Mendikbud Buka Kongres Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia 08 Oktober 2018 ← Back
Guru Bahasa Indonesia Harus Menguasai Bahasa Asing dan Turut Melestarikan Bahasa Daerah
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy membuka Konferensi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Kongres Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) Tahun 2018, di Jakarta, Senin (8/10/2018). Mendikbud berpesan kepada para guru yang tergabung dalam AGBSI agar turut menjadi penghubung antara bahasa daerah dan bahasa asing.
"Guru bahasa Indonesia juga harus menguasai bahasa daerah, dan bahasa asing. Yang bisa melestarikan bahasa daerah, ya guru bahasa Indonesia. Dan kita juga ingin agar bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa internasional," disampaikan Mendikbud dalam sambutannya di depan 301 orang peserta yang berasal dari 34 provinsi.
Mendikbud mengapresiasi semangat kesejawatan yang dibangun para guru yang tergabung dalam AGBSI. Ia berharap agar AGBSI terus mendorong profesionalisme guru, baik dari aspek keilmuan, maupun kualitas pembelajaran, serta tanggung jawab sosial. "Kita ini sedang berjuang untuk meningkatkan profesionalisme guru," ujarnya.
Muhadjir mendorong organisasi asosiasi guru, termasuk AGBSI, untuk menyusun dan menetapkan kode etik profesi guru. Juga membentuk dewan profesi. Organisasi asosiasi profesi harus mampu menjaga martabat profesi.
"Asosiasi profesi itu yang mengawasi kerja sejawatnya. Seorang profesional itu harus memiliki harga diri dan kebanggaan atas profesinya, keahliannya. Nanti jika ada pelanggaran dalam praktik profesi, dewan profesilah yang melakukan pembinaan," kata Muhadjir.
Mengambil tema "Menuju Bangsa yang Literat melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia", konferensi dan kongres guru bahasa dan sastra Indonesia ini dilaksanakan sampai dengan tanggal 11 Oktober 2018. Selain pleno, peserta juga mengikuti diskusi dengan lima sub tema, di antaranya Kebijakan Umum Pendidikan Nasional; Visi Indonesia Masa Depan; Literasi dan Pembelajaran Bahasa; Literasi dan Pembelajaran Sastra; dan Pengalaman Guru dalam Pembelajaran.
Beberapa target yang ingin diraih pascakonferensi antara lain peningkatan kemampuan kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka percepatan peningkatan kemampuan literasi sekolah dan masyarakat dalam bentuk bimbingan teknis, pembinaan, dan fasilitasi lainnya yang relevan. Serta rekomendasi tentang konsep pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, berharap melalui kegiatan konferensi dan kongres AGBSI ini mendorong tradisi literasi, khususnya bagi generasi milenial. Keberhasilan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ditandai dengan kuatnya minat baca, menulis, dan berwacana. Hal tersebut hendaknya diikuti dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik, benar, logis, santun, dan bercita rasa (estetis).
Ketua AGBSI, Jajang Priatna, mengungkapkan pentingnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pendidikan karakter. Bahasa dan sastra Indonesia berkaitan langsung dengan penanaman jiwa kebangsaan atau nasionalisme Indonesia.
Malam ini para peserta kongres AGBSI mendeklarasikan dukungan dalam menyukseskan gerakan literasi melalui sinergi dengan Kemendikbud dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah. Para guru juga berikrar untuk menjadi agen literasi bangsa dan model/teladan masyarakat yang literat. Dan para guru, yang menjadi perwakilan dari berbagai wilayah di Indonesia ini terus meningkatkan kompetensi literasi profesi. (*)
Jakarta, 8 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM,Nomor: 190/Sipres/A5.3/HM/X/2018
Jakarta, Kemendikbud --- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy membuka Konferensi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dan Kongres Asosiasi Guru Bahasa dan Sastra Indonesia (AGBSI) Tahun 2018, di Jakarta, Senin (8/10/2018). Mendikbud berpesan kepada para guru yang tergabung dalam AGBSI agar turut menjadi penghubung antara bahasa daerah dan bahasa asing.
"Guru bahasa Indonesia juga harus menguasai bahasa daerah, dan bahasa asing. Yang bisa melestarikan bahasa daerah, ya guru bahasa Indonesia. Dan kita juga ingin agar bahasa Indonesia menjadi salah satu bahasa internasional," disampaikan Mendikbud dalam sambutannya di depan 301 orang peserta yang berasal dari 34 provinsi.
Mendikbud mengapresiasi semangat kesejawatan yang dibangun para guru yang tergabung dalam AGBSI. Ia berharap agar AGBSI terus mendorong profesionalisme guru, baik dari aspek keilmuan, maupun kualitas pembelajaran, serta tanggung jawab sosial. "Kita ini sedang berjuang untuk meningkatkan profesionalisme guru," ujarnya.
Muhadjir mendorong organisasi asosiasi guru, termasuk AGBSI, untuk menyusun dan menetapkan kode etik profesi guru. Juga membentuk dewan profesi. Organisasi asosiasi profesi harus mampu menjaga martabat profesi.
"Asosiasi profesi itu yang mengawasi kerja sejawatnya. Seorang profesional itu harus memiliki harga diri dan kebanggaan atas profesinya, keahliannya. Nanti jika ada pelanggaran dalam praktik profesi, dewan profesilah yang melakukan pembinaan," kata Muhadjir.
Mengambil tema "Menuju Bangsa yang Literat melalui Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia", konferensi dan kongres guru bahasa dan sastra Indonesia ini dilaksanakan sampai dengan tanggal 11 Oktober 2018. Selain pleno, peserta juga mengikuti diskusi dengan lima sub tema, di antaranya Kebijakan Umum Pendidikan Nasional; Visi Indonesia Masa Depan; Literasi dan Pembelajaran Bahasa; Literasi dan Pembelajaran Sastra; dan Pengalaman Guru dalam Pembelajaran.
Beberapa target yang ingin diraih pascakonferensi antara lain peningkatan kemampuan kerja sama dengan berbagai pihak dalam rangka percepatan peningkatan kemampuan literasi sekolah dan masyarakat dalam bentuk bimbingan teknis, pembinaan, dan fasilitasi lainnya yang relevan. Serta rekomendasi tentang konsep pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia.
Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Dirjen GTK), Supriano, berharap melalui kegiatan konferensi dan kongres AGBSI ini mendorong tradisi literasi, khususnya bagi generasi milenial. Keberhasilan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia ditandai dengan kuatnya minat baca, menulis, dan berwacana. Hal tersebut hendaknya diikuti dengan kemampuan berbahasa Indonesia yang baik, benar, logis, santun, dan bercita rasa (estetis).
Ketua AGBSI, Jajang Priatna, mengungkapkan pentingnya pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dalam pendidikan karakter. Bahasa dan sastra Indonesia berkaitan langsung dengan penanaman jiwa kebangsaan atau nasionalisme Indonesia.
Malam ini para peserta kongres AGBSI mendeklarasikan dukungan dalam menyukseskan gerakan literasi melalui sinergi dengan Kemendikbud dalam pelaksanaan gerakan literasi sekolah. Para guru juga berikrar untuk menjadi agen literasi bangsa dan model/teladan masyarakat yang literat. Dan para guru, yang menjadi perwakilan dari berbagai wilayah di Indonesia ini terus meningkatkan kompetensi literasi profesi. (*)
Jakarta, 8 Oktober 2018
Biro Komunikasi dan Layanan Masyarakat
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Sumber : Siaran Pers BKLM,Nomor: 190/Sipres/A5.3/HM/X/2018
Penulis : pengelola web kemdikbud
Editor :
Dilihat 2784 kali
Editor :
Dilihat 2784 kali