Geliat Pendidikan dari Beranda Terselatan Indonesia 09 Februari 2018 ← Back
Depok, Kemendikbud --- Sebagai daerah yang baru 15 tahun berdiri, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur, terlihat bergeliat dengan pembangunan, termasuk pembangunan dalam bidang pendidikan. Kabupaten Rote Ndao, yang terletak di bagian paling selatan Indonesia, sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Kupang, mengalami pemekaran pada tahun 2002.
Dalam pembangunan pendidikan, Rote Ndao merasakan betul kehadiran pemerintah pusat. Hal ini diungkapkan oleh Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kabupaten Rote Ndao, Yosep Pandie, di sela acara Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2018, di Pusdiklat Pegawai Kemendikbud, Depok, Jawa Barat, (6/2/2018).
Pada awal pemekaran, di Rote Ndao baru terdapat 18 unit Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kini di sana sudah ada 33 SMP negeri dan swasta. Kemudian, dalam dua tahun terakhir, sudah berhasil dibangun dua Unit Sekolah Baru (USB) dan dua sekolah satu atap (satap) yang dana pembangunannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Mengenai kekurangan guru, Yosep bersyukur Rote Ndao bisa mendapatkan Guru Garis Depan (GGD). Pada 2015 ada 33 orang guru yang ditempatkan di sana, dan pada 2017 ada 53 orang. Menurutnya, pemerintah kabupaten (pemkab) pun tidak tinggal diam melihat kondisi masih kurangnya jumlah guru.
“Guru SD, SMP kekurangan sekitar 2.700 orang, jadi pemda mengangkat guru-guru honorer yang APBD anggarkan, untuk guru SMP satu bulan satu juta rupiah. Ada 500 guru yang direkrut,” jelasnya. Penghasilan tersebut memang masih di bawah upah minimum provinsi. Namun, Yosep memaklumi karena Rote Ndao terhitung daerah yang baru pemekaran.
Perhatian pemerintah kabupaten juga diwujudkan dalam investasi pada sumber daya manusia. Pemerintah Kabupaten Rote Ndao mengalokasikan anggaran cukup besar untuk kesehatan dan pendidikan, misalnya dengan menyediakan beasiswa penuh bagi siapa saja yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi untuk menjadi dokter atau guru. Tentu saja dengan perjanjian, bahwa mereka harus kembali mengabdi di Rote Ndao setelah selesai pendidikan.
Meskipun masih banyak keterbatasan dalam sarana, prasarana, maupun SDM, Yosep bertekad pada tahun 2018 bisa semakin banyak sekolah yang menyelenggarakan UNBK. “Kalau pada tahun 2017 penyelenggara UNBK hanya satu sekolah, di 2018 ini ada tujuh sekolah yang siap menyelenggarakan. Pinjam dan menumpang, tapi harus berani melangkah, kalau tidak sekarang, kapan lagi?” ujarnya optimis.
Selain UNBK, pada 2018 ini pembangunan bidang pendidikan di Kabupaten Rote Ndao masih akan berfokus pada pembangunan fisik dengan membangun sekolah-sekolah baru. Disdikpora Kabupaten Rote Ndao juga terus mendorong agar tidak ada lagi angka putus sekolah di wilayahnya. Harapan besar Yosep, agar beranda terselatan Indonesia ini bisa maju sejajar dengan bagian Negara Kesatuan Republik Indonesia lainnya. (Prani Pramudita/Desliana Maulipaksi)
Sumber :
Editor :
Dilihat 1380 kali