Usai Tonton Film Banda, Mendikbud: Bagus Untuk Ditonton Siswa 05 Agustus 2017 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Sore ini, Jumat (4/8), Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyaksikan film “Banda The Dark Forgotten Trail”. Ia berharap anak-anak sekolah dapat menonton film ini agar lebih mengenal sejarah bangsanya.
“Banda ini salah satu situs sejarah yang sangat tua. Banyak tokoh-tokoh nasional, pejuang kemerdekaan, founding fathers kita pernah diasingkan di sana. Saya kira ini bagus untuk ditonton siswa,” ungkapnya usai acara nonton bareng (nobar) dengan siswa, guru sejarah, komunitas perfilman dan artis film di Plaza Senayan XXI.
Film dokumenter berdurasi 94 menit yang disutradarai Jay Subiakto ini diapresiasi oleh Mendikbud. “Bagus sekali. Film sejarah yang banyak warna,” ungkapnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Maman Wijaya mengungkapkan pihaknya berencana untuk membawa film dokumenter ini untuk diputar di berbagai tempat, khususnya sekolah.
Film “Banda The Dark Forgotten Trail” berkisah tentang sejarah kejayaan rempah-rempah di abad pertengahan. Film diawali narator yang bercerita tentang kepulauan Banda sebagai pulau penghasil pala terbaik dunia; komoditas berharga yang diperebutkan berbagai bangsa. Perebutan kepemilikan atas kepulauan Banda membawa banyak korban penduduk asli.
Kepulauan Banda, situs warisan dunia sejak tahun 2005 ini menyimpan kisah kelam perbudakan dan kolonialisme, namun juga kisah tentang keragaman Indonesia. Kolonialisme mendorong terjadinya akulturasi budaya di Banda yang dibawa oleh para budak perkebunan pala yang didatangkan dari pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Sejarah mencatat beberapa besar bangsa Indonesia, antara lain Tjipto Mangunkusumo, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Iwa Kusuma Sumantri pernah diasingkan di kepulauan Banda. Untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan tersebut kepada penduduk Banda, pulau Rozengain yang terletak sekitar 25 kilometer di sebelah timur kepulauan Banda diubah namanya menjadi pulau Hatta, dan pulau Pisang diubah menjadi pulau Sjahrir.
Naskah film produksi Lifelike Pictures ini ditulis oleh Muhamad Irfan Ramly. Narasi berbahasa Indonesia dibawakan oleh aktor kawakan Reza Rahardian, sedangkan narasi berbahasa Inggris dibawakan oleh Ariyo Bayu. Sheila Timothy, produser film “Banda The Dark Forgotten Trail” berharap dengan kemasan yang segar, semakin banyak generasi muda yang menikmati film dokumenter terkait sejarah bangsa. “Saya berharap film Banda dapat menjadi jendela untuk memulai mengenal sejarah bangsa,” kata perempuan yang biasa dipanggil Lala itu saat mengawali acara nobar. (*)
Jakarta, 4 Agustus 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
“Banda ini salah satu situs sejarah yang sangat tua. Banyak tokoh-tokoh nasional, pejuang kemerdekaan, founding fathers kita pernah diasingkan di sana. Saya kira ini bagus untuk ditonton siswa,” ungkapnya usai acara nonton bareng (nobar) dengan siswa, guru sejarah, komunitas perfilman dan artis film di Plaza Senayan XXI.
Film dokumenter berdurasi 94 menit yang disutradarai Jay Subiakto ini diapresiasi oleh Mendikbud. “Bagus sekali. Film sejarah yang banyak warna,” ungkapnya.
Kepala Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm) Maman Wijaya mengungkapkan pihaknya berencana untuk membawa film dokumenter ini untuk diputar di berbagai tempat, khususnya sekolah.
Film “Banda The Dark Forgotten Trail” berkisah tentang sejarah kejayaan rempah-rempah di abad pertengahan. Film diawali narator yang bercerita tentang kepulauan Banda sebagai pulau penghasil pala terbaik dunia; komoditas berharga yang diperebutkan berbagai bangsa. Perebutan kepemilikan atas kepulauan Banda membawa banyak korban penduduk asli.
Kepulauan Banda, situs warisan dunia sejak tahun 2005 ini menyimpan kisah kelam perbudakan dan kolonialisme, namun juga kisah tentang keragaman Indonesia. Kolonialisme mendorong terjadinya akulturasi budaya di Banda yang dibawa oleh para budak perkebunan pala yang didatangkan dari pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan.
Sejarah mencatat beberapa besar bangsa Indonesia, antara lain Tjipto Mangunkusumo, Muhammad Hatta, Sutan Sjahrir, dan Iwa Kusuma Sumantri pernah diasingkan di kepulauan Banda. Untuk mengenang jasa para pejuang kemerdekaan tersebut kepada penduduk Banda, pulau Rozengain yang terletak sekitar 25 kilometer di sebelah timur kepulauan Banda diubah namanya menjadi pulau Hatta, dan pulau Pisang diubah menjadi pulau Sjahrir.
Naskah film produksi Lifelike Pictures ini ditulis oleh Muhamad Irfan Ramly. Narasi berbahasa Indonesia dibawakan oleh aktor kawakan Reza Rahardian, sedangkan narasi berbahasa Inggris dibawakan oleh Ariyo Bayu. Sheila Timothy, produser film “Banda The Dark Forgotten Trail” berharap dengan kemasan yang segar, semakin banyak generasi muda yang menikmati film dokumenter terkait sejarah bangsa. “Saya berharap film Banda dapat menjadi jendela untuk memulai mengenal sejarah bangsa,” kata perempuan yang biasa dipanggil Lala itu saat mengawali acara nobar. (*)
Jakarta, 4 Agustus 2017
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3669 kali
Editor :
Dilihat 3669 kali