Melalui Platform Indonesiana, Kemendikbud Dukung International Gamelan Festival 2018  11 Agustus 2018  ← Back

Mendikbud: Gamelan Diajukan Menjadi Warisan Budaya Takbenda Dunia

Surakarta, Kemendikbud -- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan bekerja sama dengan pemerintah kota Surakarta menyelenggarakan International Gamelan Festival 2018. “Gamelan Homecoming” menjadi tajuk utama dari gelaran akbar yang diselenggarakan tanggal 9 sampai 16 Agustus 2018. Festival ini dihelat di kota Surakarta dan kabupaten/kota di sekitarnya, yaitu Boyolali, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Klaten, Sukoharjo dan Blora.

International Gamelan Festival 2018 diselenggarakan untuk merayakan keragamanan budaya sekaligus arena mudik dan silaturahmi bagi kelompok gamelan yang telah berdiaspora," disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam pembukaan IGF 2018, di Benteng Vastenburg Surakarta, Jawa Tengah, Kamis malam (9/8/2018).

Sebagai salah satu jenis musik tua yang masih hidup dan berpengaruh luas, gamelan telah menyebar di berbagai belahan bumi Nusantara dan juga mancanegara. Maka tajuk “Gamelan Homecoming” atau "Gamelan Pulang Kampung" bertujuan untuk menciptakan arena mudik (homecoming) bagi para pengembang dan pegiat gamelan dari berbagai penjuru dunia sekaligus menjadi ruang untuk merayakan keragaman budaya dan diskusi antarbudaya. IGF tahun 2018 melibatkan tak kurang dari 265 pengembang gamelan luar negeri, 950 pengembang gamelan nusantara, serta hampir 2.000 anggota kelompok dan sanggar-sanggar, yang berasal dari kota Surakarta dan sekitarnya.

"Saya berikan apresiasi yang besar kepada para maestro dan pegiat gamelan yang telah mengabdikan dirinya untuk terus berkarya mengembangkan kultur gamelan, baik dari dalam maupun luar negeri," ujar Muhadjir.

Mendikbud menjelaskan bahwa gamelan berfungsi sebagai media diplomasi budaya yang dapat meningkatkan dan mempererat hubungan antarbangsa melalui dialog antarbudaya. "Keselarasan gamelan sebagai sebuah bentuk apresiasi budaya melambangkan makna kerukunan, saling menghargai, dan saling bekerja sama guna mewujudkan kehidupan masyarakat yang toleran, harmonis dan damai. Spirit gamelan telah beresonansi melalui batas-batas disiplin ilmu, wilayah geografis, maupun kelompok sosial," tutur Mendikbud.

Acara pembukaan menampilkan pencapaian tertinggi yang telah diraih oleh seniman-seniman yang bisa dikategorikan sebagai maestro (empu) gamelan dari berbagai penjuru tanah air seperti Rahayu Supanggah (Solo), I Wayan Gde Yudane (Bali), dan Taufik Adam (Jakarta). Ketiga komposer ini menggarap eksplorasi orkestrasi gamelan dalam perpaduan budaya Jawa, Bali, Sumatera hingga Indonesia Timur yang melambangkan sebuah proses pulang kampung, membaca identitas, bertemu leluhur dan saling berkisah perjalanan baru. Para seniman memilih sumber karya gamelan klasik yang menjadi sumber sejarah penting bagi wilayah budaya setempat dan memberi pengaruh pada perjalanan gamelan di tataran nusantara maupun manca negara pada abad ini. Sumber karya klasik ini terletak pada aspek historis, teks, wacana musikal ataupun sosiologi politik yang penting dari wilayah budaya masing-masing komposer.

Pada kesempatan itu, Mendikbud mengumumkan bahwa Kemendikbud dan tim penilai untuk pengusulan warisan budaya takbenda Indonesia ke UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization) telah menetapkan gamelan untuk diajukan sebagai nominasi Indonesia yang akan dikirimkan ke sekretariat UNESCO pada Maret 2019. Selanjutnya akan dibahas pada tahun 2021 untuk masuk dalam Daftar Representatif Warisan Budaya Takbenda Kemanusiaan dari Indonesia.

"Tentu saja Indonesia membutuhkan dukungan para pegiat gamelan di mancanegara agar sukses mengusulkan gamelan sebagai warisan budaya takbenda dunia," ungkap Mendikbud.

International Gamelan Festival 2018 secara resmi dibuka dengan ditandai penabuhan gendang oleh Mendikbud, didampingi Dirjenbud, Walikota Surakarta, dan Direktur Festival IGF 2018.

Surakarta Pusat Gamelan Dunia

Menurut Direktur Jenderal Kebudayaan, Hilmar Farid, selain memanggil kembali kelompok gamelan dari luar negeri yang pernah belajar di Surakarta, IGF 2018 sangat strategis untuk mempertegas bahwa kota Surakarta adalah pusat gamelan di dunia. "Selain menyambut orang-orang yang datang untuk belajar, IGF sekaligus menegaskan bahwa pusatnya gamelan di dunia itu, ya di sini, Surakarta," ujarnya.

Direktur Festival IGF 2018, Rahayu Supanggah, menyampaikan bahwa sebagai sistem musik, gamelan mengalami persebaran secara geografis, dan diaspora gamelan melahirkan medan jelajah ekspresi gamelan ke berbagai media ekspresi seni lain seperti tari, teater, sinema, media visual, sastra, dan juga industri musik.

Dalam acara pembukaan IGF 2018 digelar karya komposisi karawitan hasil kolaborasi beberapa komponis yang tumbuh dalam tradisi gamelan yang kemudian mencapai puncak penjelajahan artistik melalui penemuan, pembaharuan dan penciptaan karya dalam dunia karawitan dan diapresiasi dalam beraneka corak perkembangan dan fungsi.

IGF 2018 mengundang para pelaku gamelan dan peneliti gamelan dari berbagai daerah, kultur dan lokus kehidupan gamelan di Nusantara serta diaspora gamelan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia, dan lain-lain. Sebanyak 19 kelompok gamelan dari mancanegara (antara lain Sanggar Manik Galih Colorado dari Amerika Serikat, Siswa Sukra dari Inggris) dan 43 kelompok gamelan nusantara serta 73 kelompok gamelan dari Surakarta dan sekitarnya ambil bagian dalam festival ini. Rangkaian seminar dengan tema utama “Roots, Expressions, Worldview” melibatkan tak kurang dari 30 pembicara dalam dan luar negeri serta 300 peserta seminar. Keikutsertaan para pelaku dan peneliti gamelan tersebut diharapkan akan mempromosikan sekaligus menumbuhkan minat para pelajar, kaum muda, pelaku seni, akademisi, serta masyarakat luas di dalam dan luar negeri untuk melestarikan dan mengembangkan gamelan.

Gotong Royong Pelestarian Budaya

Sebelumnya, pada sore hari, masyarakat kota Surakarta menikmati gelaran praresmi (soft opening) IGF 2018 yang dimeriahkan aksi 73 kelompok karawitan menabuh gamelan secara serempak. Aksi ini dilakukan di sepanjang 2 kilometer di Jalan Slamet Riyadi; yakni mulai dari Plaza Sriwedari hingga Gladag. Aksi kolosal ini melibatkan para siswa sekolah hingga profesional, seperti kelompok Wayang Orang Sriwedari.

Walikota Surakarta, F.X. Hadi Rudyatmo, menyampaikan bahwa penyelenggaraan IGF 2018 di Surakarta mencerminkan partisipasi aktif masyarakat kota Surakarta dalam bergotong-royong melindungi dan melestarikan musik gamelan. Rangkaian kegiatan dalam festival ini menunjukkan bagaimana gamelan menyatu dalam tradisi kerakyatan di kota asalnya, terutama kota Surakarta yang merupakan kota budaya. Dan juga bagaimana gamelan menemukan tempat-tempat hidupnya yang baru dan berkembang menjadi bagian budaya komunitas diaspora di dunia.

Surakarta, menurut Rudy, merupakan salah satu lokus terpenting, di mana gamelan tumbuh dan berkembang pada setiap lapis budaya yang meliputi akar historis, sistem pengetahuan, pendidikan dan transmisi budaya, serta pemunculan seniman dan karya-karya agung yang diciptakan. Untuk itu, gamelan perlu dilestarikan, khususnya dikenalkan dan diakrabkan kepada generasi penerus bangsa.

"Sehingga anak-anak kita tidak ketinggalan, tidak lupa lagi bahwa gamelan ini merupakan warisan leluhur yang perlu kita lestarikan bersama," ujar Rudy.

Dirjen Kebudayaan menyampaikan bahwa pelibatan para seniman muda merupakan bagian dari penguatan pendidikan karakter (PPK). Hal tersebut sangat penting, khususnya jika dikaitkan dengan kebutuhan bangsa Indonesia di masa depan. "Sebagian dari pekerjaan rumah kita terkait pendidikan karakter selesai. Ini bukan sekadar kita ingin agar anak-anak punya rasa keindahan saja. Tetapi bagaimana mengolah rasa. Itu sangat ditekankan dalam acara ini," jelas Hilmar.

Festival seni budaya adalah manifestasi dari kegiatan budaya dan rangkaian kerja pemajuan kebudayaan yang mencakup pelindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan kebudayaan di daerah. Platform kebudayaan Indonesiana merupakan inisiatif Kemendikbud dalam mendorong dan sekaligus memperkuat upaya Pemajuan Kebudayaan sesuai Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 melalui gotong royong penguatan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan kegiatan budaya.

Untuk tahun 2018, platform Indonesiana berfokus pada konsolidasi untuk peningkatan standar tata kelola kegiatan budaya dan manajemen penyelenggaraan kegiatan budaya melalui dukungan atas penyelenggaraan festival-festival di daerah, baik penguatan terhadap festival yang sudah ada sebelumnya maupun mendukung penyelenggaraan festival yang baru yang relevan dengan potensi dan karakter budaya di kawasan masing-masing.

Dalam konteks platform kebudayaan Indonesiana, gotong royong yang melibatkan semua pihak yang memiliki kepedulian dan kepentingan atas pemajuan kebudayaan untuk mengembangkan kapasitas daerah dalam menyelenggarakan kegiatan budaya mencakup bidang-bidang berikut: 1) kuratorial dan produksi; 2) publikasi dan kehumasan; 3) kerja sama dan pendukungan; serta 4) pengelolaan pengetahuan (knowledge management).

Selain IGF, platform Indonesiana juga mendukung beberapa festival lain yang tersebar di berbagai wilayah tanah air. Di antaranya Festival Kampung Adat, Foho Rai, dan Fulan Fehan di Nusa Tenggara Timur (NTT); Festival Vula Dongga, Palu Salonde Percussion, Bunyi Bungi yang bergabung dengan tajuk Gaung Sintuvu di Palu, Parigi Moutong, Sigi, Poso di Sulawesi Tengah; Silek Arts Festival di Padang, Padang Pariaman, Payakumbuh, Solok, Sawahlunto, Tanah Datar, Bukit Tinggi, Sumatra Barat; Festival Budaya Saman di Kabupaten Gayo Lues, Aceh; Festival Seni Multatuli di Lebak, Banten; Cerita dari Blora di Kabupaten Blora, Jawa Tengah; Amboina International Bamboowind Music Festival di Maluku; dan Festival Tenun Nusantara di Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatra Utara. (*)

Surakarta, 9 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM, Nomor: 127/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 7284 kali