikan karakter di Indonesia.
"Mereka mempunyai tradisi dan pengalaman mengadakan pendidikan seperti misalnya boarding school atau sekolah berasrama dan sebagai sekolah berbasis nilai/ karakter," kata Muhadjir.
Keteladanan Praktik Integritas
Dalam diskusi bersama perwakilan KWI Muhadjir menyampaikan pentingnya menjaga integritas di sektor pendidikan. Disampaikannya, semua pihal yang berada di sektor pendidikan harus memberi keteladanan dalam praktik kejujuran dan integritas.
"Kalau sekolah bersih, nantinya karakter masyarakat juga akan menjadi bersih, karena pendidikan karakter yang bersih itu mengalir ke masyarakat," tutur guru besar Universitas Negeri Malang itu.
Diakuinya masih banyak praktik-praktik kecurangan, ketidakjujuran dan penyimpangan di sekolah. Namun, bertahap dilakukan pembenahan untuk mengubah budaya di sekolah agar lebih bersih dan baik. Dicontohkannya dalam kebijakan ujian nasional yang semakin menunjukkan tren integritas dalam penyelenggaraan, dan upaya mengikis praktik jual beli kursi dalam penerimaan peserta didik baru. (*)
Jakarta, 25 Agustus 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4866 kali
Editor :
Dilihat 4866 kali