Mendikbud: Semua Pengetahuan Harus Diabdikan Atas Dasar Kemanusiaan  08 Oktober 2017  ← Back



Lamongan, Kemendikbud --- Seorang akademisi yang sudah lulus dari perguruan tinggi harus berusaha mengembangkan kepribadiannya sampai pada level humanisme, karena semua pengetahuan keprofesionalannya harus diabdikan atas dasar kemanusiaan. “Bukan lagi untuk kepentingan dirinya sendiri, keluarganya, golongannya, bangsanya, tetapi harus atas nama kemanusiaan,” ujar Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy, dalam acara pelepasan wisudawan-wisudawati di Universitas Darul Ulum (Unisda), Lamongan, Sabtu (7/10/2017).

Mendikbud menggarisbawahi bahwa ilmu yang diraih para wisudawan/wisudawati harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya, tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu untuk kepentingan bangsa dan negara, bahkan yang lebih luas lagi yaitu untuk kepentingan kemanusiaan. Ia juga mengucapkan selamat kepada para wisudawan/wisudawati Unisda yang telah lulus.

“Saya ikut bahagia, ikut berbangga kepada para wisudawan dan wisudawati yang telah mencapai studi terakhir dalam studinya di Unisda. tentu saja ini bukan terakhir dari segala-galanya. Bahkan sebetulnya ini baru awal dari langkah ke depan yang membutuhkan energi. Perjuangan jauh lebih keras, dan lebih besar dibanding apa yang selama ini dilakukan ketika belajar di Unisda ini,” tutur Mendikbud dalam orasi ilmiahnya di Unisda.

Dalam kesempatan tersebut ia menjelaskan tentang tahap-tahap perkembangan perspektif manusia yang bergerak dari yang sempit menjadi melebar. Perspektif yang pertama itu adalah tahap selfisme atau tahap selfie, tahap ini adalah tahap yang paling sempit. Kemudian, setelah itu mulai bergerak lebih melebar yaitu melihat perspektif kepentingan keluarga atau disebut dengan nepotisme.

Lalu, pada level yang lebih tinggi lagi yaitu kepentingan terhadap kelompok atau golongannya yang disebut parokialisme atau komunalisme, orang yang derajatnya pada tingkat komunalisme biasanya cenderung melakukan tindakan-tindakan yang kurang obyektif ketika sudah berpikir untuk kepentingan kelompoknya. Kepentingan yang lebih besar lagi adalah kepentingan bangsa dan disebut nasionalisme. Puncak dari perkembangan perspektif manusia adalah kepentingan kemanusiaan atau humanisme. “Manusia yang telah memiliki kepentingan kemanusiaan adalah manusia yang menuju sempurna,” kata Mendikbud.

Rektor Universitas Islam Darul Ulum Lamongan (Unisda) Afif Hasbullah juga mengatakan hal yang senada dengan Mendikbud. “Saya berharap agar ilmu yang kalian peroleh dapat bermanfaat untuk diri, keluarga, lingkungan, masyarakat, dan tentu negara kita Indonesia,” ujar Afif.

Mendikbud diundang menghadiri acara pelepasan wisudawan-wisudawati di Universitas Darul Ulum (Unisda), Lamongan, karena mayoritas dari program studi yang ada di Indonesia adalah kependidikan. “Berarti mayoritas yang ada di acara ini calon-calon guru, oleh karena itu patut untuk mendengarkan arahan, pembinaan, pembimbingan dari Mendikbud untuk kita semuanya khususnya untuk para wisudawan/wisudawati dalam langkah ke depannya untuk mengabdi bagi bangsa dan Negara,” kata Afif.

Wisudawan dan wisudawati Unisda Lamongan yang lulus pada tahun ini berjumlah 534 orang.  Mereka terdiri dari Sarjana Pendidikan Matematika sebanyak 69 orang, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia 71 orang, Pendidikan Bahasa Inggris 48 orang, Manajemen 108 orang, Akuntansi 62 orang, Pendidikan Agama Islam 37 orang, Ilmu Hukum 7 orang, Agrotek 17 orang, Sipil 15 orang, Arsitek 10 orang, Ilmu Politik 4 orang, Ilmu Pemerintahan 6 orang, Matematika 5 orang, Master Pendidikan 58 orang, dan Master Pendidikan Islam 17 orang. (Iriyanto Sitompul)

Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4317 kali