Fasilitasi Pertukaran Kepala Sekolah, Kurangi Kesenjangan Mutu Pendidikan 07 Agustus 2018 ← Back
Jakarta, Kemendikbud – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) kembali melakukan program pertukaran Kepala Sekolah (Kepsek). Kegiatan yang diikuti 480 kepsek dari berbagai wilayah Indonesia ini merupakan upaya pemerintah untuk mendorong percepatan pemerataan mutu pendidikan sesuai nawa cita Presiden Joko Widodo.
"Program pertukaran kepala sekolah merupakan suatu terobosan yang baik. Di mana kepala sekolah dari daerah khusus atau 3T mempelajari manajemen pendidikan berbasis sekolah dari sekolah mitra yang sudah baik dalam penerapannya. Mereka akan belajar bersama-sama, berdiskusi, untuk kemudian kembali untuk mengimplementasikan di sekolahnya masing-masing," disampaikan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, di Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Dalam kegiatan ini, para kepala sekolah yang terlibat diminta untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam mengelola satuan pendidikan. Difasilitasi oleh 23 orang fasilitator, para kepsek diajak untuk memperdalam tiga hal utama yang menjadi tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah, yaitu kemampuan manajerial, supervisi, dan kewirausahaan. "Program ini sangat baik, karena hasilnya bisa dilihat, dirasakan langsung oleh guru di sekolah," ujar Dirjen Supriano.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Perencanaan Kebutuhan dan Pemindahan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Abubakar Umar, menyampaikan bahwa pascaprogram, para alumni diminta untuk menyampaikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang segera diimplementasikan di sekolahnya. Sekaligus rencana pengimbasan pada minimal dua sekolah di sekitarnya. "Kita akan ikuti terus perkembangannya. Bagi yang memiliki potensi, akan kita berikan perhatian khusus. Sesuai arahan Pak Dirjen, kita akan sinergikan dengan Ditjen Dikdasmen (pendidikan dasar dan menengah)," ungkap Abubakar.
Tahun ini, peserta pertukaran terdiri dari 320 kepala sekolah imbas dan 160 kepala sekolah mitra selama satu minggu. Setelah mengikuti lokakarya "In 1", para kepsek imbas melakukan pemantauan terhadap kegiatan di sekolah mitra. Kemudian dalam periode "In 2", kepala sekolah mitra mendapatkan kesempatan mengunjungi sekolah imbas. "Prioritas sekolah imbas diberikan kepada daerah khusus, baik dari akses transportasi dan komunikasi yang masih sulit.
Kemudian, bagi mereka yang mau. Kita tanya ke dinasnya, harus ada rekomendasi bahwa mereka yang ikut di dalam program ini mau mengimbaskan," jelas Abubakar Umar.
Penentuan kepala sekolah mitra didasarkan pada hasil seleksi yang mempertimbangkan capaian dalam penerapan Kurikulum 2013, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) di sekolahnya. Selain kepala sekolah, terdapat pula 49 pengawas sekolah yang berasal dari daerah kepala sekolah imbas yang juga akan bertugas memantau proses melalui sistem daring (online).
Abubakar Umar menyampaikan bahwa program pertukaran ini cukup efektif mendorong penguatan kapasitas kepala sekolah, sekaligus mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia. "Dulu mereka yang menjadi sekolah imbas, sekarang sudah menjadi sekolah mitra. Dalam waktu tiga tahun. Dan saat ini semakin banyak perwakilan guru berprestasi yang datang dari daerah khusus," jelasnya.
Stefanus Rohrohmana, Kepala SD YPPK KMS Santa Maria Magdalena Luciperi, Kabupaten Fak Fak, berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penilaian kinerja guru yang lebih profesional. Hal tersebut diperolehnya melalui pengamatan secara langsung di sekolah mitranya di Kota Bogor. "Dengan adanya program ini, bisa membantu kami memperbaiki kekurangan kami. Banyak pengalaman baik yang akan kami coba mengaplikasikannya dalam tugas dan tanggung jawab kami," katanya.
Kepsek Stefanus berharap agar para kepsek mitra yang berkunjung di sekolahnya dapat membantunya memotivasi para guru dan tenaga kependidikan. "Tugas kepala sekolah mitra bukan mencari-cari kesalahan, tetapi untuk mengubah sedikit demi sedikit kekurangan kami. Sehingga, program ini dapat mencapai tujuannya, untuk pemerataan mutu pendidikan," harapnya.
Program pertukaran kepala sekolah telah dilakukan sejak tahun 2015. Alumni program ini telah mencapai lebih dari seribu orang kepala sekolah. Selain ditujukan untuk pemerataan mutu pendidikan melalui penguatan peran kepala sekolah, program ini diharapkan dapat mempererat kebinekaan.
Jejaring Pendidikan untuk Atasi Kesenjangan
"Saya selalu ingin menjalin kerja sama. Walaupun kita tidak bertatap muka, tetapi kan ada TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Jadi, saya sudah ajarkan ke dia agar nantinya kita tetap berkomunikasi melalui email, chatting. Jadi hubungan tetap berjalan," tutur Nining Soleha, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mangga Besar 11 Pagi Jakarta saat ditemui usai pembekalan "In 2" di Jakarta, Kamis (2/8/2018).
Dengan antusias, kepsek Nining mengungkapkan kebahagiaannya saat berhasil mendapatkan donatur alat peraga pendidikan untuk sekolah imbas di wilayah Kalimantan Barat. Ia tidak sabar mengunjungi sekolah imbas bersama rekannya dalam program pertukaran kepsek tahun ini. Baginya, program pertukaran kepsek ini sangatlah penting dan baik untuk memberikan pemahaman dalam pemerataan mutu pendidikan di tanah air. "Saya yang lahir dan besar di Jakarta ini senang sekali bisa melihat langsung dan memberikan apa yang saya bisa untuk sama-sama meningkatkan mutu pendidikan," katanya.
Sementara itu, Ni Wayan Suadnyani, Kepala SDN Cibuluh 1 Kota Bogor, bersemangat saat menjelaskan mengenai hal mendasar yang dibagikannya kepada rekannya dari sekolah imbas yang berasal dari wilayah Papua. Materi mengenai kemampuan manajerial, supervisi, dan kewirausahaan disampaikannya dengan disertai contoh. "Jadi, kalau saya tidak ada di sekolah, semua tetap berjalan. Karena ada empat M, yaitu mempengaruhi, memberikan contoh, menggerakkan, mengembangkan. Kemudian saya punya motto, K3 pangkat dua, yaitu berkomitmen, konsisten, konsekuen. Kebersamaan, kekeluargaan, dan kerja keras," tutur perempuan yang akrab dipanggil Wayan ini.
Dilanjutkan Wayan, "Dari obrolan sekarang ini saya ingin memberikan materi kewirausahaan. Kita (sebagai kepala sekolah) harus gigih, kerja keras, dan disiplin," ujarnya.
Elizabeth Hindom, Kepala SD YPK Werba Distrik Fak Fak Barat, dan Justina Amor, Kepala SD Negeri Kiat Distrik Fak Fak, Kabupaten Fak Fak, Papua, mengungkapkan rasa haru dan bangganya dapat mengikuti kegiatan pertukaran kepsek tahun ini. Kedua kepala sekolah ini berkesempatan melakukan pengamatan di SDN Cibuluh 1 Kota Bogor.
"Yang saya lihat di sekolah mitra itu kewirausahaannya. Bagaimana kerja sama, semangat, motivasi kepada seluruh warga sekolah," kata Elizabeth Himdom.
Ditambahkan Elizabeth, hal yang paling mengusik perhatiannya adalah bagaimana sekolah mitra dapat menjalin kemitraan yang baik dengan orang tua siswa. "Kami sadari dan kami rasakan, peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anaknya cukup tinggi," kata perempuan berkacamata ini.
Justina Amor mengungkapkan semangatnya untuk segera melakukan perubahan di sekolah negeri yang dikelolanya. "Tiga bulan ke depan semoga kami bisa mengubah administrasi kami. Kemudian cara kerja guru-guru dalam mendidik. Yang mendasar bagi kami bagaimana menerapkan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), karena kami baru saja menerapkan K13 tahun ini," ungkapnya.
Kasubdit Perencanaan Kebutuhan dan Pemindahan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Abubakar Umar menyampaikan program pertukaran kepala sekolah ini akan terus ditingkatkan agar semakin banyak sekolah imbas yang menjadi agen perubahan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal di tanah air. Kemitraan antara sekolah mitra dan sekolah imbas juga akan diperkuat sejalan dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyinergikan program Ditjen GTK dengan Ditjen Dikdasmen. (*)
Jakarta, 7 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 123/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018
"Program pertukaran kepala sekolah merupakan suatu terobosan yang baik. Di mana kepala sekolah dari daerah khusus atau 3T mempelajari manajemen pendidikan berbasis sekolah dari sekolah mitra yang sudah baik dalam penerapannya. Mereka akan belajar bersama-sama, berdiskusi, untuk kemudian kembali untuk mengimplementasikan di sekolahnya masing-masing," disampaikan Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, di Jakarta, Selasa (7/8/2018).
Dalam kegiatan ini, para kepala sekolah yang terlibat diminta untuk saling bertukar pengalaman dan pengetahuan dalam mengelola satuan pendidikan. Difasilitasi oleh 23 orang fasilitator, para kepsek diajak untuk memperdalam tiga hal utama yang menjadi tugas dan fungsinya sebagai kepala sekolah, yaitu kemampuan manajerial, supervisi, dan kewirausahaan. "Program ini sangat baik, karena hasilnya bisa dilihat, dirasakan langsung oleh guru di sekolah," ujar Dirjen Supriano.
Kepala Sub Direktorat (Kasubdit) Perencanaan Kebutuhan dan Pemindahan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Abubakar Umar, menyampaikan bahwa pascaprogram, para alumni diminta untuk menyampaikan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang segera diimplementasikan di sekolahnya. Sekaligus rencana pengimbasan pada minimal dua sekolah di sekitarnya. "Kita akan ikuti terus perkembangannya. Bagi yang memiliki potensi, akan kita berikan perhatian khusus. Sesuai arahan Pak Dirjen, kita akan sinergikan dengan Ditjen Dikdasmen (pendidikan dasar dan menengah)," ungkap Abubakar.
Tahun ini, peserta pertukaran terdiri dari 320 kepala sekolah imbas dan 160 kepala sekolah mitra selama satu minggu. Setelah mengikuti lokakarya "In 1", para kepsek imbas melakukan pemantauan terhadap kegiatan di sekolah mitra. Kemudian dalam periode "In 2", kepala sekolah mitra mendapatkan kesempatan mengunjungi sekolah imbas. "Prioritas sekolah imbas diberikan kepada daerah khusus, baik dari akses transportasi dan komunikasi yang masih sulit.
Kemudian, bagi mereka yang mau. Kita tanya ke dinasnya, harus ada rekomendasi bahwa mereka yang ikut di dalam program ini mau mengimbaskan," jelas Abubakar Umar.
Penentuan kepala sekolah mitra didasarkan pada hasil seleksi yang mempertimbangkan capaian dalam penerapan Kurikulum 2013, Penguatan Pendidikan Karakter (PPK), dan Indeks Integritas Ujian Nasional (IIUN) di sekolahnya. Selain kepala sekolah, terdapat pula 49 pengawas sekolah yang berasal dari daerah kepala sekolah imbas yang juga akan bertugas memantau proses melalui sistem daring (online).
Abubakar Umar menyampaikan bahwa program pertukaran ini cukup efektif mendorong penguatan kapasitas kepala sekolah, sekaligus mengurangi kesenjangan kualitas pendidikan di wilayah Indonesia. "Dulu mereka yang menjadi sekolah imbas, sekarang sudah menjadi sekolah mitra. Dalam waktu tiga tahun. Dan saat ini semakin banyak perwakilan guru berprestasi yang datang dari daerah khusus," jelasnya.
Stefanus Rohrohmana, Kepala SD YPPK KMS Santa Maria Magdalena Luciperi, Kabupaten Fak Fak, berharap dapat menambah wawasan dan pengetahuan mengenai penilaian kinerja guru yang lebih profesional. Hal tersebut diperolehnya melalui pengamatan secara langsung di sekolah mitranya di Kota Bogor. "Dengan adanya program ini, bisa membantu kami memperbaiki kekurangan kami. Banyak pengalaman baik yang akan kami coba mengaplikasikannya dalam tugas dan tanggung jawab kami," katanya.
Kepsek Stefanus berharap agar para kepsek mitra yang berkunjung di sekolahnya dapat membantunya memotivasi para guru dan tenaga kependidikan. "Tugas kepala sekolah mitra bukan mencari-cari kesalahan, tetapi untuk mengubah sedikit demi sedikit kekurangan kami. Sehingga, program ini dapat mencapai tujuannya, untuk pemerataan mutu pendidikan," harapnya.
Program pertukaran kepala sekolah telah dilakukan sejak tahun 2015. Alumni program ini telah mencapai lebih dari seribu orang kepala sekolah. Selain ditujukan untuk pemerataan mutu pendidikan melalui penguatan peran kepala sekolah, program ini diharapkan dapat mempererat kebinekaan.
Jejaring Pendidikan untuk Atasi Kesenjangan
"Saya selalu ingin menjalin kerja sama. Walaupun kita tidak bertatap muka, tetapi kan ada TIK (teknologi informasi dan komunikasi). Jadi, saya sudah ajarkan ke dia agar nantinya kita tetap berkomunikasi melalui email, chatting. Jadi hubungan tetap berjalan," tutur Nining Soleha, Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) Mangga Besar 11 Pagi Jakarta saat ditemui usai pembekalan "In 2" di Jakarta, Kamis (2/8/2018).
Dengan antusias, kepsek Nining mengungkapkan kebahagiaannya saat berhasil mendapatkan donatur alat peraga pendidikan untuk sekolah imbas di wilayah Kalimantan Barat. Ia tidak sabar mengunjungi sekolah imbas bersama rekannya dalam program pertukaran kepsek tahun ini. Baginya, program pertukaran kepsek ini sangatlah penting dan baik untuk memberikan pemahaman dalam pemerataan mutu pendidikan di tanah air. "Saya yang lahir dan besar di Jakarta ini senang sekali bisa melihat langsung dan memberikan apa yang saya bisa untuk sama-sama meningkatkan mutu pendidikan," katanya.
Sementara itu, Ni Wayan Suadnyani, Kepala SDN Cibuluh 1 Kota Bogor, bersemangat saat menjelaskan mengenai hal mendasar yang dibagikannya kepada rekannya dari sekolah imbas yang berasal dari wilayah Papua. Materi mengenai kemampuan manajerial, supervisi, dan kewirausahaan disampaikannya dengan disertai contoh. "Jadi, kalau saya tidak ada di sekolah, semua tetap berjalan. Karena ada empat M, yaitu mempengaruhi, memberikan contoh, menggerakkan, mengembangkan. Kemudian saya punya motto, K3 pangkat dua, yaitu berkomitmen, konsisten, konsekuen. Kebersamaan, kekeluargaan, dan kerja keras," tutur perempuan yang akrab dipanggil Wayan ini.
Dilanjutkan Wayan, "Dari obrolan sekarang ini saya ingin memberikan materi kewirausahaan. Kita (sebagai kepala sekolah) harus gigih, kerja keras, dan disiplin," ujarnya.
Elizabeth Hindom, Kepala SD YPK Werba Distrik Fak Fak Barat, dan Justina Amor, Kepala SD Negeri Kiat Distrik Fak Fak, Kabupaten Fak Fak, Papua, mengungkapkan rasa haru dan bangganya dapat mengikuti kegiatan pertukaran kepsek tahun ini. Kedua kepala sekolah ini berkesempatan melakukan pengamatan di SDN Cibuluh 1 Kota Bogor.
"Yang saya lihat di sekolah mitra itu kewirausahaannya. Bagaimana kerja sama, semangat, motivasi kepada seluruh warga sekolah," kata Elizabeth Himdom.
Ditambahkan Elizabeth, hal yang paling mengusik perhatiannya adalah bagaimana sekolah mitra dapat menjalin kemitraan yang baik dengan orang tua siswa. "Kami sadari dan kami rasakan, peran orang tua dalam mendukung pendidikan anak-anaknya cukup tinggi," kata perempuan berkacamata ini.
Justina Amor mengungkapkan semangatnya untuk segera melakukan perubahan di sekolah negeri yang dikelolanya. "Tiga bulan ke depan semoga kami bisa mengubah administrasi kami. Kemudian cara kerja guru-guru dalam mendidik. Yang mendasar bagi kami bagaimana menerapkan RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran), karena kami baru saja menerapkan K13 tahun ini," ungkapnya.
Kasubdit Perencanaan Kebutuhan dan Pemindahan, Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan, Abubakar Umar menyampaikan program pertukaran kepala sekolah ini akan terus ditingkatkan agar semakin banyak sekolah imbas yang menjadi agen perubahan di wilayah terdepan, terluar, dan tertinggal di tanah air. Kemitraan antara sekolah mitra dan sekolah imbas juga akan diperkuat sejalan dengan arahan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan untuk menyinergikan program Ditjen GTK dengan Ditjen Dikdasmen. (*)
Jakarta, 7 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 123/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 1042 kali
Editor :
Dilihat 1042 kali