Dukung PPK, DKI Jakarta Sinergikan Peran Orangtua dalam Lima Hari Sekolah 31 Agustus 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud -- Propinsi Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta mendukung penuh kebijakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) sejak 2016. Program PPK dengan pola lima hari sekolah tidak hanya membawa keuntungan bagi siswa, tetapi juga dapat meningkatkan harmonisasi didalam keluarga.
"Para orangtua dapat berkumpul lebih lama bersama anaknya di hari Sabtu dan Minggu, sehingga komunikasi yang terjalin akan semakin baik," diungkapkan Sopan Ardianto, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta saat diskusi publik tentang tantangan dan peluang lima hari sekolah di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (30/08/2017).
Sejak tahun 2009, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah DKI Jakarta telah menerapkan model lima hari sekolah. "Kami telah melaksanakan program lima hari sekolah sejak tahun 2009 untuk SMA/SMK, dan tidak pernah ada masalah sampai saat ini", ujar Sopan.
Diakui Sopan belum semua sekolah di wilayah DKI Jakarta menerapkan pola lima hari sekolah. Ada beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum menerapkan karena terkendala dengan banyaknya siswa sehingga harus bergantian menggunakan kelas (double shift) dalam satu hari. Namun demikian, untuk sekolah yang sudah menerapkan tidak pernah mengalami kendala selama ini.
Selain itu, Kadisdik Sopan mengungkapkan bahwa lima hari sekolah memberi kemudahan para guru dalam memenuhi jumlah jam mengajar sebanyak 24 jam tatap muka per minggu, sehingga guru tidak perlu kesulitan mencari tambahan jam mengajar di sekolah lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Doni Koesoema, pemerhati pendidikan. Menurutnya, lima hari sekolah selain untuk memberi peluang agar orangtua lebih intensif berkomunikasi dengan anaknya, juga mengembalikan peranan keluarga. Oleh karena itu, sekolah harus terus bersinergi dengan orangtua dan masyarakat dalam membentuk generasi berkarakter.
"Sekolah perlu berkolaborasi dengan orangtua dan masyarakat. Kita ingin sekolah menjadi kuat dalam tiga dimensi, bagaimana guru kuat di kelas saat pembelajaran, orangtua terlibat dalam proses pendidikan, dan masyarakat mendukung proses pendidikan karakter", tutur Doni.
Dalam diskusi, Wakil Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB-NU), Masduki Baidlawi juga mengemukakan bahwa lima hari sekolah adalah salah satu alat untuk pembentukan karakter (character building).
"Kami memandang lima hari sekolah itu salah satu alat untuk pembentukan karakter (character building). Kami di NU, pada dasarnya apa yang ada di pesantren, madrasah, sudah merupakan bagian dari character building itu", katanya.
Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini juga berharap agar Peraturan Presiden tentang bagaimana keberlangsungan PPK dapat segera diterbitkan. (Prima Sari)
Sumber :
"Para orangtua dapat berkumpul lebih lama bersama anaknya di hari Sabtu dan Minggu, sehingga komunikasi yang terjalin akan semakin baik," diungkapkan Sopan Ardianto, Kepala Dinas Pendidikan Propinsi DKI Jakarta saat diskusi publik tentang tantangan dan peluang lima hari sekolah di Universitas Paramadina, Jakarta, Rabu (30/08/2017).
Sejak tahun 2009, khususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di wilayah DKI Jakarta telah menerapkan model lima hari sekolah. "Kami telah melaksanakan program lima hari sekolah sejak tahun 2009 untuk SMA/SMK, dan tidak pernah ada masalah sampai saat ini", ujar Sopan.
Diakui Sopan belum semua sekolah di wilayah DKI Jakarta menerapkan pola lima hari sekolah. Ada beberapa Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang belum menerapkan karena terkendala dengan banyaknya siswa sehingga harus bergantian menggunakan kelas (double shift) dalam satu hari. Namun demikian, untuk sekolah yang sudah menerapkan tidak pernah mengalami kendala selama ini.
Selain itu, Kadisdik Sopan mengungkapkan bahwa lima hari sekolah memberi kemudahan para guru dalam memenuhi jumlah jam mengajar sebanyak 24 jam tatap muka per minggu, sehingga guru tidak perlu kesulitan mencari tambahan jam mengajar di sekolah lain.
Hal senada juga disampaikan oleh Doni Koesoema, pemerhati pendidikan. Menurutnya, lima hari sekolah selain untuk memberi peluang agar orangtua lebih intensif berkomunikasi dengan anaknya, juga mengembalikan peranan keluarga. Oleh karena itu, sekolah harus terus bersinergi dengan orangtua dan masyarakat dalam membentuk generasi berkarakter.
"Sekolah perlu berkolaborasi dengan orangtua dan masyarakat. Kita ingin sekolah menjadi kuat dalam tiga dimensi, bagaimana guru kuat di kelas saat pembelajaran, orangtua terlibat dalam proses pendidikan, dan masyarakat mendukung proses pendidikan karakter", tutur Doni.
Dalam diskusi, Wakil Sekretariat Jenderal Pengurus Besar Nahdatul Ulama (PB-NU), Masduki Baidlawi juga mengemukakan bahwa lima hari sekolah adalah salah satu alat untuk pembentukan karakter (character building).
"Kami memandang lima hari sekolah itu salah satu alat untuk pembentukan karakter (character building). Kami di NU, pada dasarnya apa yang ada di pesantren, madrasah, sudah merupakan bagian dari character building itu", katanya.
Organisasi Islam terbesar di Indonesia ini juga berharap agar Peraturan Presiden tentang bagaimana keberlangsungan PPK dapat segera diterbitkan. (Prima Sari)
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2868 kali
Editor :
Dilihat 2868 kali