Mendikbud: Setiap Siswa Itu Unik dan Istimewa  03 Agustus 2017  ← Back



Palembang, Kemendikbud
– Kondisi sebagian besar guru di Indonesia saat ini menerapkan metode belajar di kelas kepada peserta didik secara klasikal. Mereka memberikan pelajaran kepada siswa dengan tingkat kesulitan menengah karena melihat daya serap siswa yang berbeda-beda tingkatannya di kelas. Namun, hal ini sebenarnya secara tidak langsung mengabaikan kemampuan yang dimiliki setiap siswa.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy mengungkapkan, pemerintah melalui program Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) berupaya mengatasi kelemahan dari metode pembelajaran secara klasikal tersebut. Setiap siswa, kata dia, harus secara utuh diberikan perhatian sebagai seseorang yang memiliki kelebihannya masing-masing.

“Setiap orang itu memiliki karakter yang unik yang tidak bisa disamakan satu sama lain, setiap anak itu harus kita lihat punya keistimewaan,” ujar Mendikbud pada saat memberikan sambutan dalam acara Silaturahim Keluarga Besar Muhammadiyah Sumatra Selatan di Palembang, Sumatra Selatan, Selasa (1/8/2017).

Mendikbud mencontohkan, ada anak dengan nilai mata pelajaran matematika sepuluh tapi dia tidak bisa mendapatkan nilai olahraga yang baik atau ada anak dengan nilai matematika lima tetapi memiliki kemampuan bernyanyi dengan suara yang bagus. Anak dengan nilai matematika sepuluh, kata dia, tidak menjamin masa depannya sukses begitu juga dengan anak yang nilai matematikanya lima belum tentu nanti masa depannya gagal. “Kita ini harus melihat seseorang itu dari keunggulan yang dimiliki, jangan melihat lemahnya,” tuturnya.

Mendikbud menegaskan, melalui program PPK pemerintah berupaya mengubah pola pikir yang keliru selama ini tentang pendidikan terlebih lagi pendidikan dasar. Ke depan, kata dia, tugas berat guru adalah memberikan perhatian yang seutuhnya kepada siswa-siswanya. Guru sebagai pendidik harus mampu memberikan keteladanan, memberikan inspirasi, dan memotivasi siswa-siswanya.

Langkah teknis ke depan adalah akan ada dua rapor bagi siswa. Pertama, rapor akademik yang berisi penilaian nilai akademis setiap mata pelajaran berupa angka-angka. Kedua, rapor kepribadian yang berisi penilaian karakter siswa secara deskriptif seperti kepemimpinan, minat, bakat istimewa, dan lainnya. “Rencana Kemendikbud (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan) akan dimasukkan ke dalam data pokok pendidikan sehingga setelah tamat SMA (Sekolah Menengah Atas) akan jadi portofolio masing-masing anak,” kata mantan rektor Universitas Muhammadiyah Malang itu.

Sekolah dalam upaya menumbuhkan karakter siswa perlu membuka diri dengan lingkungan sekitarnya dan menjadikannya sumber belajar bagi siswa. Sumber belajar, kata Mendikbud, tidak harus selalu dari buku, guru, dan laboratorium sekolah saja tetapi lingkungan sekitar sekolah seperti pasar, taman budaya, sanggar seni, tempat ibadah, dan lainnya bisa dimanfaatkan sebagai sumber belajar termasuk sumber daya manusianya seperti tokoh agama, pegiat seni, dokter, bidan, pemadam kebakaran, dan lainnya sebagai nara sumber. “Itu semua yang ada di lingkungan sekolah harus dioptimalkan menjadi sumber belajar bagi siswa,” jelas Mendikbud. (Agi Bahari)
Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 10267 kali