Mendikbud: Kebudayaan Adalah Superordinat Pendidikan 06 Februari 2018 ← Back
Sawangan-Depok -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) kembali menegaskan pentingnya peranan kebudayaan dalam pembangunan karakter bangsa. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy menyampaikan bahwa kebudayaan merupakan katalisator dalam proses pendidikan nasional yang dapat membentuk generasi muda Indonesia menjadi insan yang tak hanya berilmu, namun memiliki karakter positif dan berbudi pekerti luhur.
"Memang kebudayaan adalah superordinat dari pendidikan. Bukan pararel, apalagi subordinat. Justru pendidikan kita harus disinari, dipayungi oleh kebudayaan. Karena itu strategi kebudayaan ini sangat mendesak untuk segera kita rumuskan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik," disampaikan Mendikbud dalam arahannya di malam keakraban RNPK di Sawangan-Depok, Senin (5/2/2018).
Diakui Menteri Muhadjir, implementasi pemajuan kebudayan sebelum disahkannya undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan telah bergerak cepat. Namun, sifatnya masih instrumental; seperti membenahi cagar budaya atau museum, mendorong siswa-siswa untuk dapat lebih mengapresiasi berbagai produk. Saat ini jajarannya sedang menyegerakan penerbitan sekitar lima puluh aturan turunan dari undang-undang yang sudah digagas sejak tahun 80-an tersebut.
"Saya harap nantinya ada pembicaraan yang fundamental yang dapat menjadi landasan kebijakan pembangunan Indonesia ke depan," ujar Mendikbud.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan bahwa arah pembentukan karakter generasi muda sesuai dengan penguatan pendidikan karakter yang telah dicanangkan Presiden menjadi semakin solid. Menurutnya, pendidikan nasional bersumber dari kekayaan budaya yang dimiliki bangsa akan bermuara pada pembentukan karakter.
"Kebudayaan sebagai sumber sekaligus hasil dari proses pendidikan," tutur Hilmar.
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan merupakan agenda tetap Kemendikbud untuk menjaga dan memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Tahun ini, RNPK mengambil tema "Menguatkan pendidikan, memajukan kebudayaan". Dimulai sejak tanggal 5 sampai dengan 8 Februari 2018, sekitar seribu orang peserta yang berasal dari pemangku kepentingan, masyarakat, pegiat pendidikan dan kebudayaan, serta pihak internal Kemendikbud berembuk dalam lima pokok diskusi. Di antaranya topik mengenai Kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi; Perluasan akses dan membangun dari pinggiran; Pembiayaan pendidikan dan kebudayaan; Penguatan pendidikan karakter; Ketersediaan, peningkatan, profesionalisme, perlindungan dan penghargaan guru.
Tidak hanya agenda sidang dan pembahasan materi kebijakan, peserta RNPK 2018 juga dapat menikmati beragam hasil karya anak bangsa di dalam pameran “Unjuk Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”. Terdapat enam anjungan yang mewakili program-program prioritas Kemendikbud; di antaranya vokasi, teknologi pembelajaran, budaya, literasi, karya ilmiah siswa, serta capaian kinerja pendidikan dan kebudayaan dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, terdapat 52 stan yang memeriahkan pameran yang dibuka sejak Senin (5/2) hingga Rabu (7/2). Pameran ini merupakan bentuk gotong royong sekolah, pegiat pendidikan, serta unit-unit kerja Kemendikbud. Selain hasil karya dan capaian, pengunjung pameran dapat menyaksikan langsung demonstrasi dari para pengisi stan pameran. (*)
Sawangan-Depok, 5 Februari 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
"Memang kebudayaan adalah superordinat dari pendidikan. Bukan pararel, apalagi subordinat. Justru pendidikan kita harus disinari, dipayungi oleh kebudayaan. Karena itu strategi kebudayaan ini sangat mendesak untuk segera kita rumuskan untuk pembangunan Indonesia yang lebih baik," disampaikan Mendikbud dalam arahannya di malam keakraban RNPK di Sawangan-Depok, Senin (5/2/2018).
Diakui Menteri Muhadjir, implementasi pemajuan kebudayan sebelum disahkannya undang-undang nomor 5 tahun 2017 tentang pemajuan kebudayaan telah bergerak cepat. Namun, sifatnya masih instrumental; seperti membenahi cagar budaya atau museum, mendorong siswa-siswa untuk dapat lebih mengapresiasi berbagai produk. Saat ini jajarannya sedang menyegerakan penerbitan sekitar lima puluh aturan turunan dari undang-undang yang sudah digagas sejak tahun 80-an tersebut.
"Saya harap nantinya ada pembicaraan yang fundamental yang dapat menjadi landasan kebijakan pembangunan Indonesia ke depan," ujar Mendikbud.
Direktur Jenderal Kebudayaan Hilmar Farid mengungkapkan bahwa arah pembentukan karakter generasi muda sesuai dengan penguatan pendidikan karakter yang telah dicanangkan Presiden menjadi semakin solid. Menurutnya, pendidikan nasional bersumber dari kekayaan budaya yang dimiliki bangsa akan bermuara pada pembentukan karakter.
"Kebudayaan sebagai sumber sekaligus hasil dari proses pendidikan," tutur Hilmar.
Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan merupakan agenda tetap Kemendikbud untuk menjaga dan memperkuat sinergi antara pusat dan daerah dalam pembangunan pendidikan dan kebudayaan. Tahun ini, RNPK mengambil tema "Menguatkan pendidikan, memajukan kebudayaan". Dimulai sejak tanggal 5 sampai dengan 8 Februari 2018, sekitar seribu orang peserta yang berasal dari pemangku kepentingan, masyarakat, pegiat pendidikan dan kebudayaan, serta pihak internal Kemendikbud berembuk dalam lima pokok diskusi. Di antaranya topik mengenai Kebijakan revitalisasi pendidikan vokasi; Perluasan akses dan membangun dari pinggiran; Pembiayaan pendidikan dan kebudayaan; Penguatan pendidikan karakter; Ketersediaan, peningkatan, profesionalisme, perlindungan dan penghargaan guru.
Tidak hanya agenda sidang dan pembahasan materi kebijakan, peserta RNPK 2018 juga dapat menikmati beragam hasil karya anak bangsa di dalam pameran “Unjuk Kerja Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan”. Terdapat enam anjungan yang mewakili program-program prioritas Kemendikbud; di antaranya vokasi, teknologi pembelajaran, budaya, literasi, karya ilmiah siswa, serta capaian kinerja pendidikan dan kebudayaan dalam tiga tahun terakhir. Selain itu, terdapat 52 stan yang memeriahkan pameran yang dibuka sejak Senin (5/2) hingga Rabu (7/2). Pameran ini merupakan bentuk gotong royong sekolah, pegiat pendidikan, serta unit-unit kerja Kemendikbud. Selain hasil karya dan capaian, pengunjung pameran dapat menyaksikan langsung demonstrasi dari para pengisi stan pameran. (*)
Sawangan-Depok, 5 Februari 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber :
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4338 kali
Editor :
Dilihat 4338 kali