SDN Inpress 7/83 Girian Weru Dua Bitung Rangkul Keluarga dan Masyarakat Perkuat Pendidikan Karakter   27 Agustus 2017  ← Back

Sekolah Percontohan PPK
 
Manado, Kemendikbud—Ajakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy untuk menerapkan ekosistem pendidikan melalui keseimbangan peranan Tri Pusat Pendidikan pada Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) nyata bukan hal mustahil. Menilik ke wilayah Provinsi Sulawesi Utara, Sekolah Dasar Negeri Inpress 7/83 Girian Weru Dua Bitung membuktikan hal tersebut. Sekolah ini merangkul keluarga, dan masyarakat agar dapat menciptakan ekosistem positif dan membangun di sekolah, sehingga dapat mendukung Penguatan Pendidikan Kakter bagi siswa. 
 
Maria, guru SDN Inpress 7/83 Girian Weru Dua Bitung, menjelaskan dukungan keluarga dan masyarakat telah membuat sekolah ini menjadi sekolah percontohan PPK, sekaligus sekolah rujukan dari Kurikulum 2013 sejak setahun lalu. Untuk mendapatkan dukungan, guru sebagai kunci dari menciptakan hubungan baik tersebut. 
 
“Kami sebagai guru harus senantiasa beri motivasi dan energi positif bagi siswa,” ujar Maria saat diwawancarai di sela-sela kunjungan kepala sekolah dan pengawas sekolah dalam rangkaian Bimbingan Teknis kepala sekolah dan pengawas sekolah se Sulawesi Utara, di SDN 7/83 Girian Weru Dua Bitung, Sulawesi Utara, Rabu (24/8/2017)
 
Di pagi hari, Maria bercerita, ada kalanya siswa tidak berada dalam kondisi baik untuk belajar, sehingga guru harus dapat memberikan semangat kepada mereka. “Biasanya anak-anak menangis terus menerus sebelum masuk ke kelas, terutama anak kelas satu yang baru, atau bahkan ada siswa yang marah-marah dari rumah,” ujarnya. Disinilah, lanjutnya, para guru harus membangkitkan semangat dan energi belajar bagi siswa. 
 
“Mereka akan menjadi ceria apabila disambut dengan senyuman dan sapaan. Hal itu dilakukan dengan menyapa dan tersenyum kepada para siswa ketika memasuki pintu gerbang,” ujarnya. 
 
Maria menjelaskan keterlibatan keluarga terlihat dari dukungan orang tua terhadap keikutsertaan siswa di setiap ekstrakurikuler yang ditawarkan. Terdapat sekitar empat jenis ekstrakurikuler di SDN Inpress 7/83 Girian Weru Dua Bitung Rangkul, yaitu Polisi Cilik, Tarian Maengket, Dokter Cilik, Pramuka. Ragam ekstrakurikuler ini mewadahi nilai-nilai karakter ke dalam masing-masing kegiatan yang dilakukan. 
 
“Lingkungan sekolah kami memiliki delapan rombongan belajar, dengan 680 jumlah siswa. Mereka mengikuti ekstrakurikuler sesuai dengan pilihan minat mereka,” jelasnya. Dukungan orang tua terasa saat setiap siswa terlibat aktif di tiap perlombaan ekstrakurikuler yang diikutkan.
 
Kontribusi masyarakat terlihat dengan dukungan antar instansi untuk turut mengajarkan nilai karakter di ekstrakurikuler. “Ini ada polisi cilik kami masukkan kepada nilai nasionalisme. Kami mengajarkan nilai pemberani sebagai polisi cilik, dan bekerjasama dengan Polisi Resort Bitung untuk melatih Polisi Cilik tersebut. Keseluruhan, dari sejak 2012 s.d. 2017, kerja sama dengan Polres Bitung sudah terbina, bahkan kalau ada kegiatan pemerintah kota, kami selalu diundang,” ujarnya. 
 
Budaya baca
Budaya baca bertumbuh seiring dengan lingkungan yang mendukung siswa untuk minat membaca, mulai dari ragam buku bacaan, ketersediaan perpustakaan sebagai sarana prasarana baca, hingga metode baca yang disesuaikan bagi usia peserta didik. 
 
Tiap-tiap sudut kelas mulai dari kelas I s.d. kelas VI memiliki sudut-sudut baca. Sudut-sudut ini menyediakan ragam bacaan, baik buku cetak maupun bergambar, sesuai dengan minat siswa. 
 
Kanis, pustakawan SDN Inpress 7/83 Girian Weru Dua menerangkan minat membaca siswa sekolah rujukan ini tergolong tinggi. Hal ini terlihat dari jumlah peminjam buku di perpustakaan, dan pengunjung perpustakaan sekolah. 
 
“Jumlahnya berimbang, sebab ada anak yang hanya pinjam dan bawa pulang ke rumah, atau ada yang membaca untuk menghabiskan waktu,” ujarnya. 
 
Ketika menerapkan metode meningkatkan minat membaca, pustakawan yang telah bekerja selama sembilan tahun ini menerapkan metode membaca sesuai usia. “Kalau siswa kelas 1 s,d, 3 itu buku bergambar, sedangkan kelas IV s.d. VI SD memilih untuk membaca buku panduan sekolah 
 
Kanis gusar, teknologi menjadi tantangan dalam menerapkan minat baca. “Sekarang gampang siswa suruh cari bahan tertentu, dia tinggal klik dapat jawabnya, lebih praktis dari membacanya,” jelasnya. ***
 
24 Agustus 2017,
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 5021 kali