Pelestarian Batik Grombyang oleh PKBM Putra Bangsa  06 Februari 2018  ← Back

Depok, Kemendikbud --- Batik Indonesia  telah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia dengan dimasukkannya batik ke dalam Daftar Representatif sebagai Budaya Tak-benda Warisan Manusia (Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity) pada tanggal 2 Oktober 2009. Pengakuan tersebut menuntut masyarakat Indonesia agar lebih bertanggung jawab dalam mempertahankan kelestarian batik sebagai sebuah warisan budaya. Salah satu lembaga pendidikan yang aktif melestarikan batik adalah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Putra Bangsa di Kota Pemalang, Jawa Tengah.

Pelestarian batik oleh PKBM Putra Bangsa berawal dari Griya Batik Arta Kencana yang berkeinginan untuk terus mengembangkan dan melestarikan batik. Sebagai wujud tanggungjawabnya, Batik Arta Kencana membuka paket pelatihan membatik bagi siswa sekolah maupun peserta umum, khususnya untuk Batik Grombyang, batik khas Kota Pemalang.

Menurut Pimpinan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Putra Bangsa, Tuslikha, bentuk pelestarian batik tidak terlepas dari pemberdayaan masyarakat serta pelestarian lingkungan sekitar. Melalui PKBM Putra Bangsa yang dipimpinnya sejak tahun 2007, ia mengajak masyarakat untuk menghidupkan perekonomian keluarga dengan cara menghidupkan kearifan lokal.

Ditemui di Pameran Rembuk Nasional Pendidikan dan Kebudayaan (RNPK) 2018, Tuslikha mengatakan, siswa-siswanya yang berasal dari berbagai kalangan di atas usia 14 tahun, terdaftar dalam program Paket B dan C. Salah satu inovasi yang dilakukan adalah dengan menjemput hasil karya peserta didiknya di rumah siswa. Inilah salah satu strateginya agar siswanya antusias belajar di PKBM.

“Sehingga siswa yang kebanyakan ibu rumah tangga tetap bisa berkarya tanpa harus meninggalkan keluarga,” tuturnya di Pameran RNPK 2018 di Sawangan, Depok, Jawa Barat, Selasa (6/2/2018).

Teknik membatik yang diajarkan pun beragam, di antaranya Colet, yaitu teknik pewarnaan batik menggunakan kuas untuk mewarnai bagian motif pada kain. Ada juga teknik Nyanting, yaitu teknik menulis di kain batik yang sudah dipola terlebih dahulu menggunakan malam panas. PKBM Putra Bangsa juga mengajarkan teknik Cap, yaitu teknik membatik dengan melekatkan malam cair menggunakan alat cap tembaga sesuai dengan motif pada permukaan kain mori.

Batik Grombyang telah menghasilkan sembilan variasi motif turunan dalam bentuk berbagai jenis batik, seperti batik tulis, batik cap dan batik print yang harganya bervariasi disesuaikan dengan selera masyarakat.

Sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan, PKBM Putra Bangsa terus mengembangkan teknik pewarnaan dalam membatik yaitu dengan pewarnaan alami menggunakan bahan-bahan alam seperti kulit kayu mahoni, jalawe, danau bakau, biksa, dan lain-lain. Inovasi pewarnaan ini sebagai bentuk dukungan pelestarian lingkungan untuk mengurangi dampak pencemaran limbah pada tanah, air dan udara serta bagi kesehatan manusia.

Pengalaman mengajarkan bahwa ketidakpedulian kita terhadap batik dikarenakan kita tidak mengenal batik yang sesungguhnya. Tuslikha melalui PKBMnya mengingatkan kita untuk menghargai budaya dengan cara yang sederhana namun sarat akan manfaat. (Denty Anugrahmawaty/Desliana Maulipaksi)


Sumber :

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1181 kali