Kemendikbud Fokus Tangani Sekolah Terdampak Gempa Lombok 13 Agustus 2018 ← Back
Lombok Timur, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy mengunjungi beberapa sekolah terdampak gempa di Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Senin (13/8). Dalam memulihkan kegiatan belajar mengajar pascagempa, Mendikbud menyatakan pemerintah pusat bersama pemerintah daerah bergotong royong memperbaiki kondisi ruang kelas dan bangunan sekolah yang rusak.
"Fokusnya di sekolah. Kita prioritaskan bagaimana supaya proses kegiatan belajar mengajar kembali lancar," ujar Mendikbud Muhadjir Effendy usai memotivasi siswa di lapangan Sekolah Dasar (SD) Negeri Obel-obel 2, Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.
Saat ini Kemendikbud telah memasang tenda untuk ruang kelas sementara. Tenda-tenda tersebut akan digunakan untuk proses belajar mengajar, sambil menunggu bangunan semi permanen untuk kelas sementara selesai dibangun.
"Nanti akan dibangun kelas dengan tenda darurat, setelah itu bangun sekolah semi permanen. Karena untuk membangun yang semi permanen butuh waktu sekitar dua atau tiga bulan, jadi menggunakan tenda dulu," ujar Mendikbud.
Untuk rehabilitasi bangunan, sesuai hasil rapat kabinet terbatas, akan dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Muhadjir, karena perbaikan akan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka diperlukan kelas sementara agar kegiatan belajar mengajar kembali berjalan dengan baik. Bangunan yang rusak parah harus dirobohkan dulu, kemudian dibangun kembali. Waktu yang dibutuhkan sekitar enam sampai sepuluh bulan.
Jumlah bangunan semi permanen yang akan dibangun, menurut Mendikbud, akan disesuaikan dengan sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa. Bangunan semi permanen ini akan digunakan untuk menjalankan proses belajar mengajar sembari menunggu bangunan sekolah yang rusak selesai diperbaiki.
Mantan rektor Universitas Muhamadiyah Malang ini mengimbau agar siswa dan guru bersabar karena sementara waktu harus belajar di bawah tenda. Sebelum akhirnya gedung sekolah bisa direhabilitasi. Ia berharap agar siswa tetap semangat belajar di ruang kelas sementara. "Dengan pembelajaran yang baik, itu akan membantu mereka mengatasi traumanya, dan menguatkan mentalnya," kata Muhadjir.
Selain itu, Kemendikbud juga telah menyalurkan bantuan berupa perlengkapan sekolah dan penanganan psikososial bagi siswa dan guru yang menjadi korban gempa. Beberapa tenda tambahan yang baru datang akan segera dipasang di beberapa sekolah yang mengalami kerusakan berat.
Didampingi jajarannya, Mendikbud meninjau SD Negeri 4 dan 5 Pohgading, dan TK Aisyiah Pohgading Pringbaya yang rusak parah akibat gempa. Dilanjutkan meninjau Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sambelia, lalu SD Negeri 3 Obel-obel, dan terakhir di SD Negeri 2 Obel-obel yang sekaligus menjadi lokasi Pos Pendidikan Penanganan Gempa Lombok. "Sebelumnya kita menerjunkan tim dari unit pelaksana teknis Kemendikbud di NTB. Ada LPMP, BP PAUD Dikmas, dan Kantor Bahasa. Saya mengecek saja, apakah dilaksanakan sesuai rencana kita. Dan apa yang dikerjakan sudah cukup baik," kata Muhadjir.
Muhadjir menyampaikan apresiasinya kepada berbagai lembaga, khususnya sekolah-sekolah yang turut membantu sekolah terdampak gempa di Lombok.
"Saya rasa ini baik sekali, dalam rangka membangun solidaritas, gotong royong. Itu bagian dari pendidikan karakter," katanya.
Kemendikbud telah menggulirkan bantuan senilai lebih dari 229 miliar rupiah untuk rehabilitasi sekolah dan pemulihan kegiatan belajar mengajar. Menurut data Sekretariat Nasional Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 12 Agustus 2018, 606 satuan pendidikan dilaporkan mengalami kerusakan; 977 ruang kelas dinyatakan rusak berat. Sebanyak 17 siswa meninggal dunia, 56 luka-luka, dan 19 orang harus dirawat inap. (*)
Lombok Timur, 13 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 133/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018
"Fokusnya di sekolah. Kita prioritaskan bagaimana supaya proses kegiatan belajar mengajar kembali lancar," ujar Mendikbud Muhadjir Effendy usai memotivasi siswa di lapangan Sekolah Dasar (SD) Negeri Obel-obel 2, Sambelia, Kabupaten Lombok Timur.
Saat ini Kemendikbud telah memasang tenda untuk ruang kelas sementara. Tenda-tenda tersebut akan digunakan untuk proses belajar mengajar, sambil menunggu bangunan semi permanen untuk kelas sementara selesai dibangun.
"Nanti akan dibangun kelas dengan tenda darurat, setelah itu bangun sekolah semi permanen. Karena untuk membangun yang semi permanen butuh waktu sekitar dua atau tiga bulan, jadi menggunakan tenda dulu," ujar Mendikbud.
Untuk rehabilitasi bangunan, sesuai hasil rapat kabinet terbatas, akan dilakukan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Menurut Muhadjir, karena perbaikan akan membutuhkan waktu yang cukup lama, maka diperlukan kelas sementara agar kegiatan belajar mengajar kembali berjalan dengan baik. Bangunan yang rusak parah harus dirobohkan dulu, kemudian dibangun kembali. Waktu yang dibutuhkan sekitar enam sampai sepuluh bulan.
Jumlah bangunan semi permanen yang akan dibangun, menurut Mendikbud, akan disesuaikan dengan sekolah-sekolah yang rusak akibat gempa. Bangunan semi permanen ini akan digunakan untuk menjalankan proses belajar mengajar sembari menunggu bangunan sekolah yang rusak selesai diperbaiki.
Mantan rektor Universitas Muhamadiyah Malang ini mengimbau agar siswa dan guru bersabar karena sementara waktu harus belajar di bawah tenda. Sebelum akhirnya gedung sekolah bisa direhabilitasi. Ia berharap agar siswa tetap semangat belajar di ruang kelas sementara. "Dengan pembelajaran yang baik, itu akan membantu mereka mengatasi traumanya, dan menguatkan mentalnya," kata Muhadjir.
Selain itu, Kemendikbud juga telah menyalurkan bantuan berupa perlengkapan sekolah dan penanganan psikososial bagi siswa dan guru yang menjadi korban gempa. Beberapa tenda tambahan yang baru datang akan segera dipasang di beberapa sekolah yang mengalami kerusakan berat.
Didampingi jajarannya, Mendikbud meninjau SD Negeri 4 dan 5 Pohgading, dan TK Aisyiah Pohgading Pringbaya yang rusak parah akibat gempa. Dilanjutkan meninjau Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 2 Sambelia, lalu SD Negeri 3 Obel-obel, dan terakhir di SD Negeri 2 Obel-obel yang sekaligus menjadi lokasi Pos Pendidikan Penanganan Gempa Lombok. "Sebelumnya kita menerjunkan tim dari unit pelaksana teknis Kemendikbud di NTB. Ada LPMP, BP PAUD Dikmas, dan Kantor Bahasa. Saya mengecek saja, apakah dilaksanakan sesuai rencana kita. Dan apa yang dikerjakan sudah cukup baik," kata Muhadjir.
Muhadjir menyampaikan apresiasinya kepada berbagai lembaga, khususnya sekolah-sekolah yang turut membantu sekolah terdampak gempa di Lombok.
"Saya rasa ini baik sekali, dalam rangka membangun solidaritas, gotong royong. Itu bagian dari pendidikan karakter," katanya.
Kemendikbud telah menggulirkan bantuan senilai lebih dari 229 miliar rupiah untuk rehabilitasi sekolah dan pemulihan kegiatan belajar mengajar. Menurut data Sekretariat Nasional Pendidikan Aman Bencana (SPAB) per 12 Agustus 2018, 606 satuan pendidikan dilaporkan mengalami kerusakan; 977 ruang kelas dinyatakan rusak berat. Sebanyak 17 siswa meninggal dunia, 56 luka-luka, dan 19 orang harus dirawat inap. (*)
Lombok Timur, 13 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 133/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 3145 kali
Editor :
Dilihat 3145 kali