Siswa SMA Indonesia Raih 2 Perak dan 2 Perunggu pada IGeo 2018  15 Agustus 2018  ← Back

Jakarta, Kemendikbud --- Empat siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Indonesia kembali mengharumkan nama bangsa melalui International Geography Olympiad (IGeo) atau Olimpiade Geografi Internasional (OGI) ke-15 yang diselenggarakan di Kanada. Delegasi Indonesia ini berhasil membawa pulang dua medali perak dan dua medali perunggu di ajang yang diikuti 165 peserta dari 43 negara tersebut.

"Ini pertama kalinya Indonesia masuk dalam sepuluh besar ajang IGeo. Tahun lalu kita berada di peringkat 12 dunia," disampaikan Kepala Sub Direktorat Peserta Didik, Direktorat Pembinaan SMA, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Ditjen Dikdasmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Suharlan, saat menjemput kedatangan tim IGeo di Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Minggu (12/8).

Secara umum, capaian tim OGI ini menempatkan Indonesia di peringkat 9 dari 43 negara. Peraih medali perak adalah Fernando (SMA Sutomo 1 Medan) dan M. Nadafa Isnain (SMA Kesatuan Bangsa Yogyakarta). Sementara Rizky Amalia Wulandari (SMA Kharisma Bangsa Tangerang) dan Jamal Habibur Rahman (SMA Taruna Nusantara Magelang) meraih medali perunggu.

IGeo diselenggarakan dalam tiga babak tes, yaitu Written Response Test (WRT), Fieldwork Test (FWT), dan Multimedia Test (MMT). Tim OGI Indonesia dilaporkan unggul dalam WRT. Kontribusi terbesar penilaian dari WRT dan FWT sebanyak empat puluh persen, sedangkan untuk MMT dibobotkan sebanyak 20 persen.

Fernando, siswa kelas XI SMA Sutomo 1 Medan, merasa sangat bangga dapat meraih perak dalam kompetisi internasional tersebut. Baginya, peningkatan prestasi ini merupakan hasil dari disiplin dan antusiasmenya mempelajari geografi. Ditekankannya bahwa geografi bukanlah sekadar hafalan. Untuk mempelajari geografi yang paling penting adalah pemahaman terhadap konsep-konsep terkait geografi.

"Menurut saya, geografi itu ilmu yang sangat nyata. Bisa dilihat langsung. Intisari geografi itu 'kan alam dan dampaknya kepada kehidupan manusia. Menurut saya itu sangat dekat dengan hidup kita, dan sangat menarik untuk dipelajari," ujar remaja berkacamata ini.

Bagi Fernando, tes yang dianggap sulit adalah tes lapangan (FWT). Kondisi lingkungan yang berbeda dengan Indonesia menjadi salah satu tantangan dalam menyelesaikan tugas. "Kami diminta untuk mendatangi sebuah daerah perkotaan yang khas sisi kulturalnya dan daerah teluk. Kemudian diminta mengidentifikasi masalah di daerah tersebut lalu memberikan solusinya," ujar peraih perunggu di Olimpiade Siswa Nasional (OSN) tahun 2017 ini.

Bagi Rizky Amalia Wulandari, peraih medali perunggu IGeo 2018, Geografi itu sangat luas dan bisa mengintegrasikan berbagai ilmu yang lain seperti ekonomi, bahkan biologi. Selain belajar dari referensi berupa buku dan jurnal, ia juga suka menggali informasi seputar geografi dari berita. "Saya juga belajar dari video-video di youtube," kata perempuan yang baru lulus SMA ini.

Pemerintah mengapresiasi capaian peserta didik yang berprestasi dan mengharumkan nama bangsa di kompetisi internasional. Sampai saat ini tercatat empat emas, 13 perak, dan tujuh perunggu yang disumbangkan siswa SMA Indonesia dari berbagai kompetisi internasional. Mendatang, akan datang tim olimpiade kebumian, dan segera diberangkatkan tim olimpiade komputer.

"Semua yang berangkat meraih medali. Prestasi anak-anak kita ini sangat luar biasa. Posisi Indonesia berada di papan atas dan menengah untuk seluruh dunia," ujar Suharlan. (*)

Jakarta, 12 Agustus 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan




Sumber : Siaran Pers BKLM Nomor: 131/Sipres/A5.3/HM/VIII/2018

 


Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 4097 kali